3. Uang Kas

96 37 3
                                    

         "Za, kelas lo udah ulangan Matematika belum?" tanya Alfin saat keduanya di parkiran baru saja sampai di sekolah pagi ini.

"Belum tuh kenapa emang?" tanya Reza dengan heran tak biasanya Alfin menanyakan soal pelajaran apalagi soal ulangan.

"Hari ini kelas gue ulangan matematika gue gak ngerti semuanya," jawab Alfin dengan menghela pasrah.

"Kan Pak bos Rizal ada," ucap Reza menunjuk Rizal yang baru saja datang dan turun dari motornya.

"Lo tau lah dia pelit bat."

"Itu sih DL ya."

"Gue lebih baik sekelas sama lo dari pada sama si kulkas."

"Gue ngebayangin waktu ulangan Matematika dengan guru killer dinginnya kek apa, ditambah ada si kulkas beku dah kalas lo."

"Gak usah sok dramatis lo, nambah puyeng aja."

"Fakta, Ngab."

"Pagi-pagi ngegibah kek cewek lo," ucap Rizal sambil melewati keduanya dengan santai. Reza dan Alfin pun mengikutinya dari belakang sambil mengoceh yang Rizal tak ingin ikut serta dalam pengocehan itu.

"Za! Itu istri lo kenapa? Gak kek biasanya?" tanya Alfin menunjuk seorang gadis yang tak lain adalah Vira sedang duduk dengan buku keuangan di tangga, tatapannya kosong di bangku koridor sepagi ini.

"Lo apain anak orang sampe yang awalnya kek toa jadi mingkem?" seru Rizal dengan lancar.

"Bisa ngomong juga si kulkas ini," komentar Reza.

"Lo pikir gue bisu?" ucap Rizal kesal dan meninggalkan nya disusul Alfin yang menepuk bahunya sebelum pergi.

Reza terdiam menatap kedua sahabatnya yang menjauh dan beralih menatap Vira yang sepertinya sedang mempunyai masalah ia segera menghampiri gadis itu.

"Assalamualaikum, Bu Rentenir," ucap Reza dengan ceria membuat Vira mengangkat kepalanya.

"Waalaikumsalam," jawab Vira tak mengindahkannya.

"Lo kenapa? Tumben gak jadi renternir?"

"Pergi aja lo, gak usah ngajak gue ngomong."

"Gue tebak, lo abis nangis ya? What?! Lo nangis?"

Vira sungguh jengkel dan berdiri dari duduk nya, "Sok tau lo," ucapnya dengan tajam.

"Gue nebak lho gak sok tau kok," kata Reza sedikit merengut kayak anak kecil.

"Yaudah sana masuk kelas, ngapain masih disini?"

"Kan gue kasihan sama lo, gak ada yang nemenin. Ya gue temenin lah, baik kan gue?"

"Terserah!"

Vira pun berjalan melewatinya, Reza segera membuka tasnya dan membeeikannya pada Baiz si ketua kelas yang baru saja tiba.

"Simpenin tas gue ya? Oke makasih, Pak Ketu!"  ucapnya dan segera berlari menyusul Vira. Sementara Baiz belum sempat angkat bicara hanya terdiam menatap kepergiannya.

"Eh Rentenir lo mau ke mana?" tanya Reza dan menjajari langkahnya.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya balik Vira dengan heran.

"Ya mau ngikut aja."

Reza tersenyum kecil dan terus mengikuti langkah Vira sampai melewati ruang guru langkah keduanya terhenti saat Pak Hamid memanggil Vira.

"Eh eh stop stop! Vira ke sini," kata Pak Hamid membuat keduanya menghampiri dan menyalaminya.

"Ada apa ya, Pak?" tanya Vira dengan heran.

"Dokumen keuangan Osis yang saya minta udah selesai belum?" tanyanya membuat Vira memejamkan matanya sesaat dan tersenyum.

"Owh, itu ya Pak? Masih dalam proses kira-kira 60% lagi," jawab Vira.

"Hari ini bisa selesai?"

"Oh, bisa kok, Pak, bisa nanti saya serahkan ke, Bapak."

"Baik saya tunggu ya."

"Iya, Pak." Pak Hamid kembali masuk ke ruang guru, Vira menepuk jidatnya dan menghela napas berat.

"Kenapa lo? Owh gak bisa selesai sekarang ya? Ngaku aja lo belum dikerjain," kata Reza yang sejak tadi diam. Tiba-tiba Vira mempunyai ide dan menyerahkan buku keuangan kelasnya ke dada Reza yang langsung ditangkapnya.

"Lo bisa ‘kan bantu gue? Tagihin temen-temen lo! Gue mau pas lo setor ke gue semuanya udah bayar. Gue sibuk, bye!"

"Eh, Rentenir! Masa gue sih?! Gue dapet apa kalau gue gantiin lo?"

"Nanti gue traktir! Tapi inget jangan korup!"

"Woke!! Bisa diatur." Reza tersenyum melihat Vira yang menjauh. Ia segera berjalan dengan santai menuju tempat di mana orang-orang yang susah membayar kas dan itu teman-temannya. Reza memasuki kelas dan hanya mendapati beberapa orang saja di sana.

"Liat Martabak dkk?" tanya Reza pada Baiz yang tengah mabar dengan dua temannya.

"Gak tau, di parkiran kali," kata Baiz tanpa menoleh. Reza mendengus dan segera keluar kelas menuju parkiran ia melihat buku keuangan yang banyak coretan tangan Vira yang rapi.

"Apaan nih? Dia nagihin semua orang nyatanya dia juga nunggak 7 kali wah gak beres tuh, si rentenir," ucap Reza sedikit geram melihatnya. Ia melihat sekeliling area parkiran yang luas dan menemukan batang hidup Marta dan teman-temannya.

"Woy Martabak!" seru Reza mendekat rombongan yang tengah ngerumpi di kursi yang tak terpakai tepatnya di pojok parkiran.

"Nama gue Marta, bukan Martabak seneng banget lo plesetin nama orang!" ucap Marta dengan kesal Reza selalu seenaknya.

"Ya gakpapa lah, biar diri lo spesial kayak Martabak," kata Reza dengan terkekeh, ia segera membuka buku kasnya.

"Kalian dengerin nih baik-baik! Hari ini gue disuruh wali kelas dan bidadari gue buat nagihin lo semua jangan kabur lo," ucap Reza menunjuk Aksal yang hendak kabur.

"Canda, Bos," sahut Aksal mengurung kan niatnya.

"Andi nunggak 3 kali, Aksal 5 kali, Jian 1 kali, Hikmat 4 kali, Marta 2 kali, Samsul 1 kali, Yogi 3 kali dan...udah segitu aja mana cepet bayar. Gak percaya gue kalian gak punya duit," kata Reza membuat mereka menghela napas jengkel.

"Yang gak bayar sekarang besok 2 kali lipat," kata Reza. "Gue udah di triple sama Vira, jadi males bayar," tutur Hikmat.

"Nah ‘kan? Mending sama gue sekarang aja gak diapa-apain, tapi kalau bayar besok lo sixple." Mereka tertawa mendengar penuturan Reza itu.

"Perasaan gue nunggak 1 kok," kata Aksal melakukan pengelesan.

"Itu perasaan lo aja," sahut Reza memukul bahunya dengan pulpen, "Ayo bayar ngapain pada bengong sih!"

"Yaudah nih, ah." kata Marta pasrah dan memberikan uangnya begitupun yang lainnya.

"Aksal, mana punya lo? Lo sering open BO masa gak punya," kata Reza membuat Aksal memukul bahunya.

"Sembarang lo ngomong, nih!" ucap Aksal memberikan uangnya.

"Nah gini dong, kalau Vira yang nagih bayar dong kesian lah sama calon istri gue." kata Reza.

"Calon istri lo?" tanya Marta.

"Iya lah, awas aja kalau kalian nikung gue," jawab Reza.

"Sebelum janur melengkung kita bebas menikung! Yoiii???" seru Aksal heboh.

"Yoiii...."

"Sal, awas lo! Gue cemplungin ke got!" ucap Reza dan segera meninggalkan mereka yang menertawakannya dengan sangat puas.

⁝⁞⁝⁝⁞⁝⁝⁞⁝⁝⁞⁝

Next..

Kulkas Aktif《Completed》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang