Sebelum membaca, bonusnya dulu, ilustrasi Arya Bhanu versi modern yang diubah sama si Usmanda 🤣, dan sebelah Arya Bhanu adalah Anggita.
Selamat membaca
Anggita menggigit kedua ibu jarinya sembari sikunya bertumpu pada meja lipat kayu. Layar laptopnya menampilkan pekerjaan naskahnya untuk drama radio yang sudah mulai proses taping itu. Awalnya Anggita pun diminta untuk ikut bagian dalam salah satu karakter tokoh, tapi Anggita menolak dengan alasan ia ingin fokus pada pengerjaan naskah saja dan marketing program.
Arya Bhanu yang sedang berada di dapur untuk mengambil air minum, melihat punggung Anggita yang duduk sedikit membungkuk. Ia pun memberanikan diri untuk mendekati Anggita dan mengambil duduk di sebelah gadis itu yang tengah memakai penutup telinga berwarna hitam seperti terbuat dari besi.
Anggita yang merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya, ia pun menoleh, lalu mengulas senyum saat melihat ternyata Arya Bhanu yang tengah di sampingnya. Tidak ada pembicaraan apa pun, Arya Bhanu hanya melihat Anggita pun sama dengan Anggita yang sudah kembali fokus ke layar laptop dan menulis sesuatu di buku catatannya, sembari kadang menggelengkan kepalanya kadang juga dengan badannya.
Beberapa menit kemudian, Anggita mematikan aplikasi musik di ponsel dan melepaskan wireless headphone-nya.
"Saya menganggu kamu?"
Anggita mengeleng pelan. "Enggak sih, cuma kamu ngeliatin aku dari tadi, kan jadi salting aku nya."
"Salting?" saat bertanya kembali maksud Anggita, alis tebal laki-laki itu mengerut.
Anggita hanya mengibaskan tangannya saja dan tertawa pelan. Ia lupa bahwa laki-laki di hadapannya ini datang dari masa lalu, jadi ya mana tahu kosa kata zaman sekarang, apalagi kosa kata si lenjeh Usmanda.
"Di Majapahit sudah ada alat musik yang bisa menghasilkan bunyi-bunyian gitu belum, atau penyanyi?" tanya Anggita untuk memulai percakapan agar tidak canggung.
"Di masa kami ada yang disebut sebagai vaditra sebagai kelompok musik dan dibagi sesuai dengan alat yang dimainkannya," terang Arya Bhanu.
"Oh ya? Aku kira malah nggak ada, berarti sudah ada hiburan musik dong zaman dulu," seru Anggita.
"Para vaditra biasanya dipanggil pada waktu-waktu tertentu untuk menghibur raja dan keluarganya atau juga para punggawa-punggawa istana dan bangsawan."
"Ah, jadi yang menikmati musik masih kalangan terbatas ya?" satu pengetahuan ini membuat Anggita bersemangat untuk mengetahui mengenai Majapahit dan sang Rajaputri.
Arya Bhanu mengangguk pelan, "ada acara malaman yang dikhususkan untuk rakyat sebagai hiburan, biasanya akan ada beberapa persembahan musik dan tari, wayang topeng dan istana akan memberikan makanan atau jajanan untuk rakyat."
Netra Anggita masih berbinar mendengar penjelasan Arya Bhanu, ia seakan membayangkan betapa ramainya di zaman itu. "Berarti kalau penyanyi belum ada?" tanyanya lagi antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETED
Historical Fiction--Pemenang Wattys 2022 (Fiksi Sejarah)-- Blurb: Anggita yang bekerja di stasiun radio S di Surabaya, diminta atasannya untuk merancang program drama sandiwara radio, bahkan harus menyiapkan naskah cerita drama tersebut yang harus bertema kolosal. Ke...