32. Residual Energi

995 232 3
                                    

Selamat Membaca😊

*** 

Anggita menuangkan empat plastik wedang ronde di empat mangkuk berbeda. Purwoko yang tengah duduk di meja makan, memperhatikan cucunya itu dengan saksama. Sedangkan dari arah ruang TV, terdengar suara neneknya yang terus berkomentar tentang alur sinetron yang tengah dinikmatinya. Kakek dan cucu itu hanya menggeleng gemas melihat kelakuan neneknya yang tak ada bedanya dengan emak-emak lainnya kala menonton sinetron.

"Program radio kamu gimana?" tanya Purwoko dengan lembut sambil menerima hidangan wedang ronde yang disodorkan oleh Anggita.

"Minggu depan udah mulai promosi, Kung, dan minggu depannya lagi sudah tayang, tapi proses taping-nya sendiri masih terus berlanjut sambil ngelihat respons pasar gimana," terang Anggita.

Purwoko hanya mengangguk lalu menyuapkan beberapa sendok wedang rondenya. "Tumben dadakan ke sini, ada apa?" tanya Purwoko yang sudah tidak tahan untuk basa-basi dengan cucunya sendiri. Sejak pulang dari Gemekan dan melihat kedatangan cucunya yang tidak biasanya seperti saat itu, terlebih lagi dirinya sendiri sempat melihat hal-hal yang berbeda dari dalam diri Anggita, maka tidak mungkin bila kedatangan cucunya kali inj tanpa ada maksud dan tujuan yang jelas.

"Kangen lah sama Kakung sama Uti," jawab Anggita terkekeh tipis kemudian melanjutkan lagi ucapannya. "—tapi memang ada yang Anggita ingin tanyakan ke Mbah Kung, boleh?" Tanya Anggita sedikit ragu.

"Boleh saja, Nduk."

"Mbah Kung, apa bisa seseorang melihat masa lalu? Kayak video yang tiba-tiba aja terputar tanpa ada hal-hal khusus yang dilakukan?" pertanyaan Anggita sedikit membingungkan tapi Purwoko paham maksud cucunya itu.

"Residual energi itu namanya, Nduk."

Jawaban singkat kakeknya membuat dahinya semakin berkerut. Residual energi? Anggita pernah mendengar dan menyimak penjelasan ini saat menonton konten chanel Om Hao yang terkenal itu di platform Youtube bersama Usmanda, tapi merasakannya langsung, tentu saja Anggita merasa dirinya tidak pernah mengalami hal-hal gaib ataupun mistis.

Purwoko hanya melirik sekilas Anggita dan kembali menjelaskan maksud dari jawabannya. "Hal-hal seperti itu memang ada dan susah diterima secara logika. Namun sifatnya bukanlah hal mistis atau klenik. Residual energi tidak akan terjadi tanpa adanya sebab yang menstimulus, hal itu bisa berasal daei alam dan benda-benda yang berkaitan. Semuanya itu merekam segala apa yang terjadi dan memunculkannya disaat kita berada di titik satu frekuensi yang sama dengan alam dan benda-benda tersebut."

Anggita hanya membuka bibirnya separuh dan menggaruk pelipisnya lalu menggeleng. "Gita masih belum paham, Kung," ujarnya.

"Energi itu menghasilkan gelombang eletromagnetik dan memengaruhi pikiran dan perasaan yang memiliki kepekaan terhadap apa yang direkam oleh alam semesta. Banyak orang menyebutnya sebagai kemampuan indera keenam atau indigo. Itu tidak salah, karena pada kenyataannya, tidak semua manusia bisa memiliki kepekaan hal-hal tersebut." Purwoko menghela napas setelah melihat respons cucunya yang mulai memahami penjelasannya.

"Apa yang kamu lihat, Nduk?" tanya Purwoko pada Anggita. Mata cucunya itu mengerjap cepat dan raut wajahnya meragu. Jari-jemarinya bahkan saling terjalin dan dimainkan. Meski suara komentar neneknya di ruang TV terdengar cukup keras, namun tampaknya tidak menganggu diskusi antara kakek dan cucu tersebut.

"Anggita tadi menggantikan talent yang akan digunakan sebagai bahan promosi dan konten. Kami bertiga yang menggantikannya, Kung. Dan saat dirias dengan memakai pakaian busana yang mirip ratu di zaman Majapahit, Anggita tiba-tiba mendapat penglihatan aneh. Seseorang seakan mirip dengan Anggita di masa lalu, visualisasinya dan kilasan-kilasan peristiwa pun Anggita bisa jelas melihatnya. Anehnya, ada sosok Bhanu di sana, seperti dekat tapi juga seakan berjarak. Antara senang dan sedih, semuanya seakan tercampur aduk. Dan yang terakhir—"

TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang