48. Hari Bersamamu

1.2K 219 19
                                    

Surabaya, tahun 2021

Sejak percakapannya dengan Usmanda waktu itu, Arya Bhanu tidak pernah berhenti untuk tidak memikirkannya. Ketika Anggita mengajaknya untuk ikut bekerja di kantor radio dan menunggu gadis itu, ia akan menyempatkan diri ke taman Joko Dolog, berdoa di depan arca yang pernah dirawatnya. Bukan tanpa sengaja ia berada di sini. Karena ia sedang menunggu seseorang yang pernah beberapa kali dilihatnya namun hanya dari jauh. Biasanya ia tidak akan menerima uang pemberian Anggita—yang katanya untuknya jajan—padahal ia sendiri tidak tahu apa itu jajan. Tapi hari ini, ia sengaja untuk mengambil dan membawa uang itu.

Di dekat gerbang taman, Arya Bhanu yang hari ini mengucir rambutnya serta memakai topi dan memakai kemeja flanel belel, berdiri dengan sabar menunggu seseorang. Ia benar-benar berharap bahwa hari ini adalah hari keberuntungannya. Saat suara motor didengarnya, Arya Bhanu melihat ke depan, dan senyumnya terbit.

Gugup, ia tetap berusaha melangkah mendekat. Menunggu orang itu mengantarkan kotak makanannya ke tempat yang tampaknya adalah pelanggan tetap. Saat orang yang ditunggunya itu sudah selesai mengantarkan paketnya, Arya Bhanu mendekat dan menurunkan topinya lagi agar wajahnya tidak terlihat.

"Bisakah saya membeli makanan ini?" tanyanya langsung tanpa permisi. Orang itu mengernyit lalu membenarkan letak kaca matanya, dan menatap Arya Bhanu dari atas ke bawah.

"Maaf, ini sudah habis. Saya hanya mengantarkan sesuai pesanan," tolak orang itu dengan sopan.

"Tidak adakah yang lainnya? Karena saya ingin memberikan pada ... kekasih saya, untuknya makan siang," ucap Arya Bhanu yang memohon tapi wajahnya memerah ketika menyebut kekasih.

"Aduh, maaf, Mas, beneran yang kotak nasi sudah habis, karena saya tidak membawa lebih. Tapi, saya ada yang dibungkus, Mas, cuma ini sisa jumat berkah, tapi awalnya mau saya bagikan, tapi kalau Mas-nya tidak merasa tersinggung tidak apa-apa ini nasinya untuk pacarnya Mas aja, biar semangat kerja," kata orang tersebut sembari menyodorkan nasi bungkus dengan karton tebal yang diluarnya terdapat logo nama sebuah merek dagang.

Arya Bhanu ingin bertanya apa itu jumat berkah, tapi diurungkannya, setidaknya ia berhasil mendapatkan makanan itu. "Terima kasih, ini uangnya," ucap Arya Bhanu.

"Tidak usah, Mas. Kalau yang dibungkus ini untuk jumat berkah, kok, jadi gratis alias tidak bayar," ujar pria berkaca mata itu lagi. "Biar berkah, Mas," imbuhnya lagi diakhiri kekehan tipis.

Lalu dengan polosnya, Arya Bhanu pun menyahut. "Oh, berkah, berkah." Membuat laki-laki berkacata mata itu tergelak dan menggeleng-gelengkan kepalanya—mengganggap respons Arya Bhanu lucu baginya.

Setelah kepergian laki-laki itu, Arya Bhanu menenteng nasi bungkusnya dan akan menyerahkan pada Anggita. Di depan kantor satpam, Anggita sudah berkacak pinggang dan bibirnya dikerucutkan. "Ke mana aja, sih, kan aku udah jam istirahat, lapar ini, mau makan!"

Arya Bhanu melepas topinya dan sedikit dikibaskan rambut depannya yang terurai. "Maaf saya tadi dapat makanan ini saat di taman tadi."

Anggita menatapnya curiga. "Kok bisa? Kamu udah berani ngobrol sama orang sini, ya?"

"Tadi saya berniat membelinya, tapi katanya ini jumat berkah."

Anggita menerima bungkus makanan itu dari Arya Bhanu. Bentuknya menarik. Karena bungkusnya tidak seperti kertas minyak yang di warteg-warteg, tapi lebih tebal dan terdapat logo mereknya. Anggita pun membacanya 'Bejo Fried Chicken'. Sontak Anggita tergelak. Dari sekian nama, kenapa harus ngasih nama Bejo, sih! Ucapnya dalam hati.

"Kenapa? Apa karena jumat berkah?" tanya Arya Bhanu yang terlihat penasaran dengan kalimat jumat berkah. Anggita tidak bisa menghentikan gelak tawanya pada jumat siang ini. Bejo dan berkah. Dua kata itu benar-benar terdengar lucu, hingga terngiang-ngiang di kepalanya.

TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang