Nyatanya, obat patah hati terbaik bukanlah dengan orang baru, tetapi dengan mimpi-mimpi baru, semangat baru, tempat baru dan karya baru.
Setidaknya prinsip itulah yang dipegang oleh Anggita sejak tiga tahun lalu pasca Mas Majapahit menghilang begitu saja. Anggita bahkan harus rela membobol tabungannya sendiri setelah memutuskan untuk cuti dan melakukan tapak tilas menelusuri jejak Majapahit khususnya di zaman pemerintahan Tribhuana Tunggadewi hingga Hayam Wuruk. Saat melakukan ekspedisi amatiran itulah Anggita bertemu dengan Bang Sul dan Mas Yanuar yang membuat Anggita tertarik untuk bergabung di Satu Atap Entertainment.
Anggita menemukan sesuatu yang dicarinya. Anggaplah dia mungkin terlalu terjebak masa lalu atau gila sejarah. Namun faktanya, setiap menggali hal-hal berbau sejarah baik tentang Majapahit atau bukan, Anggita merasa "lebih dekat" dengan sosok Arya Bhanu. Setiap membaca atau mengunjungi candi, menyentuh reruntuhan batu andesit dan batu bata merah yang mulai lapuk dan berlumut itu, membuat Anggita merasakan kehadiran laki-laki itu. Sampai saat ini, tempat favoritenya adalah Museum Trowulan—tempat di mana lontar berisi kidung buatan laki-laki itu disimpan dengan baik, serta situs Watu Ombo yang membuat Anggita merasa lebih mengenal sosok Rajaputri Tribhuana Tunggadewi.
Karena itu, Anggita merasa hidupnya baik-baik saja dengan; bekerja, bergosip dengan bapak bertulang lunak yang akan memiliki dua anak sebentar lagi, mengunjungi kakek neneknya dan mengunjungi tempat favoritenya bila rindu. Cukup dan sederhana. Anggita menikmatinya.
Hingga laki-laki itu datang. Berambut lebih rapi, pendek dan klimis. Berkacamata. Seringnya memakai pakaian yang cenderung berwarna putih. Dan, berasal dan hidup di dunia yang sama. Hanya itu yang membedakan laki-laki bernama Bejo dan Arya Bhanu. Selebihnya Mas Be begitu mirip dengan Arya Bhanu.
Awalnya Anggita merasa bahwa kehadiran Mas Be adalah penyembuh dahaga rindunya pada Arya Bhanu. Namun, Anggita salah besar. Kebersamaannya bersama Mas Be sejak mereka saling bertukar nomor waktu itu, tak cukup membuat Anggita benar-benar jatuh cinta dan lupa pada sosok Arya Bhanu, tetapi justru malah membuatnya semakin mencari-cari sosok Arya Bhanu pada diri Mas Be.
Atau ... dia saja yang terlalu "buta dan takut" akan perasaannya sendiri yang mulai merasa nyaman dengan Mas Be, seperti apa yang dikatakan oleh Usmanda. Anggita benar-benar tidak tahu. Sebelum semua terlambat, Anggita memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi.
Saya akan tetap keras kepala dan menjadi batu meski kamu tolak berkali-kali. Anggap saja saya memang orang bodoh. Izinkan laki-laki bodoh ini untuk terus di sampingmu sampai dia lelah dan menyerah.
Mungkin Mas Be mulai lelah dan menyerah. Sebab sudah hampir satu bulan ini, laki-laki itu tak menampakkan diri. Hanya pernah mengirimkan makanan ke kantornya satu kali. Harusnya Anggita senang, sebab tujuannya tercapai, tapi mengapa dia mulai merasa kehilangan.
Manusia memang makhluk konyol dan bodoh. Dikejar jual mahal. Saat sudah dilepaskan malah kebingungan dan sebaliknya.
"Mbak Anggita, cari makan yang pedes-pedes, yuk, lagi pengen, nih," ajak Nalini yang sudah berdiri di samping meja kerja Anggita.
Anggita yang tersentak dari lamunannya, sontak menoleh pada Nalini. "Emang nggak bawa bontot kayak biasanya?"
"Ibu sama Ayah lagi pergi ke kondangan saudara di Madiun, jadi nggak ada yang masak. Bosan mi terus, Mbak. Kemarin udah makan Mi Gacoran sama adik, terus malamnya diajak lagi sama adik makan Wesmi, dua hari loh Mbak, aku makannya itu terus," keluh Nalini.
"Lha, kan itu juga pedes-pedes, Nal," sahut Anggita sedangkan Nalini hanya memberikan ringisan senyum.
"Hehehe ... iya, sih, Mbak, tapi penginnya pedes-pedesnya jangan mi lagi."
"Ayam geprek mau?" tawar Anggita. Namun, detik setelah dia mengatakan tawarannya, Anggita justru merasa dirinya sedikit bodoh. Karena tanpa sadar seakan mengingat Mas Be.
"Boleh, Mbak. Yang ayam geprek yang dulu suka ngirim buat Mbak Anggita itu enak banget. Itu aja deh, Mbak, tempatnya juga nggak terlalu jauh, kan, dari kantor."
Anggita hanya bisa menelan ludahnya pahit. Dia bagai kena jebakannya sendiri. Atau justru inilah yang diharapkannya, bisa bertemu dan melihat laki-laki itu. Sebab selama perjalanan di atas motor, kepala Anggita dipenuhi dengan Mas Be. Jantungnya berdegup kian kencang begitu mendekati warung tenda milik laki-laki itu. Bibirnya komat-kamit mengucapkan 'semoga Mas Be nggak ada di warungnya' tetapi hatinya justru berdoa 'semoga bertemu dengan Mas-Mas mata sendu berkaca mata'.
Tepat saat turun dari kendaraan, parkiran motor di samping warung tenda Mas Be terlihat cukup ramai karena memasuki jam makan siang. Anggita hanya menghela napasnya panjang sebelum ditarik paksa oleh Nalini untuk segera masuk ke dalam warung tenda.
Nahasnya, mata Anggita tak bisa berkhianat. Pandangannya menyusuri isi warung tenda—mencari sosok Mas Be. Dan, dia menemukan mata sendu berkacamata itu. Tidak sorot sendu justru tampak berbinar dengan senyum yang terus mengembang. Mas Be tidak sendiri. Sedang duduk berdekatan dengan seorang gadis yang terlihat muda—mungkin baru lulus SMA—begitulah perkiraan Anggita.
Sorot mata itu sempat menatapnya. Terkejut beberapa detik. Hanya tersenyum sekilas dan mengangguk. Kemudian kembali fokus menatap gadis muda yang menjadi teman bicaranya. Bodoh! Anggita merutuki dirinya dan hatinya yang kini terasa nyeri sekali. Napasnya terasa pendek dan memburu.
Anggita berbalik pada Nalini dan berkata, "Nal, kayaknya aku lupa ambil uang di ATM, kamu tunggu di sini dulu, ya." Tanpa menunggu balasan dari Nalini, Anggita bergegas meninggalkan warung tenda Mas Be menuju parkiran motor.
Dia sempat menghapus setitik air matanya yang akan jatuh. Haram baginya menangisi laki-laki bermodal mulut manis dan sok berjuang seperti Mas Be. Pantas saja laki-laki itu tak lagi datang dan mengejarnya, ternyata sudah memiliki tambatan baru. Terlebih lagi gadis itu terlihat imut, manis dan muda. Ternyata memang benar, Mas Be dan Arya Bhanu adalah orang yang berbeda termasuk dalam hal kesetiaan dan cinta.
***
"Wulan, tunggu sebentar, ya, saya mau menghubungi supplier dulu," ucap Mas Be pada gadis yang merupakan anak dari salah satu kenalannya yang tertarik untuk berbisnis dengannya.
"Oh, iya, Mas, silakan, Wulan tunggu, kok." Suara gadis itu menjawab dengan lembut dan terdengar manis memang. Namun, Mas Be tidak bisa tenang sejak beberapa menit lalu. Lebih tepatnya sejak Anggita mendadak muncul di warung tendanya.
Sebelum mengeluarkan ponselnya, Mas Be celingak-celinguk untuk mencari sosok Anggita. Dadanya terasa mencelus. Helaan napas panjangnya terkesan berat dan pasrah. Segera saja Mas Be menghubungi kontak nomor yang harus dimintai pertanggungjawaban atas apa yang baru saja terjadi.
Halo Bro Juragan ayam geprek, gimana jualan hari ini, makin—
Suara cempreng yang terdengar dari seberang segera disela Mas Be. "Dia datang. Dan, sekarang saya bingung harus gimana," kata Mas Be yang terdengar putus asa.
Dia? Siapa? Oh ... Si Nenek Kabayan bernama Anggita yang sok jual mahal itu. Ya bagus kan itu artinya dia—
Lagi, ucapan Usmanda disela oleh Mas Be. "Saya takut Anggita salah paham."
Hanya suara lengkingan tawa Usmanda yang nyaring itu terdengar. Wes, pokoknya percaya ajalah sama Dokter cinta Usmanda, dijamin tokcer."
Mas Be segera mengakhiri pembicaraannya dengan Usmanda. Dia kini merasa bodoh telah mengikuti saran teman Anggita yang kini baru disadarinya ternyata menyesatkan. Pasrah. Mas Be belum tahu harus melakukan apalagi setelah ini. Entah akan lebih berat lagi usahanya dan berakhir sia-sia.
***
Bandung, 7 Juli 2023
Gimana dengan ekstra part ini? Puas? Atau kurang?
Yang kangen Arya Bhanu boleh angkat tangan dong. Siapa tahu, siapa tahu nih ntar aku up lagi kapan-kapan tentan Arya Bhanu pas di zaman Majapahit dan satu momen bersama Anggita.
Oh, ya, anaknya Tribhuana, ceritanya Hayam Wuruk sudah sampai bab 12 dan masih on going, barangkali kalian juga berminat buat icip-icip, atau kisah Mpu Nala yang masih panjaaaaaang.
Terima kasih sudah membaca kisah ini, terima kasih juga atas vote dan komennya. Semoga kalian di manapun itu, sehat2, semangat dan bahagia❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETED
Historical Fiction--Pemenang Wattys 2022 (Fiksi Sejarah)-- Blurb: Anggita yang bekerja di stasiun radio S di Surabaya, diminta atasannya untuk merancang program drama sandiwara radio, bahkan harus menyiapkan naskah cerita drama tersebut yang harus bertema kolosal. Ke...