"Cakra?!" Anggita benar-benar terperanjat melihat kedatangan Cakra di rumahnya, apalagi ini sudah mulai larut.
Laki-laki dengan potongan rambut belah tengah itu menyisir rambutnya ke belakang lalu tersenyum manis ke arah Anggita.
Anggita hanya bersungut kesal melihat Usmanda yang malah cekikikan atas dirinya yang tengah salah tingkah dengan kedatangan Cakra. "Udah nyantai aja kali Nek ada cem-ceman," bisik Usmanda padanya. Lalu Usmanda menatap ke arah Arya Bhanu yang memperhatikan Anggita dan kadang melirik ke arah Cakra. "Eh, Mas-Mas Majapahit pasti belum pernah makan es kacang ijo kan? Aku udah beliin nih, es bubur kacang ijo Pandegiling. Mantap jiwa! Sueger puoll!"
Arya Bhanu kurang fokus akan ucapan Usmanda karena ia memperhatikan Anggita yang tampak tersipu dengan kehadiran laki-laki tampan yang lagi-lagi mirip seseorang dari zamannya. Bentuk wajah hingga tegap dan tinggi tubuhnya sama persis, pun dengan warna kulitnya yang cerah. Namun, sekali lagi berbeda versi penampilan.
"Yuk Mas! Kita ke bawah aja, ada yang mau pacaran soalnya," bisik Usmanda pada Arya Bhanu dan langsung menarik tangan Arya Bhanu untuk turun ke bawah meninggalkan Anggita dan Cakra yang hanya berdua saja.
Meski enggan meninggalkan Anggita, tapi Arya Bhanu tetap melangkahkan kakinya, tanpa menoleh lagi ke arah Anggita dan Cakra yang masih saling tatap.
***
"Hai, Git," sapa Cakra pada Anggita lalu ia mengambil duduk di sebelah Anggita yang masih berdiri.
"Tumben ke sini, ada apa emangnya?" tanya Anggita agak sewot tapi sekaligus penasaran. Pasalnya seorang Cakra Yudha Birantara, datang ke tempatnya adalah hal yang langka, bahkan saat mereka sempat dekat dulu.
"Emang mau ke sini sih, soalnya kan kita bakalan ada satu project bareng," jawab Cakra enteng.
"Kan bisa calling dulu dan ketemu di studio aja, lagi pula emang udah pasti kamu masuk tim pengisi suara?"
Cakra mengangguk sambil mengeluarkan dua cup minuman dalam paper bag berlogo merek terkenal. "Nih, green tea latte kesukaan kamu kan," ucap Cakra sembari menyodorkan satu cup minuman pada Anggita yang malah menaikkan alisnya atas sikap Cakra yang agak berbeda padanya."
"Enggak diracun kok apalagi dikasih obat perangsang," celetuk Cakra yang mendapat tatapan tajam dari Anggita. "Aku dapat draft outline dan contoh script-nya, sempat kaget juga pas Cak Kur bilang yang buat itu kamu."
"Kenapa? Enggak percaya kalau itu buatanku?" tanya Anggita yang masih bertahan dengan nada bicaranya yang agak sewot sembari ia membuka tutup cup minuman pemberian Cakra.
"Percaya kok, lagian kakek kamu kan juga ahli sejarah dan ikut jadi tim ekskavasi situs Kumitir dan situs-situs peninggalan kerajaan di Jawa Timur, pasti lah sedikit banyak juga memengaruhi dan jadi inspirasi. Tapi outline dan script yang kamu buat udah bagus dan detail, karena itu tujuanku ke sini."
Anggita merasa heran dengan Cakra yang tiba-tiba tertarik dengan proyek drama radio ini. "Kenapa memangnya? Apa karena kamu pernah sukses garap drama radio E dan akhirnya kamu ragu sama aku, apakah drama radio ini bakal sukes atau malah tenggelam?"
Cakra hanya menyengir tipis lalu dengan seenaknya mengusap pelan rambut Anggita, "jangan suudzon terus kenapa sih sama aku. Justru karena aku pengen garap serius ini drama biar meledak dan salah satunya ya kita kerja sama buat bikin naskah dan juga penentuan tim plus scoring dan narator. Semuanya harus matang Git, karena pihak manajemen atas akan meminta kita untuk sudah menentukan tim drama radio seminggu ke depan dan akan kita presentasikan di beberapa klien untuk menarik sponsor."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETED
Historical Fiction--Pemenang Wattys 2022 (Fiksi Sejarah)-- Blurb: Anggita yang bekerja di stasiun radio S di Surabaya, diminta atasannya untuk merancang program drama sandiwara radio, bahkan harus menyiapkan naskah cerita drama tersebut yang harus bertema kolosal. Ke...