Sambil nyate sambil baca Arya Bhanu yuk 🤭
***
"Ekhem, Git, nggak jadi izin pulang?" tanya Cak Kur—yang juga atasan Anggita itu dengan nada menyindir.
Anggita hanya menyengir tipis. Untung saja drama peluk-peluknya dengan Arya Bhanu sudah berakhir beberapa detik yang lalu, atau jangan-jangan Cak Kur sudah mengawasi dan melihat semuanya? Gawat! Bisa malu sampai ubun-ubun, teriaknya dalam hati atas sikap impulsifnya sendiri. Namun, Anggita tetap menjawab pertanyaan atasannya itu. "Enggak, Cak, tasnya udah dianterin, niatnya tadi mau ambil tas ke rumah karena ketinggalan," kilahnya menjelaskan alasan.
Namun, pandangan atasannya malah menatapnya seperti berkata 'ah masa' bahkan bibirnya ditipiskan ke bawah. "Ya, udah kamu ambil break dulu, setelahnya kontrol penayangan perdana sesuai briefing tadi," titah Cak Kur yang segera diangguki oleh Anggita. "Siap, Cak!"
Segera atasannya itu berlalu, Anggita memejamkan matanya dan menghela napas panjang. Setelah menghadapi atasannya yang tidak kenal ampun itu, kini dia harus menghadapi Arya Bhanu. Untuk berbalik dan menatap wajah laki-laki itu saja, Anggita sudah merasa malu setengah mati, apalagi harus berbicara. Rasa-rasanya, dia ingin membenturkan kepalanya dengan helm, atas kebodohannya yang bisa-bisanya memeluk laki-laki itu tanpa sungkan, dan di tempat partir kantornya pula! Kalau bukan gila ya miring berarti otaknya beberapa menit lalu.
Anggita berdeham kecil setelah memesan makanan melalui aplikasi, menghempaskan rasa malunya, dia berbalik dan menatap Arya Bhanu yang—masih terlihat tenang. Tenang?! Anggita rasanya ingin meledak melihat wajah adem, ayem, tentrem laki-laki dari Majapahit itu. Kala jantungnya sudah jumpalitan bak Reog Ponorogo, eh si Mas-Mas Majapahit ini malah wajahnya adem layaknya ubin masjid.
"Saya pulang?"
"Ya?"
Anggita tahu bahwasanya Arya Bhanu sedang bertanya, bukan menyatakan akan pulang. Namun, wajahnya yang masih memanas, membuat otaknya juga ikut ngebul. Beberapa detik kemudian, setelah bisa mengontrol salah tingkahnya itu, Anggita menjawabnya. "Nanti saja, pulangnya bareng aku sekalian. Cuma memang aku bakal ngelembur sampai malam, atau mau tetap pulang? Kalau iya aku pesankan ojek online, kayaknya si Usman udah balik," kata Anggita panjang lebar. Tapi ya sayang sih ayam gepreknya udah aku peseninin, lanjut Anggita dalam hatinya.
"Saya menunggumu saja," jawab Arya Bhanu dengan suara beratnya itu.
Perut Anggita semakin melilit, sudah terus ditatap sedemikian dalam, ditambah pula kerja ditunggui lagi. Anggita yang jomlo abadi ini kan jadinya baper tidak tertolong. Anggita menggerakkan kepalanya—mengode pada Arya Bhanu agar laki-laki itu mengikutinya untuk masuk ke dalam studio, karena Anggita tidak bisa membuat dirinya semakin berkhayal yang tidak-tidak, ini adalah kehidupan nyata, bukan drama Korea. Dan, yang tadi dilakukannya adalah memalukan jagat raya. Lebih baik dia kembali produktif dengan bekerja. Menyiapkan proses live streaming saat penayangan perdana berlangsung di Instagram dan juga Tiktok.
Karena membayangkan hal-hal romantis bisa membuat baper akut dan menimbulkan penyakit hati. Dan yang Anggita sadar juga tahu bahwa sakit hati tidak ditanggung oleh BPJS!
***
@upilmacan : Makasih radio S sudah membuat sandiwara radio. Jadi inget dulu sering dengerin Tutur Tinular sama Mak Lampir di radio pas sama si Mbah. Al Fatihah buat almarhum Mbah saya.
@leluhurkakeksugiono: Episode perdananya saja sudah bikin penasaran, lanjut ya! Bakal terus dengerin radio S, lek perlu aku kirim es degan buat krunya.
@LumpiahitsCakNo : Keren! Gini nih ada lagi sandiwara radio kayak gini. Mantap radio S! Ojo lali yo rek mampir tuku lumpia Cak No nang ngarepe Hi-Tech Mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETED
Historical Fiction--Pemenang Wattys 2022 (Fiksi Sejarah)-- Blurb: Anggita yang bekerja di stasiun radio S di Surabaya, diminta atasannya untuk merancang program drama sandiwara radio, bahkan harus menyiapkan naskah cerita drama tersebut yang harus bertema kolosal. Ke...