3. Tutorial Hidup Masa Kini

2.6K 503 43
                                    

Jika Usmanda malah terpingkal-pingkal melihat seorang laki-laki dewasa menceburkan dirinya ke dalam bak mandi kecil berukuran 50 sentimeter x 1 meter, maka Anggita sudah memelototkan matanya dengan kilat tajam yang menyala.

"Ya ampun Nek, itu laki b-o-d-o atau emang enggak tahu sih!" ucap Usmanda masih dengan tawanya yang tak berhenti dan sesekali mengusap sudut matanya yang berair.

Anggita tidak memedulikan Usmanda, dia malah melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan berdiri tepat di depan bak penampung air. Arya Bhanu yang sudah menenggelamkan tubuhnya hingga dadanya itu, hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Sorot mata Anggita menakutkan serta membuatnya tidak enak hati. Ia bingung apa kesalahannya hingga Anggita kini sudah berkacak pinggang.

Dengkusan napas Anggita yang kasar itu terdengar. "Masnya pikir ini pertirtaan kayak di sendang-sendang apa? Ini bukan kolam renang, kolam mandi apalagi kolam ikan!" sembur Anggita tak bisa menahan rasa jengkelnya.

Usmanda yang tahu betul watak temannya itu segera mendekat. "Udahlah Nek, dia kayaknya juga enggak tahu, kali aja dia bingung Nek, gimana cara mandinya, makanya langsung nyebur."

Anggita menoleh ke arah usmanda, "terus siapa yang bakal kuras bak mandi? Awakmu ta? Ya opo? Gelem?"

Usmanda pun segera cepat menggeleng. Baru saja akan membuka mulutnya untuk berbicara, Arya Bhanu sudah mendahuluinya setelah keluar dari bak mandi karena merasa tidak enak hati dengan Anggita yang tampak marah itu.

"Mohon ampun, Gusti Rajaputri, saya memang mengira ini kolam pertirtaan, lain kali hamba akan berhati-hati menggunakan kolam kecil ini."

Anggita memutar bola matanya malas. "Gusti Rajaputri neh!" Kali ini ia menyedekapkan tangannya ke dada. "Us, ajarin dia mandi yang bener! Sekalian ajarin sikat bak kamar mandi!"

Usmanda yang mendapat perintah dari Anggita pun segera menatap perempuan bermata kucing itu dengan membalas tatapan tidak terima "Kok aku sih Nek! Bahaya lho kalau pedang sama pedang disatuin, bisa-bisa si Mas Majapahit ini keluar-keluar sengklek kakinya."

Kini Anggita gantian menatap Arya Bhanu yang tubuhnya sudah basah kuyup. Anggita mulai berdeham dan merasa tidak nyaman ketika tubuh atletis Arya Bhanu dengan kulitnya yang agak gelap itu terpampang begitu nyata di hadapannya. Belum lagi, dengan rambut Arya Bhanu yang panjang mencapai pundak tegap laki-laki itu tampak sengaja diurai. Apalagi pemandangan enam kotak roti sobek itu terasa menganggunya.

Anggita berdecak. "Cepet Us, kasih tutorial ke Mas Majapahit ini gimana cara mandi zaman Covid," titah Anggita lagi.

Usmanda pun membalas dengan berdecak kesal. Namun, sekali lagi suara Arya Bhanu yang bertanya, membuat mereka tampaknya harus banyak-banyak bersabar.

"Apa di sini ada pinang?" tanya Arya Bhanu dengan nada yang agak terbata.

"Pinang?!" Anggita dan Usmanda mengucapkannya secara bersamaan.

"Pinang apa? Bagai pinang dibelah dua?" gurau Usmanda. Anggita hanya diam. Dia hanya menanti, apalagi celetukan aneh yang keluar dari laki-laki yang mengaku dari masa lalu itu.

"Pinang ... hm ... yang terbuat dari daun sirih dan daun jeruk kemudian diikat kecil-kecil. Biasanya digunakan untuk membersihkan gigi," terang Arya Bhanu.

Penjelasan Arya Bhanu sontak saja mengundang tawa dari Usmanda yang sekali lagi tampak terhibur dengan segala keanehan hidup ala Ksatria itu. "Ya ampun, mana ada zaman sekarang yang sikat gigi kayak gitu, bukan tambah PD karena giginya bersinar secerah senyum pepsodent malah kayak mbah-mbah." Usmanda bahkan mempraktikan bagaimana para lansia di desa-desa mengunyah pinang itu.

Arya Bhanu menggaruk pelipisnya. Entah mengapa rasanya ia menjadi bodoh dan serba salah saat berada di sini. Dalam pikirannya terus bertanya, tahun berapa kehidupan saat ini, karena rasanya apa yang dilihatnya sangat diluar nalarnya sebagai manusia yang hidup di tahun 1331.

TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang