Selamat Membaca 😊
"Prajurit yang seperti apa yang Gusti Putri Gayatri inginkan?" Mpu Bahaduri mengajukan pertanyaannya setelah berpikir untuk beberapa saat.
"Menurut Mpu, kriteria yang bagaimana untuk memajukan sebuah negara?" Gayatri balik bertanya dan tak lupa mengulas senyum simpulnya.
Mpu Bahaduri tidak langsung menjawab, tapi malah berani bertemu pandang dengan istri keempat Raja Majapahit itu. "Suatu negara tidak akan maju bila tidak dipimimpin dan memiliki bawahan bercita-cita dan ambisi besar. Keteguhan dan kenekatannya akan sangat diperlukan, sehingga tidak akan pernah gentar dalam menghadapi segala halang rintang."
Gayatri menyeringai tipis. "Saya yakin di Kadewaguruan ini memiliki bibit-bibit punggawa yang tangguh untuk berbakti pada Majapahit."
Mpu Bahaduri menundukkan kepalanya, "kami di sini hanya belajar Gusti Pustri, dan berkat sang Prabu Dyah Wijaya jugalah yang memberikan perhatian pada Kadewaguruan ini."
"Yang Mulia Prabu tidak mungkin salah menilaimu Mpu, pun juga dengan saya."
Gayatri mengedarkan pandangannya hingga menemukan sosok Gajah Mada yang sedang berlatih memanah. Badannya yang tegap, tinggi dan besar, membuat sosok pria muda itu menarik perhatian Gayatri. Namun, remaja pria yang berada di sebelah Gajah Mada pun tak luput dari perhatian Gayatri.
"Dua pemuda yang sedang berlatih ngembat watang, mereka siapa?" tanyanya pada Mpu Bahaduri.
Sang Mpu pun mengikuti arah pandang Gayatri. "Yang sedang membidik papan panah bernama Gajah Mada, Gusti Putri, dia merupakan salah satu murid terbaik kami di sini. Tak hanya mahir koreografi bela diri, tapi juga cakap dan teguh pendirian. Sedangkan yang di sebelahnya, masih murid yang baru belajar di sini Gusti Putri," terang Mpu Bahaduri.
"Namanya siapa?" tanya Gayatri sekali lagi dengan pandangan yang masih fokus pada dua orang pemuda tersebut. Gayatri mengernyitkan dahinya sebentar, mencoba mengingat sosok yang berada di sebelah Gajah Mada. Firasatnya mengatakan bahwa pemuda tersebut tidak asing.
"Dia bernama Arya Bhanu, Gusti Putri."
"Arya Bhanu ...." gumam Gayatri dan mulai mengerti mengapa remaja tersebut terlihat tidak asing baginya. Tentunya ia memiliki mata dan telinga, terutama di istana. Apa yang menimpa pada putrinya waktu itu, membuat Gayatri meminta beberapa orang kepercayaannya untuk mengamati pekatik tersebut.
Gayatri merasa penasaran dan sangat tergelitik dengan pemandangan Gajah Mada dan Arya Bhanu yang terlihat dekat. Mengapa bisa Si Pekatik tersebut menjadi Sisya Kadewaguruan ini, dan fakta bahwa sebenarnya Arya Bhanu hanyalah ditempatkan sebagai Abdi di Kadewaguruan yang sepertinya sengaja disembunyikan oleh Mpu Bahaduri.
Gayatri sedikit tersentak ketika melihat seorang gadis remaja yang mendatangi dua pemuda tersebut dan berbincang-bincang dengan Gajah Mada, sedang Arya Bhanu sendiri hanya menyimak pembicaraan kedua orang tersebut. Namun, gadis yang terlihat begitu banyak bicara itu, sesekali melirik ke arah Arya Bhanu.
Menarik, seru Gayatri dalam hati. Ia seperti mendapat sebuah gambaran masa depan yang mungkin saja akan membawa perubahan besar nantinya untuk cita-citanya dan Majapahit tentunya.
***
"Kesempatan Yuwaraja akan datang, dampar kencana akan menjadi tempat Yuwaraja duduk selama memerintah. Tidak ada lagi panggilan Yuwaraja, karena akan berganti menjadi Prabu Jayanegara dan pastinya akan mendapatkan Abiseka. Anda adalah satu-satunya anak lelaki yang dimiliki Prabu Dyah Wijaya, kitab hukum Kutaramanawa tentu saja akan menjadi kekuasaan anda secara mutlak untuk mengubahnya."
Dyah Halayuda tak henti-hentinya memberikan pendapatnya pada Yuwaraja Jayanegara yang tengah gelisah. Usianya memang masih diawal dua puluhan, dan mengerti bahwa dirinya lah yang akan menjadi penerus takhta Wilwatikta. Namun, menjadi Raja tentu tidak akan semudah yang dilihat dan dibayangkan. Ia mungkin akan naik takhta tanpa ada pertikaian antar saudara, karena dia hanya memiliki dua adik tiri dan keduanya adalah perempuan yang kemungkinan naik takhta akan sangat kecil, kecuali mereka menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETED
Historical Fiction--Pemenang Wattys 2022 (Fiksi Sejarah)-- Blurb: Anggita yang bekerja di stasiun radio S di Surabaya, diminta atasannya untuk merancang program drama sandiwara radio, bahkan harus menyiapkan naskah cerita drama tersebut yang harus bertema kolosal. Ke...