49. Perang Sadeng

1.2K 214 7
                                    

Warning 18+🔥

***

Arya Bhanu membuka matanya, merasa sedikit pusing karena cahaya matahari yang masuk. "Arya Bhanu, bangunlah!" suara Gajah Mada terdengar , bahkan tuannya itu pun mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.

"Tuan, saya-" ia masih merasa berada di tempat dan waktu lain yang begitu jauh.

"Kamu hampir saja celaka. Sekarang, fokuskan perhatianmu untuk menjaga Gusti Rajaputri dan Gusti Sri Kertawardana, jangan sampai lengah!" perintah Gajah Mada dengan tegas.

Celaka? Yang ia ingat adalah langit yang tiba-tiba gelap dan a terjatuh dalam sebuah kubangan, lalu berada di tahun 2021, bertemu dengan gadis bernama Anggita dan temannya Usmanda.

"Baik, Tuan."

Arya Bhanu mengalihkan pandangannya, hingga ia menemukan bahwa sang Rajaputri berdiri di sana, ikut mengayunkan patakanya untuk menyerang pasukan Sadeng yang memberontak. Dengan gigih dan berani, sang Maharani Majapahit maju dan tidak memedulikan seruan suaminya sendiri untuk terus berada di tempat aman.

Apa ... hanya bermimpi. Bertemu Anggita dan hidup beberapa saat dengan gadis itu? Namun, semua terasa nyata, bahkan saat Rajaputri datang dan menjemputnya untuk kembali.

Namun, tidak ada waktu untuknya merenungkan yang sudah dialaiminya.. Karena saat ini, yang dibutuhkan adalah keterampilan bela diri dan menggunakan senjata. Sebab musuh, tidak akan bisa diminta untuk menunggu.

***

Tahun 1331 Masehi, sebelum peperangan Sadeng dan Keta

Tribhuana duduk di dampar kencana, mendengarkan setiap laporan perkembangan kerajaan. Kepemimpinannya baru berjalan satu setengah tahun, dan sedang melakukan banyak perombakan. Namun, akhir-akhir ini di daerah pesisir timur tepatnya Sadeng dan Keta melakukan konfrontasi. Sejak berita meninggalnya Jayanegara, daerah tersebut sudah berkoar untuk memisahkan diri dari Majapahit dan mengumumkan akan menyerang Majapahit atas terbunuhnya Mahapatih Nambi hampir tiga belas tahun lalu.

"Mengenai Sadeng dan Keta, bagaimana bila kita melakukan gertakan Gusti Rajaputri, agar mereka gentar dan mengakui kembali kedaulatan Majapahit, dengan kekuatan pasukan kita saat ini, hamba yakin akan mampu mengalahkan mereka," ucap Ra Kembar.

Mpu Krewes terbatuk-batuk. Usianya yang sudah cukup renta, membuatnya tidak lagi dalam kondisi yang sehat. Berulang kali ia mengajukan untuk mundur dari jabatan Mahapatih, tapi baik Tribhuana dan Gayatri, belum mengizinkannya, sampai seseorang siap. Gayatri sendiri, tidak ingin terlalu tergesa dalam menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit, dan mendampingi putrinya di pemerintahan. Dia tidak ingin dianggap sekadar politik balas budi, tapi memang Gajah Mada layak mendapatkannya.

"Paman Mpu Krewes, lebih baik istirahat saja, tidak apa, saya akan meminta tabib untuk memeriksa keadaan, Paman," ucap Tribhuana dengan tuturnya yang lembut. Kemudian pandangannya beralih pada Ra Kembar. "Menggertak? Dengan mengirimkan pasukan? Bukankah itu tandanya kita memang berniat untuk memerangi Sadeng dan Keta? Dan kembali terjadi peperangan?"

"Ampun, Gusti Rajaputri, kita tidak bisa membiarkan ini terlalu lama dan akhirnya malah memberikan kesempatan mereka untuk mendekat di kotaraja dan menyerang. Karena itu kita yang harus bertindak."

"Patih Ra Kembar," panggil Tribhuana. "Apa yang menyenangkan dari peperangan? Kemenangan atau kekalahan? Kedua-duanya sama-sama terarah pada kehancuran. Rakyat Sadeng dan Keta, diketuai oleh Wirota Wirogati, mengatakan menuntut balas atas kematian dan ketidakadilan putra terbaik mereka. Kita tahu sendiri hampir setengah pasukan kita adalah orang-orang dari Sadeng dan Keta? Melawan mereka, artinya kita kehilangan hampir separuh kekuatan, dan saya tidak ingin adanya perpecahan kembali dalam internal kerajaan."

TRIBHUANA TUNGGADEWI (Kemelut Takhta dan Cinta) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang