C | Butterfly

46. like father like daughter

WAJAH Diandra dipandang lalu kepala Diandra diusap lembut.

"Nothing honey. But I need to go, Ryo perlukan Mama Cami sebab kami ada nak bincang sesuatu. Maafkan Mama Cami sebab tak boleh stay dengan Dian sampai Dian keluar dari hospital," kata Camilia lalu pantas kepala Diandra menggeleng.

"No need to say sorry, Mama Cami. Thank you so much sebab datang tengok Dian. Nanti kirim salam pada ayah tau. Dian rindukan ayah," ucap Diandra lalu tubuh Diandra dipeluk erat oleh Camilia.

Rizqi yang memandang mereka hanya mendiamkan diri.

"Rizqi, tolong jagakan Dian ya? Mama Cami pergi dulu," pamit Camilia dan terus melangkah keluar dari bilik sakit itu dengan kelam kabut.

Diandra tidak tahu apa-apa tetapi hatinya kuat mengatakan ada sesuatu yang telah berlaku.

"Harap semua okay," ucap Diandra dan dibalas dengan anggukan oleh Rizqi.

JAM di dinding menunjukkan tepat pukul sepuluh malam. Mata Diandra masih lagi terbuka walaupun Rizqi telah memaksanya tidur.

"Diandra, sleep. Esok nak keluar dah, takkan tak seronok?" tanya Rizqi dan matanya beralih ke arah Diandra.

"Mesti aku seronok tapi aku tak sedap hati, Han. Aku risau apa-apa jadi pada ayah.." Akhirnya terluah juga rasa gusarnya. Dari tadi dia tidak dapat melelapkan matanya kerana memikirkan tentang Carlo.

Rizqi mengangguk kecil tanda faham akan perasaan Diandra.

"Think positive, sweetheart. Everything will be alright, okay? Tidur. Mungkin bila kau tidur, kau dapat mimpi ayah kau? Terlepas juga rindu kau nanti bila dapat tengok muka ayah kau walaupun dalam mimpi kan," pujuk Rizqi serta membetulkan selimut yang membaluti tubuh Diandra.

"Hm betul jugak, tapi kau taknak tidur ke?" tanya Diandra pula pada Rizqi apabila cahaya komputer ribanya masih menyala. Rizqi menggeleng.

"Aku nak study sikit lagi."

"Jangan tidur lambat sangat tau. Aku tidur dulu, goodnight Han," ucap Diandra dan menutup matanya. Dia berharap wajah Carlo akan masuk ke dalam mimpinya.

"Sleep tight, sweetheart."

CAMILIA terus menuju ke arah bilik sakit Carlo setelah dia tiba ke hospital. Terkejut Ryo dan Carlo dibuatnya. Hampir sahaja Ryo mengeluarkan pistolnya demi persediaan.

"Sorry—"

"Sis, lain kali buka perlahan sikit boleh tak? Terkejut aku," tutur Carlo dan menggelengkan kepalanya.

Camilia hanya tersenyum kambing lalu reaksinya berubah menjadi serius serta merta.

"Who did this to you? Tell me now," soal Camilia. Lantas dia duduk di atas sofa empuk itu sambil memandang Carlo dan Ryo.

"You already know, sis. Kau agak siapa?" tanya Carlo. Sengaja dia ingin Camilia berteka-teki.

"Kau mana ada musuh, Carl. Tapi, takkan—" Camilia menghentikan kata-katanya itu.