"Minta tolong apa, aku bantu kalo bisa" Raska menyetarakan tubuhnya agar sama tinggi oleh gadis tersebut, mendengar itu membuat dirinya terkejut, menurutnya Raska begitu baik mengatakan hal lembut sperti ini.
Ia menunjukkan luka di lengannya, darah mengalir deras. Baju gadis tersebut sudah penuh dengan darah ternyata. Melihat itu Raska langsung mengambil P3k yang selalu ada di mobilnya, ia menarik tangan gadis itu ke sudut sekolah yang punya kursi khusus itu.
"Maaf aku tarik kamu, pasti nggak sopan"
Gelengan pelan muncul dari gadis yang bernametag Caramel tersebut.
Sesampainya di sana, Raska mengobati Caramel dengan penuh hati hati, ia mengusap semua darah yang berlumuran di lengan gadis itu.
"Karena apa kok bisa gini" tanya Raska padanya.
"Tadi aku di bully kak" mendengar jawaban itu sontak membuat wajah Raska yang mulanya tersenyum menjadi datar. "Siapa orangnya?"
Gadis itu hanya diam seribu bahasa.
"Jangan pernah coba buat jahat ke siapapun ya walau orang itu udah jahat banget sama kamu, kamu yakin Tuhan kasih yang terbaik buat kamu?" Raska kembali tersenyum padanya, gadis itu mengangguk.
Raska mengacungkan jempolnya di hadapan gadis ini, " Maka dari itu jangan pernah takut buat jujur sama aku, nanti aku bisa bantu kamu"
Tapi Caramel tetap saja diam dan menunduk.
Di jauh sana mereka berdua sudah jadi sorotan publik apalgi kaum wanita yang tak Terima jika Raska mendekati cewek yang terkenal cupu ini.
"Aku yakin nanti kamu bakal cerita kara"
Caramel terkejut, "Dari mana kakak tau nama aku? "
Raska terkekeh namun hanya menggeleng pelan, bukankah nametag untuk mengenali tanpa bertanya ya?.
"Pulang sama Raska, biar Raska antar" Raska menawarkan kebaikan yang di balas anggukan oleh Caramel.
"Makasih kak"
Ia mengikuti langkah kaki jenjang milik lelaki di depannya ini, bahkan Raska mebukakan pintu kepadanya. Bukan karena merasa spesial, tapi wanita memang harus di perlakukan selayak mungkin.
Di sepanjang jalan tak ada percakapan, Raska hanya sibuk menyetir. Hingga telah sampai lah di rumah caramel, rumah yang cukup besar namun sepi. Ia berpamitan pada cara dan segera berniat pulang
Ia menyetir mobil tanpa ngebut sekalipun, ia harus mematuhi peraturan lintas dengan baik, disaat lampu merah di perempatan jalan, lelaki ini memilih memarkirkan mobilnya dan keluar tergesa gesa. Ada apa?
Matanya meraih gadis yang sudah ketakutan di trotoar. Makian panas dari pengendara membuat Raska segera menghampiri gadis tersebut
Raska menggendong gadis gemuk yang tak bisa menyebrang ini, karena pengendara lain sudah mengamuk amuk karena nya. Ia membawanya ke halte dekat jalan.
"Kamu nggak apa? " Raska menanyai hal tersebut pada gadis yang sedang menunduk ini, jantung Raska tak normal ketika berdekatan dengan gadis ini.
Tubuh gadis ini bergetar karena ketakutan.
"Gak apa jangan takut, udah aman di sini"
Almet biru ini menunjukkan jika lelaki ini adalah siswa SMA terpilih di Jakarta, bisa di katakan golongan orang kaya.
"Aku nggak apa, makasih ya"
"Nama kamu siapa? " entah daya tarik yang membuat lelaki ini ingin bertanya sperti itu ke gadis yang baru ia temui ini, sedangkan gadis itu masih setia menunduk. Ia seperti menutupi wajah kanan nya menggunakan rambut panjangnya.
"Kenapa?, apa aku enggak boleh tahu nama kamu? " mendengar itu membuat gadis ini menatap nya, saat ke empat mata mereka berkontak langsung, Raska merasakan getaran di hatinya, apa ini?. Hal yang tak biasaa ia rasakan. Wajah kanan gadis tersebut punya luka bakar, tetapi menurutnya gadis di depannya ini sangat manis.
"Nama aku Ana Saraswati" tanpa menjulurkan tangan sperti orang biasanya, gadis ini hanya mengangguk sesekali menandakan gadis yang benar benar sopan.
Raska mengetahui jika gadis di depannya ini sedikit pemalu, "Nama aku Raska Auky Adibara, kamu boleh panggil apa aja kok Ana"
Senyum itu tak hilang hilang dari Raska, ia nyaman berdekatan dengan gadis ini. Walau jika jujur saja, fisiknya tak terlalu sempurna.
"Aku harus pulang, nanti abang aku bisa marah kalo aku lama pulang" melihat gadis itu berbalik badan dan melangkah membuat Raska segera menghadang nya.
"Izinin aku antar kamu Ana" Raska tersenyum manis di depan gadis ini.
"Nanti kakak aku marah kalo aku di antar orang asing" ucapan Ana menunjukan bahwa gadis itu sedang ketakutan. "Aku bukan orang asing"
Ana menatap lelaki yang barusan mengatakan hal yang sulit di cerna.
"Aku temen kamu, bolehkan? " mendengar itu membuat Ana menggeleng lalu berjalan pergi dari sana, Raska tetap saja menyusulnya. Gadis ini tak begitu cepat berjalan sehingga raska mendapat menyeimbangkan langkahnya dan berada di sampingnya.
"Jangan temenan sama aku Raska" Raska menautkan alisnya keheranan, "Kenapa? "
Sontak membuat Ana menghentikan langkahnya mendadak dan Raska juga mengikutinya, "Nanti kamu malu punya teman kayak aku" jawab Ana.
"Kenapa malu Ana? " senyum remaja laki laki itu masih merekah di sana, jujur saja dia menyukai gadis ini.
"Aku idiot, gendut, jelek, bod-"
"Terus?" belum sempat Ana melanjutkan perkataannya, Raska sudah dulu memotong pembicaraan gadis tersebut.
"Kata siapa kamu gitu?, Semuanya memang gak sempurna kok termasuk aku, memang nya ada manusia sempurna? " Raska mencoba meraih tangan kanan Ana dan mengelus punggung tangannya, baru kali ini raska merasakan entah itu jatuh cinta atau bagaimana lah itu namanya.
Suara gadis ini terlalu lembut untuk di dengar, tatapan nya cantik persis seperti wajahnya.
"Kamu cantik dengan cara kamu sendiri Ana, jangan takut merasa kamu beda. Malah yang beda itu yang bikin kamu tambah cantik" mendengar motivasi itu membuat Ana menangis di depan lelaki ini.
Dia menunduk pelan menatap kakinya, "Baru kali ini aku di kasih kalimat sebagus ini"
"Lebih bagus kalo kamu mau untuk syukuri apa yang kamu punya sekarang" Raska tak henti hentinya tersenyum pada gadis di depannya ini.
"Ini udah mulai sore Na, nanti bahaya kamu masih berkeliaran di jalan. Biarin aku antar kamu ya" Raska memakaikan almet birunya kepada gadis ini karena hawa memang mulai dingin, apalgi gadis ini hanya memakai switer yang terlihat tipis.
Mereka berjalan menuju mobil dengan jarak yang begitu dekat. Mendapat perlakuan seperti ini jujur saja membuat Ana kagum, remaja laki laki ini terlalu baik untuk kalangan remaja laki laki lainnya.Raska membukakan pintu samping dengan hati hati, dan saat gadis ini akan masuk mobil dan kepalanya sedikit terbentur pintu "Yah kepentuk, kasihan kepalanya"
Benar saja mendengar itu Ana menampilkan senyumnya yang sedari tadi tak ia tampakkan.
Di sepanjang jalan antero Jakarta, Raska tak henti hentinya mencari topik pembicaraan agar gadis ini tak bosan.
"Boleh kan nanti aku main ke rumah kamu juga? " mendengar pertanyaan itu membuat gadis ini menggeleng keras. "Kenapa?"
"Jangan datang ke rumah aku, kamu cukup tunggu di taman dekat rumah aku. Biar kakak aku gak marah" mendengar itu membuat Raska curiga bagaimana perlakuan kakak dari Ana saat marah, apa sedarah tinggi itu?. Raska hanya mengangguk, "Boleh boleh".
Tak bisa di pungkiri, lelaki di sampingnya ini begitu tampan. Baik dan tampan, terlalu sempurna baginya. " Hari minggu besok aku datang ke rumah kamu ya"
Ucapan Raska membuat kepala Ana menggeleng kembali.
Mendengar itu membuat Raska menghilangkan senyumnya, apakah gadis ini tak nyaman?
Menyadari itu gadis ber senyum manis ini hanya diam, ia berfikir Raska marah atau semacamnya.
"Dunia ini hebat bisa ciptakan bidadari indah sepertimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...