"Hai Raska" Agatha melambaikan tangannya kepada Raska yang sudah tersenyum hangat padanya. Raga melangkah ke kursinya, sebelum itu dia menepuk pundak Raska pelan.
"Kita kedatangan murid baru dan saya harap kalian bisa beradaptasi dengannya, murid pindahan dari Jepang ini memilih melanjutkan sekolahnya di sini, silahkan perkenalkan identitas kamu nak" bu Desnita mempersilahkan Agatha.
"Hai nama gue Agatha Bayangkari, gue harap gue bakal di Terima dengan baik di sini" Agatha tersenyum dan melambaikan tangan di sana, semua kaum cowo yang ada di sana menganga melihat Gadis cantik yang telah menjadi bagian dari kelas mereka ini.
"Silahkan duduk, cari tempat yang kosong"
Agatha berjalan ke pertengahan kelas menuju bangku kosong di sana, tetapi ia terjatuh saat Kaki Dika menghalanginya, membuat rok mini gadis itu menampilkan bagian belakangnya. Raska segera berlari dan memakaikan almet nya kepada gadis itu agar tak banyak yang melihatnya. Gadis itu mengeram kesakitan karena terbentur kursi.
Raska membantunya berdiri, lelaki itu mencengkram kerah seragam milik Dika, "Kenapa Lo berbuat kayak gini, jujur gue gak suka Dika!"
Lelaki berkaca mata itu menepiskan tangan Raska dengan kasar, "Masalah?. Apa dengan gitu gue bakal mati di tangan lo? "
Raga berdiri dan menghampiri kedua sahabat nya yang hampir bertinju lagi di kelas. Agatha menarik Raska agar tak terpancing emosi. Ia baru kali ini melihat Raska semarah ini. Leher laki laki tampan ini mengeluarkan urat kemarahan nya. Bahkan bu Desnita menghampiri anak murid yang terkenal sabar ini, menghadang tubuh tegapnya dan meredakan emosi lelaki yang tak pernah marah ini.
"Udah ras, lo gila apa gimana. Biarin udah" Agatha menarik tangan Raska agar lelaki itu duduk di bangkunya kembali. Setelah Raska terduduk dan sedikit tenang namun Dika malah menghampiri nya dan meninju rahang Raska dengan keras membuat lelaki itu tersungkur.
Emosi lelaki berkaca mata itu memuncak dan meninju Raska tanpa henti.
Perkelahian terjadi di kelas namun Raska tak pernah membalasnya. Kelas mereka sudah ramai dengan siswa siswa yang banyak menyaksikannya.
"Maaf Dika, maaf" ucap Raska
"Udah woy, bego udah" Raga berteriak kencang membuat Raska memundurkan langkahnya, ia menunduk. Apa yang sudah ia perbuat hari ini?. Hatinya sudah terlalu penat untuk hari ini membuatnya emosi berlebihan. Matanya memblur dan tubuhnya tumbang begitu saja. Murid gadis lain berlari untuk menolong lelaki idolanya ini, Agatha mengikuti langkah setiap siswa yang menggendong tubuh tegap milik Raska, sepupunya.
"Lo apa apaan sih ka, gila lo sekarang. Memang gak ada fikiran lagi, Raska itu sahabat kita. Gunain otak lo sebelum bertindak. Lo tahu penyakit dia?, lo gak lupa kan, kalo dia kenapa kenapa gimana anjing? " Raga menunjukkan raut wajah marah pada lelaki berkaca mata ini. Dika hanya terdiam saat sesak di dadanya menjalar.
"Kita sama sama ada latar belakang yang bikin kita barengan terus. Gue peduli sama lo, Raska apalagi. Jangan buat persahabatan kita begini Dika"
Raga berlalu pergi setelah mengatakn hal tersebut dengan lantang.
"Jangan pernah anggap gue sahabat lo lagi" mendengar itu membuat Raga menghentikan sejenak langkahnya.
"Ana jadi pacar gue bukan Raska, itu hal yang bikin gue mau kayak dulu lagi" Dengan entengnya Dika mengucapkan hal yang benar benar membuat Raga menghembuskan nafasnya pelan.
"Buat apa lo mau Ana?, mau lo jadiin pelampiasan nafsu lo? " Dika bersedekap dada dan tak menjawab pertanyaan milik Raga.
•••
Tamparan keras masih di rasakan Ana dari tadi pagi, Noe tak henti henti nya memukuli gadis polos ini.
"Lo punya apa sok deket sama cowo brengsek kayak dia?
"Lo pantes dapet kayak gini, lo di apain sama dia ha?, berapa juta lo di bayar? "
Lelaki ini menghempas tubuh milik gadis ini. "Raska nggak sejahat itu bang"
Nada bicara gadis itu merendah, Noe kembali menghampiri gadis yang sudah terpojok di sudut dinding dengan memegangi kepalanya yang berdarah hebat.
"Hebat lo ngejawab omongan gue" tangannya hampir saja menampar adeknya ini tetapi tangannya sudah tercekal oleh papanya yang baru saja pulang dari kantor.
David menghempaskan tangan anak pertama-nya ini. "Jangan tampar dia lagi"
Noe mengernyitkan dahinya, "Kenapa pa? "
Noe tahu betul jika gadis yang sudah ketakutan ini juga selalu di kasari oleh papanya dari dahulu. Semenjak papanya pulang dari tugas kantor belandanya ia bersikap terlalu baik pada Ana, ada apa?
"Biar papa yang urus dia"
David menggenggam jemari gadis ini dan mengajaknya ke ruang tamu, gadis itu memeluk lelaki yang bernotabe papa nya ini.
"Ana takut pa"
"Maafin Ana, aku janji bakal berubah demi papa. Jangan pukulin Ana lagi". Gadis itu menunduk
David melepaskan pelukan gadis itu dari pelukannya, "Yakin bakal berubah? "
Ana mengangguk, "Seandainya kamu pintar pasti papa gak akan lakuin hal jahat lagi sama kamu"
David mengelus rambut terurai milik anak bungsunya ini, "Kalo kamu pintar kamu bakal papa jadiin anak yang paling papa sayang"
Gadis itu memberanikan menatap kedua mata Papanya.
"Jangan pernah bodoh lagi untuk ke depannya, kamu bakal papa masukin Ke SMA terunggul di kota ini" David merogoh sakunya dan menampilkan surat pertanyaan masuk sekolah dan memasuki kelas XI mipa satu di sana.
"Kangen sekolah? " gadis berumur 17 tahun ini mengangguk kencang. Jujur saja sudah dua tahun ia berhenti sekolah beralasan tak pernah punya prestasi di sekolah lama nya.
"Papa gak mau denger lagi kalo kamu punya nilai jelek di sana, jangan sebodoh dulu dan kamu harus belajar dengan keras! " nada David seperti membentak gadis ini.
"Jangan jadi anak pecundang dalam keluarga saya!! "
•••
Walau baru saja sadar Raska membawa mobilnya sendiri, kali ini sore hari telah menyelimuti bumi membuatnya ingin segera pulang, tetapi dia masih menyempatkan pergi ke taman kesukaan milik Ana saraswati. Lagi lagi gadis itu tak ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...