RASKA-43

5 6 0
                                    

Hari ini Raska di telpon pihak polisi dan menyatakan jika Fadhli telah di tangkap dengan kasus memperkosa Ana beberapa bulan lalu.

Sepulang sekolah tadi Raska memutuskan untuk mengajak Ana bermain ke taman kesukaan gadis itu.

Raska berusaha membuat gadis itu nyaman belajar di tempat sejuk ini, tetapi bukannya makin giat belajar gadis itu malah tertidur pulas berbantal paha Raska.

Bahkan sekarangpun Raska malah mengamati wajah cantik Ana di matanya. Entah mantra apa yang di miliki Ana sehingga membuat Raska tergila gila sampai sekarang.

Di sela sela ia membaca buku, tetesan merah dari hidungnya terjatuh ke buku putihnya. Kepalanya pusing sekarang, pandangan nya gelap dan terasa berat.

"Jangan kumat terus"

Raska memukuli kepalanya hingga tubuhnya bergoyang, membuat Ana tak nyaman dan membuka matanya.

"Raska"

Ana terkejut melihat hidung Raska yang berdarah deras, bibirnya pucat dan tampak nafas yang memburu tetapi sesak. Bibirnya bergetar.

"Raska kamu kenapa???"

Namun Raska tak menjawabnya, malah lelaki itu mengeram kesakitan dan terus memukuli kepala dan dadanya.

"S-sakit n-a ah" Raska memeluk tubuh Ana dengan erat, ia memejamkan matanya dan menangis di sana.

"Inhaler kamu mana Raska?" Tanya Ana yang sibuk mencari inhaler di tas lelaki ini.

Ana yang tak menemukan keberadaan inhaler Raska berusaha memberi nafas buatan padanya.

Ia mendongakkan kepala Raska agar mau menatapnya, nafas lelaki ini begitu gusar. Matanya memerah akibat menangis. Ana melihat sekeliling takut ada yang melihat.

Ana mendekatkan bibirnya pada Raska di sana. Gadis itu menarik leher belakang Raska agar semakin memperdalam untuk mengambil nafas.

Lelaki itu menarik tubuhnya namun Ana dekatkan lagi, "Sekali ini Raska"

Raska menggeleng dan mencoba menarik tubuhnya agar tak melakukan hal ini, namun semua sia sia tenaganya masih lemas dan berujung terdiam di sela sela pemberian nafas ini.

Dapat ia rasa bibir Raska bergetar saat ini. Bibir yang mulanya kering menjadi basah. Kedua mata Raska memejam.

Setelah memberi nafas buatan, Raska memejamkan matanya dan menempatkan kepalanya di ceruk leher Ana. Ia mengusap air matanya yang tadi mengalir deras.

Tangan gadis itu mengusap perlahan punggung tubuh Raska.

Sesekali Raska terbatuk batuk di sana. Raska belum memulai pembicaraan karena masih merasakan sedikit pusing di kepalanya.

"Masih sesak Raska?" Tanya gadis yang sudah memegangi tangan Raska.

Raska hanya terdiam dan lemas di pelukan Ana. Hembusan nafas yang tadi sesak menjadi normal kembali. Namun dadanya masih terasa sedikit sakit.

"Kenapa Ana lakuin itu?" Tanya Raska dengan suara begitu lirih dan membuat Ana geli karena keberadaan bibir Raska tepat di ceruk lehernya.

"Kalo aku gak lakuin itu bahaya buat kamu Raska, aku gak mau kamu kenapa kenapa"

Ana menegakkan tubuh rapuh Raska, gadis itu mengusap keringat Raska yang bercucuran di wajah dan kepalanya.

"Jangan pukulin kepalanya, sakit tau" ucap Ana sambil tersenyum.

"Kasihan kepalanya gak salah apa apa"

Namun Raska menggeleng, "Dia jahat bikin Raska sakit"

Ana memegangi bibi Raska dan mengusapnya lembut. Raska mencekal tangan Ana dan meletakkan nya di sela sela jemari Ana untuk menggenggam nya.

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang