RASKA-07

53 42 6
                                    

"Bang Noe memang gitu" Ana yang ingin membuka pintu mobil itu di cegat langsung oleh Raska.

"Biar aku bukain na" lelaki ini berani di repotkan hanya untuk gadis itu.

Tatapan tajam dari Noera Laksana terpampang di sana melihat jika adeknya sudah pulang dengan lelaki yang kemarin ia ajak ribut saat malam hari.

"Masuk! " nada suara Noe meninggi membuat Ana melangkah masuk tanpa mau menatapnya.

Saat Ana sudah masuk, Noe mendekati lelaki yang sedang dekat dengan adeknya ini. "Gue saranin lo gak usah deket sama dia"

Tatapan Raska begitu tenang saat di tatap bak maut oleh Noe. "Kenapa? "

Decihan pelan terdengar dari bibir Noe.

"Lo gak tau apa apa tentang dia, nanti lo bakal nyesel bego. Lo punya uang dan segalanya, lo bisa cari cewek lain dan jangan adek gue" Raska merasakan lelaki di depannya ini peduli pada Ana tetapi caranya yang salah.

"Lo sayang kan sama Ana? " tanya Leo membuat Noe memutar bola matanya malas, "Gue gak pernah sudi buat sayang sama anak itu"

"Ketua Bima Vaska kan?, jadi jangan berani macem macem nunjukin pedang perang di antara kita men"

Raska masih teringat saat kemarin malam lelaki ini mencegatnya dengan gerombolan geng nya, memperingatkan jika Raska tak boleh dekat dengan Ana, adek Noe.

"Apa salahnya gue suka sama Ana? "

Tatapan Noe begitu datar, "Gue acungin jempol kalo lo bisa betah sama dia, lo bodoh milih anak idiot dan gak tau diri kayak dia"

"Lo udah deal buat jatuhin pedang perang yang lo punya sama geng kita" Noe membalikkan badannya melangkah pergi.

"Bukannya ini masalah pribadi?, ini gak menyangkut geng Noe" Noe kembali melirik nya.

"Itulah kenapa jangan pernah cari masalah sama gue bego". Lelaki itu menutup pintu rumahnya dengan kasar.

Raska menunduk menatap sepatunya yang masih berbalut sepatu hitam sekolah, " Gue gak pernah salahkan kasih hati ini ke Ana? "

•••

Noe menghempaskan sabit ke tubuh Ana, gadis itu sudah terlalu terluka untuk ini.

"Bang sakit"

Rintihan itu tak membuat Noera merasakan kasihan untuk adeknya ia masih saja menyabit tubuh Ana dengan kertas. "Itulah akibatnya kalo lo gak tau diri di sini"

Tak lama datang gadis yang wajahnya persis dengan Ana, namanya Ani. Gadis itu memiringkan senyumnya, "Lah lo gak sadar lo jelek? "

Ana menangis mendapat perlakuan ini setiap harinya.

Ani memegang pipi Ana dengan kasar agar mau terangkat dari tundukannya.

"Seenggaknya lo ngaca deh, dan tanya sama diri lo sendiri lelaki seganteng itu bakal mau sama lo?. Najis dia mau sama lo" Ani menghempaskan tangannya dan membuat Ana tersungkur kembali.

"Dan makasih lo selalu gantiin posisi gue yang di salahin karena jadi pelacur" Ani tertawa keras melihat derita adeknya yang masih saja di sabit kasar dengan Noe.

Nyatanya yang menjadi pelacur itu bukan Ana tetapi ani, gadis itu hanya kena imbasnya karena berwajah sama dengan Ani. Hal itu di manfaatkan oleh Ani juga untuk mengerjai Ana terus terusan.

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang