RASKA-37

13 15 1
                                    

"oper ke gue babi"

Teriakan kasar dari Raga ke Dika itu membuat Raska yang hanya melihatnya tertawa, lelaki itu bersender pada Ana sekarang. Lelaki itu tak ikut main basket karena tak di perbolehkan oleh Ana karena masih sakit.

Raska tak segan menggenggam tangan kanan Ana dengan erat, cuaca nya begitu mendukung mereka berdua agar terduduk di pinggir lapangan basket sekolah tanpa pelindung apapun, Ana tak merasa panas sekarang.

"Dingin?" Mendengar pertanyaan dari Raska membuat Ana menggelengkan kepalanya. Jujur saja dia tak merasa dingin sekarang.

Banyak kaum siswi yang sudah histeris dengan keberadaan mereka berdua yang terlihat romantis pagi ini.

"Aku kuat tau, boleh ya main basket"

Ana menatap Raska dengan serius, "Jangan ngeyel sama aku"

Raska meringis dan mengelus punggung tangan Ana, "Iya na iya ampun cantik"Raska bergaya bak hormat pada seorang putri di sana.

"Terimakasih semangat nya, bukunya cantik sama kayak isinya"

Raska menegakkan tubuhnya, "kamu salah"

Kedua mata Ana menampilkan bahwa ia heran saat ini, "Aku salah kenapa Raska?"

"Yang cantik bukan isinya tapi kamu"

Mendengar itu membuat Ana tersenyum pelan, gadis itu sedikit malu malu saat ini. Ia menempatkan telapak nya di atas telapak Raska.

Dia mengamati wajah tampan milik Raska saat ini.

"Aku gak pernah merasa lelah untuk mencintai kamu Ana" Raska menatap kedepan namun senyumannya masih terukir jelas di sana.

Lalu Raska Kembali menatap Ana, "Kamu selalu cantik di mata aku dan dunia"

"Sekali lagi terimakasih kamu udah hadir jadi sosok bidadari tanpa di katakan mitos karena kamu bidadari yang satu satunya nyata setelah adanya kisah Jaka Tingkir dan Nawang Wulan"

Ana tertunduk malu.

"Sebentar lagi ujian na, kamu udah siap?" Tanya Raska pada gadisnya ini.

Ana memudarkan senyumnya kala mendengar pertanyaan yang nyatanya memang benar ini. Dia menggeleng, melihat gelengan itu membuat Raska menatapnya serius.

"Jujur aja aku gak faham semua materi yang mereka jelasin selama ini"

Raska mengusap pipi gadis yang duduk di sampingnya ini dengan pelan.

"Aku bantu selagi aku bisa Ana, apa yang buat kamu kurang faham?"

Tak ada alasan lain selain dia yang kurang mampu dan dia duduk di bangku paling belakang.

"Aku gak bisa fokus duduk di belakang Raska, aku lemah dan gak berguna" gadis itu menunduk.

"Papa selalu tuntut aku untuk selalu bisa tapi nyatanya aku gak sehebat itu" ucap Ana dengan sendu.

Hal itu membuat Raska tersenyum, "Aku bantu na. Kamu harus bisa, kamu harus tunjukin bahwa kamu nomor satu"

"Tapi kamu yang nomor satu Raska" ucap Ana sendu karena tahu jika Raska adalah murid yang selalu mendapatkan juara dari masa SD nya.

Raska masih saja setia menatap gadisnya yang kini menunduk.

"Nanti aku bisa kalah, karena kamu pintar Ana melebihi siapapun. Aku bodoh tau"

Langkah kaki Raga menghampiri Raska.

"Bu Tari udah dateng anjing jangan mojok terus mentang mentang ketua kelas"

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang