"Bangke lo setan, daripada lo jones"
"Gue bukan jones, gue ini terlalu berharga untuk di miliki" kepala Raga sedikit ia naikan menandakan rasa kesombongan yang hakiki.
Dika memutar bola matanya malas.
"Jangan sampe Mesya yang udah lo genggam erat erat menjauh gitu aja Ka, dapat kenyamanan dari laki laki itu banyak lho, kayak lo gak kenal aja fuckboy di sekolah kita banyak"
Kalimat terakhir dari bibir Raska membuat kedua mata Dika melotot dan kembali menatap sahabatnya yang masih terduduk itu, "Terserah bahkan gue bunuh juga boleh"
"Kayak lo bisa hidup tanpa Mesya aja" Raga meninju keras lengan kiri Dika.
"Bodo"
Dika berjalan ke arah sofa sudut kamarnya. Ia merogoh ponsel miliknya dan memainkannya. Ia melirik Raska dengan pelan.
"Gue pinjem ponsel lo Raska, bentar aja" senyum nya terukir di sana. Lelaki berkaca mata itu meraih ponsel milik Raska di atas nakas.
Raga mengobrol santai dengan Raska, tak berselang lama ada bau kentut di ruangan tersebut. Bahkan dika sampai melotot karena menghirupnya, karena sadar siapa yang sudah kentut ia menatap sinis lelaki ginsul yang sudah pasti meringis menatapnya.
"Lo kentut ya babi? "
Mendengar itu membuat Raga tertawa kencang dan tak peduli jika ini sudah larut malam. "Gue kebelet berak bangsat"
"Pantes lo gak laku, gue yang cowo aja ilfil sama lo tai apalagi cewe"
Dika melangkah ke arah Raga dan melemparnya dengan ponsel berlogo apel ke arahnya, Raga yang mendapat lemparan ponsel mahal itu melotot sejadi jadinya lalu berdiri di depan lelaki berkaca mata yang sudah berdecak pinggang ini. Memang sahabat nya ini terlalu kaya, bahkan untuk ponsel IPhone sudah tak ada harga dirinya lagi di genggamannya.
"Buset ini duet jutaan mang yang lo lempar"
Pandangan Raga melihat sekeliling ruangan kamar milik Dika, hanya kamar lelaki ini saja sangat luas, rumah dengan tiga tingkat ini terlalu luas untuk Dika, untuk sekedar ke toilet saja membuat Raga bergidik ngeri.
"Gue takut ke toilet"
Sedangkan Raska yang mulanya tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya ini memilih berdiri lalu menepuk pundak lelaki bergigi ginsul yang sedang mengelus ngelus perutnya ini. "Gue temenin, kalo gue yang nemenin pasti bukan gue yg takut setan, tapi setan yang takut gue"
Dika melotot kepada Raska, "Kalo ngliat Raga bisa mati dua kali tuh setan"
"Tapi kok lo gak mati? " ucapan Raga membuat Raska menampilkan wajah terkejut dan melirik Dika yang mukanya sudah merah padam karna berhasil di hina balik oleh Raga.
"Gak berfaedah, ngrepotin Raska aja lo"
Tawa kencang kembali terdengar di ruangan luas ini.
Niat Dika yang mau memukul Raga terhenti saat Raga memilih mengumpat di tubuh Raska. "Udah udah ayo gue temenin, nanti malah sakit perut"
Raga sudah dulu kabur takut jika Dika akan mengejarnya. Mereka menuruni tangga
Dika kembali memainkan ponsel milik Raska, ponsel yang tak ada isinya hanya terdapat aplikasi chat saja. Senyum lelaki berkaca mata ini merekah
"Kamar gede kagak ada wc nye"
Ucapan berlogat betawi itu membuat Raska geleng geleng, sahabat yang tengah berjalan di hadapannya ini benar benar humoris setengah mati. Saat telah sampai di depan toilet mewah ini Raga membalikkan badannya dan menatap serius wajah milik Raska. "Sebelum gue berak gue mau curcol"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...