RASKA-19

20 20 1
                                    

Hari ini tepat di sore hari, Raska memilih bermain basket bersama Raga dan Agatha. Jangan lupa juga ia di temani oleh Ana di sana, gadis itu memilih duduk di pinggir lapangan dan mengamati tiap gerakan lelaki yang ia cintai ini.

Biasanya Raska akan mengajak Dika, tetapi lelaki itu harus menyelesaikan debatnya dengan Mesya hari ini. Entah apa yang harus di debatkan.

Saat bermain basket, Raska sesekali tersenyum manis pada gadis berhijab abu abu di sudut sana.

Agatha yang pandai bermain basket itu berusaha merebut bola yang ia incar itu dari Raska.

"Raga, tolong!" Rengekan seperti anak kecil dari bibir Agatha membuat Raga kesal, dengan santainya Raga menoyor kepala Agatha dan alhasil membuat rambut gadis itu berantakan.

"Mau main bareng aku?" Ajakan yang berupa lengkingan suara berat milik Raska membuat Ana menggelengkan kepalanya.

Namun, namanya saja Raska. Ia memaksa gadis ini agar ikut bermain. Tangannya ia julurkan hanya untuk mengajak gadis ini berdiri dan memainkan bola basket, Membuat Ana berdiri dan mengikuti Raska dengan antuasias.

"Aku enggak pintar main basket Raska"

Ucapan lembut gadis itu membuat Raska tersenyum, "Pinter buat aku jatuh cinta aja udah cukup"

Gombalan maut dari Raska untuk Ana membuat Raga memutar bola matanya malas dan bergaya orang muntah. "Nuajis buanget sama cowo bucin"

Raska tertawa pelan saat mendengar pernyataan dari sahabatnya itu, sedangkan tangannya mengajari Ana agar dapat bermain bola basket. Ia mengajari gadis itu dari belakang tubuhnya. Bahkan dada bidang milik Raska terasa di punggung Ana.

Saat Ana melakukan shooting dan gagal dirinya merasa bersalah kepada Raska yang sudah bersusah payah mengajarkan nya. Namun raska tak merasa bahwa Ana bersalah, lelaki itu mengusap pipi Ana dengan lembut.

"Sekali lagi, pasti kamu bisa na. Aku bantuin"

"Dulu aku punya sahabat yang pinter banget main basket loh" ucap Raska yang teringat pada Avelno sahabatnya.

Ana mengambil ancang ancang untuk tembakan atau shooting. Saat Ana ingin meloncat, dia di kejutkan karena Raska telah berada di belakangnya.

"Kamu mau ngapain Raska?" Tubuh Ana berbalik dan menatap Raska yang sudah tepat berada di belakangnya.

"Enggak apa, kamu loncat aja na" Raska tersenyum pada gadis yang ia cintai ini. Ana yang mendengar itu lantas melompat melakukan tembakan.

Tak di sangka nyatanya Raska menggendong tubuh Ana dan ikut melompat, hingga bola basket berhasil masuk ke ring dengan mulus. Lelaki tinggi itu telah membantunya dengan begitu tulus.

Semacam pelukan atau bagaimana, lelaki itu mengeratkan tubuhnya tadi saat melompat.

"Makasih Raska. Aku berat" Ana menangkap kedua mata Raska yang sangat tenang saat ini. Bagaimana bisa lelaki ini begitu perhatian padanya?

"Anjay tengok dong cewek gue bisa tanpa di gendong" Raga menunjuk Agatha yang tengah sibuk melakukan tembakan sendirian di sudut sana. Membuat Raska tersenyum, langkahnya menuju ransel yang berisi air putih 4 botol di sana. Ia meraihnya dan berjalan untuk memberikan botol minum tersebut.

Saat berada di dekat Agatha, Raska menjulurkan botol tersebut pada sepupunya ini.

"Jangan kecapean, duduk terus minum dulu ya. Adek sepupu Abang gak boleh lelah" tangan Raska meraih puncak rambut Agatha, gadis itu dengan cepat meraih botol minum yang Raska julurkan.

"Thanks Raska. Gue laper nanti makan ya, suapin gue jangan cuma bucin sama ana doang" ucap Agatha sembari meledek sepupunya yang sedang kasmaran ini.

Namun Raska hanya terdiam dan menatap jauh ke depan. Lelaki itu begitu sendu, ia teringat apa yang di katakan Noe tentang Ana yang mempunyai seorang kekasih. Raska sekali menatap Ana yang terduduk lelah di pinggir lapangan itu.

"Ana katanya punya pacar" mendengar kalimat dari bibir Raska itu membuat Agatha mengernyitkan dahinya.

"Kata siapa coba, ngaco. Modelan kayak dia cewek setia bego" Agatha yang selesai minum itu meraih bola basket yang terpampang jelas di lantai kasar lapangan basket ini. Ia kembali memainkan bola tersebut dengan di susul Dika di belakangnya.

Raska hanya terdiam dan memikirkan semua hal yang ada di otaknya kali ini. Ia melamun, namun lamunannya terbuyar saat lelaki asing dengan jaket denim hitam dan jeans mewah berjalan ke arah Ana. Dia Zaki, lelaki yang berada di foto bersama gadis itu.

Melihat itu membuat Raska berlari ke arah Ana, termasuk Agatha dan Raga.

"Pulang bareng aku" ucap Zaki menggenggam jemari erat milik Ana.

Ana hanya menggeleng, "Aku bisa pulang sendirian Ki. Bahkan bisa di antar temen temen aku"

Zaki yang mendengar itu menyipitkan matanya dan melirik ketiga remaja yang tengah mendekati mereka berdua di sana.

"Sejak kapan kamu punya temen?"

Raska yang barusan sampai itu menatap keduanya dengan serius. Ia bahkan seperti mengenali Lelaki ini tapi ia lupa dimana.

"Lo siapa nya pacar gue?" Ucap Zaki dengan tak santai menunjuk wajah Raska. Hal itu membuat Raga sedikit tersinggung.

"Eh biasa aja dong Cok" ucap Raga sembari menurunkan jari telunjuk Zaki di depan wajah Raska.

Zaki menarik tangan kanan Ana dengan sedikit kasar membuat Raska menepisnya dan membelakangi Ana agar gadis itu merasa aman.

Hal itu tentu saja membuat Zaki kesal sejadi jadinya. "Minggir, apa hak Lo buat gini?. Dia cewek gue!"

Mendengar kalimat itu Raska membalikkan badannya menghadap Ana. "Pacar kamu?"

Gadis itu menunduk dan tak mau menjawab pertanyaan dari bibir Raska. Sedangkan Zaki masih saja berusaha menarik kasar tangan Ana. Kali ini gadis itu tak memberontak. Namun Raska masih saja menepisnya dan membuat lelaki itu marah padanya serta mendorong nya hingga Raska melangkah mundur.

"Jangan buat gue kasar sama orang lemah kayak Lo. Gue calon tunangan Ana. Sadar Lo siapa ngbawa cewek gue kemana mana?"

Kali ini Lelaki itu benar benar membawa Ana pergi dari sana. Agatha mengelus pundak lelaki yang bernotabe sepupunya ini agar tak bersedih. Tatapan Raska begitu sendu kala melihat gadis yang ia cintai itu pergi kepada lelaki yang seperti mencintainya itu.

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang