RASKA-17

23 19 0
                                    

Mawar merangkul tubuh berisi milik Ana agar gadis itu tak sedih sekarang.

"Mereka baik kok, yakin deh sama aku. Mau jadi sahabat aku kan?" Mendengar itu membuat Ana menatapnya serius .

"Kamu mau sahabatan sama aku?" Ana menatap sendu, bagaimana bisa ada seseorang yang mau bersahabat dengannya. Semoga harinya bersekolah bahagia di sini.

Tiba tiba guru mapel kimia memasuki kelas, Raska tersenyum pada gadis yang duduk di bangku belakang itu. Ia mengacungkan jempolnya pada gadis itu membuat Ana senyum simpul atas perlakuan lelaki yang ia cintai ini. Nayatanya laki laki itu begitu tampan jika berada di sekolahnya, Ana bahkan tak menyangka juga bakal berada di kelas yang sama dengan Raska.

Raska kembali fokus dengan pelajaran nya di sana. Bahkan tak sama sekali sama dengan siswa lain yang asik mengobrol dan bermain ponsel. Lelaki itu fokus memperhatikan guru yang yang sedang mengajar di depan sana. Ana yang punya otak minum itu bingung saat apa yang di jelaskan guru itu sama sekali tak masuk di otaknya, apalagi kini ia berada di bangku paling belakang.

Papanya sudah berpesan bahwa ia harus dapat nilai besar hari ini, hanya untuk membuat papanya tak marah kesekian kalinya sekarang. Ia mencoret coret buku baru itu, ia tak memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan. Bahkan ia seperti murid bandel di sana.

"Heh anak baru!!" Lengkingan suara milik pak Sandi menunjuk sinis Ana yang terlihat tak memperdulikan omongan pak Sandi.

Raska menolehkan kepalanya ke belakang, benar saja gadis itu malah menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya di atas meja.

Pak Sandi berjalan menuju bangku milik Ana, ia menggebrak meja gadis tersebut hingga gadis tersebut terkejut bukan main saat itu.

"Jangan pernah berfikir anda akan berniat tenang di pelajaran saya. Sekarang kemas barang kamu dan keluar dari kelas, berjemur di lapangan upacara sekarang. Sampai pelajaran selesai" mendengar itu membuat Ana tertunduk.

Gadis berluka bakar itu berdiri dan mengangguk, berniat berjalan keluar kelas namun langkahnya terhenti saat Raska mencekal tangannya.

"Kalo Ana bapak hukum, lalu kenapa yang lain tidak?. Bahkan semuanya lebih parah dari Ana pak" Raska menatap Pak sandi, namun tatapannya tak berniat menantang.

Raga berdiri dan membantu Raska yang membela Ana. "Tuh tengok si Dadi malah main ponsel aja"

Telunjuk Raga menunjuk murid laki laki yang dengan santainya scroll tiktok sewaktu pelajaran berlangsung. Lelaki itu memutar bola matanya malas dan menyimpan ponselnya di laci. Namun pak sandi bukan tipikal guru yang mudah di hasut, ia malah menggebrak meja lagi.

"Raska, duduk kamu. Kamu mau saya hukum??!"

Raska bersikap tenang. "Saya siap bapak hukum, saya juga sempat tak memperhatikan bapak barusan. Kasihan jika Anda yang harus bapak hukum sendirian" tanpa menghilangkan rasa sopannya Raska mengucapkan kalimat itu dengan lirih.

"Kurang ajar sekarang kamu sama saya?. Saya bisa turunin nilai sikap kamu di kelas saya" pak sandi menunjuk murid yang terkenal atas prestasinya ini di sekolah besar dan mewah ini.

"Maaf pak, kalo itu yang bapak mau saya tanyakan apakah sikap bapak yang seenaknya ini wajar sebagai guru?" Raska baru kali ini melawan gurunya hingga seperti ini.

Saat pak sandi ingin menarik tangan Ana keluar namun Raska mencekalnya. "Gak perlu sentuh Ana sekasar itu pak, dia bisa jalan sendiri"

Pak sandi meninju murid lelakinya ini, ia yang sudah menjadi guru killer itu tak dapat menahan emosinya saat ini.

Raska yang terdorong akibat pukulan itu sedikit kesakitan saat ini. Ana terkejut akibat perlakuan guru kimia ini pada Raska.

"Raska kamu enggak apa apa?" Ucap Ana pada Raska. Lelaki itu menggenggam kembali jemari milik Ana dengan erat.

Raga yang kesal melihat tingkah Pak sandi itu berlari dan menghajarnya tanpa ampun. Suasana kelas menjadi riuh saat ini hingga wakil kepsek menuju ke kelas XI Mipa satu ini. Melihat keganasan Raga yang sudah tanpa henti memukuli guru kimia killer ini.

"Berani banget Lo nyentuh temen baik gue"

Sikap humoris milik Raga seketika hilang. Lelaki berginsul ini menunjukkan sikap ganasnya pada semuanya. Dika dan Raska berusaha melerai semuanya sedangkan Ana sudah berada di pojokan karena takut.

Mawar yang melihat itu menunduk, benar saja lelaki itu benar benar mencintai Ana. Bahkan ia berani merendahkan reputasi nya sebagai murid tersimpan hanya untuk membela Ana yang memang benar bersalah saat ini.

"RASKA, ANA DAN RAGA IKUT SAYA KE RUANG KEPALA SEKOLAH" ucap Wakil kepala sekolah saat ini.

•••

"Kepala sekolah tai" ucap Raga yang sudah berdiri bersama Ana dan Raska di lapangan upacara. Mereka bertiga dihukum di sana, panas bahkan sangat menjalar di sana. Ana yang terlihat kepanasan itu menunduk dalam.

Raska melepas almet biru yang baru saja ia beli beberapa hari lalu hanya untuk menutupi tubuh gadis itu. Ia bergaya semacam memayungkan jaket tersebut di atas kepala Ana. Ana yang mendapat perlakuan itu tersenyum.

"Terima kasih Raska"

"Hari ini panas banget, nanti kamu pusing kena panas" lelaki itu tak henti hentinya tersenyum lebar pada gadis di sampingnya ini.

Bahkan ia siap berdiri tegak dan memayungi gadisnya ini dengan jaketnya hingga istirahat nantinya. Jemari Raska membenarkan rambut Ana yang sedikit keluar dari hijab putihnya. Wajah Ana kemerahan akibat kepanasan.

Raska bingung bagaimana harus beristirahat untuk mencintai gadis itu ini, walau ia tak menginginkan sedetik pun untuk berhenti mencintai Ana Saraswati.

"Kamu enggak panas. Nanti kamu capek" Ana menurunkan kedua tangan Raska yang tak henti hentinya berada di atasnya hanya untuk memastikan Ana tak kepanasan.

Raska tertawa pelan dan mengangkat kembali kedua tangannya yang masih memegangi almet birunya.

"Aku gak akan capek cuma karena hal ini. Obat capek aku di samping aku mana bisa aku cape hehe"

Raga memutar bola matanya malas, bagaimana bisa Raska dan Ana romantis romantisan saat Raga berada di samping mereka. Raga berdeham pelan membuat Raska baru sadar jika sahabatnya masih berada di antara mereka.

"Gue tersiksa ya kalian sok Sokan sweet njeng, ini udah panas jadi jangan bikin makin panas" Raga yang berdiri di samping Raska memandang ke depan dengan tawa pelan karena merasa hanya menumpang di bumi ini.

Sedangkan nyatanya ada sosok laki laki yang sudah mengamati Ana sedari tadi. Tak lain lelaki yang memotret kejadian Mesya dan Raska sewaktu di UKS.

"Banyak ulah, dasar"

Lelaki itu memasukan tangan kanannya di sakunya, lelaki bername tag ZAKI PRAPTA LAKSANA. Lelaki itu berjalan melewati koridor dan memasuki kelas XII MIPA 5.

"Gue laper banget sumpah ras" Raga memegangi perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi. Jujur saja ia sangat lapar karena tak sarapan tadi.

Ana yang tadinya tersenyum simpul itu memudarkan senyumnya kala ia batuk batuk dan mengeluarkan batuk darah di sana. Gadis itu berlari ke toilet sekolah di sudut sana. Raska yang melihat Ana lari tanpa izin itu mengikutinya dan meninggalkan Raga di sana.

Hy guys, di sapa lagi sama author!!!

Apa kabar kalian?

Spam komentar random yokk!

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang