RASKA-27

13 17 0
                                    

"Makasih Raska" gadis itu menerima dengan baik jaket pemberian Raska. Wangi mint dari jaket tersebut merupakan wangi parfum milik Raska.

Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan kembali sibuk dengan kegiatannya. Lelaki itu berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah hutan, mungkin untuk mencari kembali kayu bakar

Dengan niatan penuh Mesya segera mengikuti Raska dari belakang. Benar saja lelaki itu mencari kayu bakar di kegelapan hanya dengan menggunakan senter ponsel.

Tetapi tindakannya terhenti saat tiba tiba Delia menghampiri nya dan memeluknya.

"Aku takut tahu gelep banget sayang"

Gadis itu seperti memeluk kencang tubuh tegap Raska. Mesya yang melihat itu segera mengumpat di balik pohon besar, gadis itu hanya ingin tahu bagaimana reaksi Raska jika hanya berdua dengan gadis bertubuh seksi itu.

"Hangat ya?" Gadis bernama Delia yang kini hanya memakai rok pendek itu mengusap kembali titik lemah milik lelaki yaitu leher belakang. Raska yang dengan paksa menarik tubuhnya dari pelukan Delia berbalik badan dan berniat pergi dari sana. Namun tangannya tercekal oleh Delia dengan kasar hingga tubuh lelaki itu terjatuh dan menimpa tubuh Delia di sana, tepat di kegelapan hutan.

"Pergi yuk, aku capek kemah terus. Mau ke hotel?" Pertanyaan dari bibir Delia membuat Raska menautkan alisnya dan berdiri dengan cepat.

Gadis itu bersikap merayunya, namun iman Raska tak selemah itu hanya karena godaan dari gadis cantik di depannya ini.

"Di sini aja temenin aku raska"

"Gak Delia. Kamu udah gila apa gimana, ini tempat gak lazim buat kita yang berduaan gini. Aku harus balik ke camp"

Gadis itu dengan nekat mendorong tubuh tegap Raska agar menyender ke pohon besar di sana. Gadis itu melumat bibir Raska tanpa izin, mengelus leher belakang lelaki itu. Matanya memejam saat ini.

Raska melakukan perlawanan pada gadis ini tetapi entah kenapa mungkin gadis itu terlalu kuat menahan tubuhnya hingga lelaki itu perlu tenaga lebih banyak lagi hanya untuk mendorong tubuh Delia. Jujur saja Delia sudah merebut ciuman pertamanya.

Setelah terdorong gadis itu tersenyum miring pada lelaki yang ia cintai ini. "Enak sayang?"

Nafas Raska memburu, gadis itu tak memberi nya celah sedikit hanya untuk bernafas. "Gak waras emang kamu del"

"Apa Ana pernah kasih kenikmatan itu buat Lo?, Padahal dia pelacur?"

Nafas Raska yang terasa sesak itu membuat tubuh lelaki itu lemas dan meringkuk di tanah. Adelia mencoba membantu lelaki yang berhasil ia kecup dalam itu tadi.

"Udah minum obat?"

Ucapan itu tak sama sekali Raska gubris bahkan lelaki itu menolak bantuan dari Delia. "Aku bisa berdiri sendiri"

Walau laki laki itu sudah terlihat lemas namun ia harus berani agar gadis di depannya ini tak semakin senonoh di sini.

"Pemikiran kamu tetap sama kayak Adelia yang aku kenal dulu, kamu punya pikiran tapi gak berjalan dengan baik"

Lelaki itu berlari dengan cepat meninggalkan Delia yang masih berada di sana.

Mesya menelan ludah nya kasar melihat apa yang terjadi barusan, gadis itu segera kembali ke camp saat melihat Raska sudah berlari jauh dari tempat awalnya.

Mesya yang canggung akibat menyaksikan hal tadi berjalan mendekati camp pribadi sangganya, matanya melotot ketika nyatanya Raska berjalan menuju campnya sekarang. Lelaki itu tanpa ragu memeluk tubuh Ana yang masih sibuk membereskan tenda. Gadis itu sendirian hanya di temani caramel, itupun caramel sudah terlelap tidur di dekat tenda.

"Maafin aku Na"

Ana yang mulanya membereskan tenda di buat kaget ketika Raska memeluknya dengan erat ini, lelaki itu menangis di tubuhnya sekarang. Bahkan nafas Raska memburu dan terdengar di telinga Ana.

"Hukum aku, aku salah"

Dengan cepat Ana membalikkan tubuhnya dan memegang pipi Raska yang sudah basah kali ini. "Buat apa kamu minta maaf Raska?"

Raska memegangi bibirnya dan mengusapnya dengan kasar, lelaki itu menunduk dan menampakkan raut wajah begitu bersalah.

"Sumpah aku gak ada niatan sengaja Na, ak-"

Ucapan Raska terpotong saat Ana menatapnya begitu sendu, "Ada apa ras, bicara pelan pelan"

"Ciuman pertama aku di ambil Delia"

Mendengar itu membuat Ana terdiam dan menatap kedua mata Raska dalam. Gadis itu tak menampilkan wajah semacam tadi lagi.

"Maaf na, aku salah. Ayo pukul aku"

Sakit hati yang Ana terima sekarang namun dia tak akan menyalahkan Raska. "Kapan ras?"

"Tadi di hutan dia tiba tiba lakuin itu dengan kasar sama aku. Maafin aku, Ana boleh hukum apa aja buat aku" lelaki itu memegang tangan Ana dengan erat, ia tetap menangis di sana.

Ana meraih pipi Raska dan mengusap air mata nya dengan pelan. "Jangan nangis"

"Ini bukan kesalahan kamu"

"Jelas aku yang salah Ana, aku gak becus dan aku selalu sakitin kamu. Aku gak bisa jaga omongan dan kelakuan aku cuma buat kamu" Raska menatap sendu kedua mata Ana dengan air mata yang masih setia mengalir di pelupuk nya.

Ana tersenyum simpul walau menyakitkan, "Malah aku berterimakasih sama Raska"

"Dengan hebatnya kamu udah jujur dan gak tutupin ini semua udah bikin aku bangga" ucap Ana kepada Raska yang terus terusan menangis.

"Hentikan tangisan kamu Raska. Aku juga ikut sakit kalo kamu gini"

Raska memeluk tubuh Ana dengan pelan, "Aku benci menatap mata gadis lain, aku cuma mau kamu. Menatap kamu dan semuanya dari kamu. Maafin aku yang udah bodoh tadi"

Bagaimana mengungkapkan nya lagi jika Ana benar benar kagum dengan lelaki yang memeluknya kini. Ia mengusap rambut lelaki yang menangis di ceruk lehernya ini.

"Aku maafin Raska, bahkan kamu memang gak salah"

"Kamu beda, kamu istimewa Ana" lelaki itu sudah sedikit menghentikan tangisnya dan masih memeluk manja gadis yang ia cintai ini.

"Sekali lagi maafin aku"

Mesya benar benar kagum dengan sahabat pacarnya ini, hal seperti ini ia malah memberitahu Ana dengan jujur, jika lelaki lain mungkin sudah bodo amat dan memilih Adelia. Tentu saja karena gadis itu cantik dan juga berbadan modelis, bahkan Ana dan Raska juga belum resmi berpacaran lalu kenapa mereka berdua sibuk setia satu sama lain?

"Lo ngapain?" Ucap Dika yang sudah berada di belakang gadis itu, hal itu membuat Mesya terkejut.

"Ih kaget tau" ucap Mesya yang mencubit lengan kiri Dika, lelaki berkaca mata itu hanya menatapnya datar tak menampakkan wajah kesakitan karena cubitan gadis di depannya ini.

"Udah malem tidur Lo, kena makan setan baru tau" lagi lagi ucapan Dika membuat Mesya mencubitnya, kali ini begitu keras hingga membuat Dika mengeram kesakitan.

Lelaki itu tertawa pelan dan menggelitiki tubuh mungil Mesya hingga membuat Gadis itu sesekali mendorong nya karena geli. Namun hal itu tak berlangsung lama ketika kedua mata Dika meraih pandangan jika Raska dan Ana sedang berpelukan erat.

Lelaki itu segera menetralkan wajahnya dan berjalan menjauhi mesya yang di buat keheranan olehnya.

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang