RASKA-21

11 16 0
                                    

Acara sedang berlangsung sekarang. Raska sebagai ketua OSIS itu telah berada di depan dan menjelaskan definisi berlakunya kegiatan sosial di SMA ini.

"Saya harap tamu yang datang bisa antuasias dengan acara yang kami sembahkan di sini. Tujuan kegiatan ini agar kita dapat belajar bersyukur tentang hidup. Banyak sosok manusia pekerja keras dan pantang menyerah seperti adek adek di depan sini" suara lantang Raska terdengar di ruangan aula yang begitu lebar ini.

Sekitar 9 anak jalanan berada di depan sana. Raska merangkul salah satu anak lelaki yang bertubuh gemuk itu.

"Motivasi saya sekarang, mengharapkan agar kita semua bisa lebih menghargai hidup selagi detak jantung itu masih berjalan dengan lancar, menghargai hidup ketika apa yang kita makan itu masih tersedia di meja makan setiap hari, menghargai hidup bahwa cinta kasih dari banyak orang di sekitar itu masih ada"

Kalimat itu membuat ratusan orang itu tersenyum simpul, lelaki bijak yang berada di depan itu berattitude lumayan baik. Pantas saja semuanya segan dengan remaja lelaki ini.

"Mari kita bantu galangan dana sosial dan doa untuk sahabat adek adek kita sekarang. Bukan hanya yang di depan ini tetapi di penjuru kota Jakarta, maksimal kita juga hargai mereka. Di ujung acara ini saya berterima kasih atas kehadiran kalian semua, semoga apa yang saya sampaikan kepada kalian bermanfaat dan dapat di amalkan dengan baik nanti. Terimakasih"

Raska mengusap puncak rambut 9 anak itu. Kaum hawa berteriak heboh saat ini, bagaimana bisa lelaki itu sebijak ini. Bagaimana menggapainya?

Raska berjalan menuju tempat para anggota OSIS. Tak di sangka Mesya memeluknya erat sekarang, bahkan kedua mata Ana menangkap nya sekarang. Ana melihat gadis itu memeluk lelaki yang ia cintai dengan erat.

"Kamu hebat Raska" Gadis yang memakai seragam ketat itu memeluk erat tubuh tegap Raska. Raska yang ingin menarik tubuhnya dari pelukan gadis itu mendapat pelukan semakin erat, hal ini membuat Raska tak bisa bergerak leluasa.

Gadis itu sengaja mengelus leher belakangnya, satu titik kelemahan milik lelaki. "Mesya tolong lepas"

Namun gadis itu tak menggubrisnya sama sekali.

Ana masih setia menatap Raska yang di peluk erat oleh gadis seksi itu. Sedangkan Raga mengepalkan tangannya kesal saat ini. Dika menarik tangan Ana untuk mendekati Mesya dan Raska.

Dika melepas paksa pelukan Mesya, "Sekali murahan tetep murahan cih"

Langkah Mesya mundur sedikit saat mantannya ini memperlakukan nya dengan kasar. Sedangkan Ana hanya menunduk, ia merasa tak pantas jika berada di hati lelaki baik ini. Bahkan Mesya lebih pantas sepertinya.

"Mata Lo tengok dong ras, Ana cemburu lihat Lo yang keenakan dipeluk cewek gatel kayak dia" Dika tak ragu melengkingkan suaranya di antara keramaian di aula sekolah ini.

Semua mata tertuju pada mereka. Raska merasakan jika gadis berhijab abu abu ini merasa cemburu padanya.

"Maaf, aku nggak berniat gitu Ana. Nanti aku jelasin semuanya sama kamu ya" ucap Raska dengan lirih.
Ia kembali menetralkan suasana dengan cara kembali duduk dan bersikap tenang di sana. Sesekali ia mengedipkan kedua matanya berusaha menghilangkan canggung saat ini, ia tak mau kegiatan sosial ini berantakan hanya karena masalah pribadi nya barusan.

Sedangkan Ana kembali berjalan ke bangkunya tadi, Ia masih merasa sedih dengan kejadian yang menggores hatinya tadi. Selembut itu hatinya hingga hanya dengan sebab melihat itu dia ingin menangis kencang saat ini.

•••

"Kita mau kemana dulu?" Ucap Raska yang tak di balas oleh gadis berhijab ini.

Mereka berdua melangkah melewati koridor sekolah. Bel pulang sudah berbunyi dan sekolah sudah tampak sepi. Hanya menyisakan beberapa siswa lainnya dan mereka.

Raska menggenggam erat jemari Ana, gadis itu menunduk dari tadi.

"Bahkan aku berani aku mati kalo aku nggak mencintai kamu setulus yang kamu fikir kayak tadi. Cuma kamu yang aku mau, satu satunya"

"Aku bersumpah Na, aku nggak sengaja. Mesya tiba tiba peluk aku erat dan buat aku susah untuk sekedar lepasin itu semua" mendengar itu membuat Ana mempercepat langkahnya, matanya berkaca kaca saat ini.

Raska langsung menyusul gadis itu dengan cepat tetapi langkahnya terhenti saat Ana sudah berhadapan dengan Zaki, kakak kelasnya.

"Kenapa?. Kok mau nangis?"

Zaki menatap Raska yang berada tak jauh di belakang tubuh Ana. "Gara gara dia?"

Zaki menunjuk keberadaan Raska di sana,langkahnya mendekati Raska dengan penuh emosi. Tangannya terkepal dan segera meninju Raska kuat kuat hingga keributan itu menghasilkan suara yang menggema di sekolah bertingkat 3 ini.

"Lo apain cewek gue bangsat?!"

Melihat Zaki yang terus terusan memukuli Raska itu membuat Ana melerainya. Gadis itu memeluk tubuh Raska yang sudah tersungkur di lantai.

"Kamu di apain sama cowok brengsek ini ha?" Namun Ana menggeleng, gadis itu terdiam dan berusaha menguatkan Raska serta berniat membantunya berdiri. Tetapi lagi lagi Zaki yang tersulut emosi berat itu malah menarik Ana kasar, membuat gadis itu terhempas dan tubuhnya terbentur sudut dinding.

"Kalo gue bilang kenapa, jawab anjing!"

Melihat gadis yang ia cintai merasa kesakitan di sana Raska yang mulanya sabar kini meninju kuat rahang bawah kakak kelasnya ini. Alhasil keributan terjadi di sana.

Mereka sama sama kuat hanya untuk berkelahi, Agatha yang baru saja keluar dari toilet sekolah itu melotot saat melihat sepupunya sudah berkelahi hebat dengan lelaki kemarin sore.

Agatha berlari menuju keberadaan mereka. Ia berusaha melerai pergerakan sepupunya yang wajahnya tampak merah padam sekarang.

"Raska udah!" Lengkingan nada kuat dari Agatha membuat Raska tertunduk dan memilih menghampiri Ana yang sudah memegangi punggung belakangnya.

"Gak usah sentuh cewek gue!" Lagi lagi Zaki mendorong kuat tubuh Raska yang sudah meringkuk di depan Ana.

"Bilang sama cowo bangsat ini kalo kita pacaran na. Biar dia tahu dan ngaca kalo dia gak pantes buat kamu"

Agatha menarik lengan kiri sepupunya ini agar menjauh dari Ana. Raska hanya melihat Ana yang sudah dahulu di gendong erat oleh Zaki dan berjalan ke arah parkiran untuk membawanya pulang.

"Lo masih yakin mau perjuangin dia?. Saingan Lo berat ras. Sahabat Lo sendiri dan Zaki"

Mendengar itu membuat Raska berjalan sempoyongan, telinganya tak mau mendengarkan kalimat menyakitkan terus menerus. Ia ingin merasakan damai bersama gadis pilihannya, apakah itu salah?

"Gak usah sok kuat!"

Agatha membantu pergerakan sepupunya ini yang mulai oleng dan jatuh. "Hari ini jadwal Lo cuci darah"

Raska tampak memegangi kepalanya yang terasa sakit sekarang, "Aku cuma mau bahagia bareng Ana, itu aja. Aku gak pernah ngerasa apa itu namanya bahagia kalo gak sama orang terdekat aku termasuk Ana. Gitu aja ga"

Mendengar itu membuat Agatha mendengus kesal, "Tapi Lo gak mikirin diri sendiri. Mati mampus Lo"

"Biarin aku mati asal Ana tetap aman"

"Kalo dia yang mati duluan?"

Hay guys apa kabar?!!

Ayloveyu kalian semua
Yok spam emojiii

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang