RASKA-06

63 50 20
                                    

"Siapa cewe yang lo bawa? " tatapan dingin milik Dika membuat Raska mengacungkan kedua jempolnya.

"Lo apaan sih malah kayak jamet prindapan mau poto, di tanyain juga" Raga membuat Raska menurunkan kedua jempolnya karena merasa yang sahabatnya katakan itu begitu benar.

"Ana" kalimat itu membuat Dika dan Raga saling bertatapan, Raga melotot yang berhasil membuat kedua matanya benar benar besar sedangkan Dika menatap tak suka pada gadis ini.

Saat telah di lihat lihat, Dika tersenyum miring. Menatap sinis gadis di depannya ini.

Raska mengernyitkan dahinya, "Kalian kenapa? "

Raga duduk di sebelah kiri Raska dan kembali melirik Ana yang sedari tadi menunduk, bibirnya mendekati telinga Raska dan berbisik pelan.

"Oh ini Ana?" suara lirih Raga membuat Raska menautkan alisnya.

"Kenapa? " ekspresi nya menandakan ia sedang bertanya. Belum sempat Raga menjawab, Dika sudah berjalan menuju hadapannya.

"Lo nunduk mulu, ngapain sih? " tatapan Dika tampak sangat meremehkan Ana, ia tak segan menunjukkan bahwa ia tak suka jika Raska dekat dengan gadis ini. "Ayanan ya? "

"Cewe pilihan lo rada bego kayaknya" mendengar ucapan Dika membuat Raska bediri, walau ucapan sahabatnya ini membuat ia sakit hati tapi dia berusaha untuk tak emosi.

"Apa yang Dika bilang? " wajahnya tetap tenang, tatapan nya ia buat setenang mungkin.

"Apa lo gak tau cewe yang lo bawa ke rumah ini seorang cewe sewaan murah? " Raga segera berdiri setelah ucapan yang barusan Dika ucapkan membuat gadis yang sedang terduduk ini menangis.

"Apa yang kamu bilang?, aku gak pernah merasa kalo aku seperti yang kamu bilang" gadis itu berbicara ketika menangis membuat nadanya begitu menyakitkan.

"Udah dika, lo apa apaan sih. Ngotak dikit! " Raga membentak Lelaki berkaca mata ini.

Raska menunduk, bukannya ia tak berani melawan siapapun termasuk lelaki di depannya ini, tapi ia memang tak bisa untuk terbawa emosi secepat itu.

Dika memukul bahu Raska keras, "Jangan salah pilih ka, lo bego kalo milih dia" tak main main Dika menunjuk kasar gadis yang sudah berlinang air mata menatap Raska sendu.

"Dan lo harusnya sadar diri, lo yang gini?, mau dketin Raska. Apa di rumah lo gak ada kaca satupun?, kalo gak gue beliin sekalian harga diri lo buat semalam" mendengar itu Ana berdiri dan berniat ingin pergi dari rumah ini.

"Lo udah nginjak rumah gue bangsat"

Namun, Raska mencekal tangan gadis itu pelan, pandangan nya menatap Dika.

"Seharusnya lo gak buat sakit hati siapapun ka, ucapan lo Keterlaluan, Kalo gue bilang apapun yang bisa nyakitin hati lo, lo mau?. Gak!,karena gue akan mungkin nyakitin hati lo karena lo sahabat yang udah gue anggap saudara. Coba lo pukul gue keras keras" raska berbicara pada sahabat di depannya ini, tatapan nya masih tenang.

Dika menatap panas kedua mata Raska, "Seharusnya lo bunuh sekalian gue deh, lo malah nyalahin gue"

Raga mendorong tubuh Dika yang sudah mendekat, lelaki berkaca mata ini menantang Raska.

"Apa yang buat lo gak suka Ana? " Raska menundukkan tubuhnya. Ia mengikatkan tali sepatu milik gadis itu yang sudah terlepas. "Nanti kamu jatuh"

Raska berdiri dan meraih rambut yang sudah berantakan karena gadis itu tetap saja menangis, hal itu membuat dirinya mengusap matanya kasar dan mengenai jilbab yang tadinya rapi. Raska memasukkan kembali rambut cantik itu di dalam hijab gadis ini, membuat dika memutar bola matanya malas sekarang.

"Gue pernah nyewa dia" kalimat itu membuat Raga melotot, memang benar lelaki kaca mata ini sering pergi malam dan ke bar bebas. Tetapi apa iya Ana pernah Dika sentuh?

"Jujur, aku gak pernah ngelakuin hal kayak gitu Raska" gadis itu menatap wajah Raska.

Raska menatap kosong wajah Dika.

"Gue gak pernah nyangka lo suka cewe ini ka, tapi gue udah nikmatin dia dulu. Kalo lo masih mau terserah, seandainya gue tau kalo Mesya pernah di tidurin sama cowo juga gue gak akan mau"

Tak bisa di bohongi juga jika Raska sakit hati mendengar ini. Ia ingin menangis di sana sekarang juga, tetapi jangan lupa, ia tak suka jika dirinya sendiri menangis. Ia harus kuat dalam segala hal. Lagian dia sangat yakin bahwa perkataan gadis di sampingnya ini benar.

Dika mengangkat tangannya dan menatap gadis yang nangis di samping sahabatnya ini, gadis yang sebelah wajahnya sedikit ada luka bakar ini tak menghilangkan wajah cantiknya. Dika mengusap lembut dagu gadis ini tetapi tak lama Raska mencekal tangannya. Dika memiringkan senyumnya, "Lama lama juga lo gak tahan ka sama dia, kuat banget iman lo kalo beneran bisa"

Raska hanya diam dan melangkah pergi dari sana sambil menggenggam jemari gadis ini. Sampe di depan rumah Dika dan ingin membuka pintu mobil, gadis itu hanya terdiam dan tak ingin masuk ke mobil.

"Aku pulang sendiri aja raska"

Ucapan dari gadis yang sedang menunduk ini membuat Raska menghembuskan nafasnya kasar.

"Apa yang temen kamu bilang itu gak bener Raska" Ana menatap wajah tenang milik Raska.

"Iya, apa salahnya aku buat lindungin kamu? " Raska melebarkan sedikit tatapan nya, hal itu membuat Ana semakin merasa bersalah.

"Tinggalin aku"

"Aku yakin kamu gak akan betah sama sikap asli aku Raska, kamu harus tinggalin aku"

Raska menggenggam halus kedua tangan Ana, "Bahkan aku belum mulai kisah sama kamu na, seharusnya kamu jangan biarin aku pergi gitu aja"

Di fikiran Ana, ia tak pernah membayangkan jika ia akan kenal lelaki yang begitu baik semacam lelaki di depannya ini.

"Kalo sekarng kamu terkenal dengan tingkah jelek bakal aku rubah kamu jadi yang lebih baik Ana Saraswati" Raska membungkukkan tubuhnya agar setara dengan gadis ini.

Raska mengelus pipi Ana yang sudah meneteskan air mata.

"Aku yakin kamu gak akan gitu Ana"

"Bahkan aku bersumpah aku gak akan tinggalin kamu dalam keadaan apapun, hanya kematian yang boleh misahin kita"

"Dan oke mungkin kita baru kenal dan kalimat ini terdengar bullshit tapi jujur aku tulus sama kamu Ana"

Ana menundukkan kembali pandangan nya, gadis ini terlalu suka menunduk daripada menatap terlalu lama. Ia nyaman seperti ini.

"Bakal ada masanya kamu bakal di banggain oleh semua orang Na, dan aku seseorang yang bakal temenin kamu sampe ke masa itu" Raska melebarkan pintu mobilnya yang sedari tadi sedikit terbuka.

Ia menggenggam jemari gadis ini.

"Ayo pulang"

Gadis itu mengangguk sambil memasuki mobil mewah milik Raska.

"Maaf aku udah bikin kamu berantem sama dia, kamu sabar banget"

Ini pertama kalinya gadis ini berucap hal yang membuat Raska terkesan setengah mati. "Dia sahabat yang udah aku anggap keluarga na, semarah marahnya aku, aku nggak akan kasar sama siapapun"

Mereka sudah memasuki mobil, Raska segera fokus untuk menyetir, tetapi hari ini Raska tak banyak bicara pada gadis di sampingnya ini.

Sesampainya, kedua mata Raska menangkap seorang lelaki yang bernotabe sebagai abang nya Ana, dia sudah berada di ambang pintu dan membawa sebilah kayu.

"Kenapa dia selalu punya tatapan gak santai gitu na? "

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang