"Na kamu kenapa?" Tanya Raska ketika sudah sampai di depan toilet wanita di sekolahnya. Ia berkali kali mengetuk pintu toilet yang sudah tertutup rapat.
Di dalam sana Ana sedang memuntahkan isi perutnya karena mual. Jujur saja dia tak bisa terkena panas berlebihan seperti tadi.
Suara lembut milik Raska terdengar di luar membuat gadis itu membenarkan hijabnya yang berantakan. Ia bersender ke wastafel sebelum akhirnya berniat keluar dari sana. Namun saat ia sudah membuka pintu dan memandangi wajah Raska. Tubuhnya malah lemas dan merosot di sana, ia jatuh pingsan.
Raska dengan cepat menangkap tubuhnya dan menggendongnya. Dadanya speerti di pukul dengan kuat saat mengetahui jika gadisnya mimisan kali ini. Raska yang sudah menggendong gadis berisi itu berlari menuju UKS.
"Na, apa yang terjadi?"
Bel istirahat berbunyi, Raga yang tadinya masih berdiri kini menyusul Raska yang sudah membawa Ana ke UKS dengan buru buru.
Raska menaruh tubuh Ana ke ranjang UKS. Di bantu guru kesehatan ia mengobati Ana yang mimisan ini. Raska duduk di samping tubuh Ana yang rapuh. Mungkin saja dia kelelahan karena berdiri terlalu lama tadi. Kedua mata Ana terbuka dengan pelan saat ini. Menampilkan wajah panik milik Raska bersama guru kesehatan di sana.
"Raska.."
Ucapan itu membuat Raska mengeratkan genggaman kepada gadis yang baru sada tersadar dari pingsannya ini. "Ana, kamu capek?"
"Kenapa kamu gak bilang sama aku tadi?"
Raska menaruh rasa khawatir saat gadis yang ia cintai ini hanya diam saja dan menatap kosong kedua matanya. Bibir gadis itu pucat, "Raska air putih.."
Mendengar itu membuat Raska segera berlari keluar hanya untuk menuju kantin dan membeli air putih di sana. Walau jarak Kantin lumayan jauh ia berhasil menempuhnya dengan cepat hanya untuk membeli apa yang Ana mau barusan.
Setelah membeli sebotol air putih ia berniat kembali ke UKS dengan kembali berlari. Saat ia berlari tentu saja banyak kaum gadis yang tertarik melihat ini. Apalgi saat melihat keringat lelaki tampan tersebut bercucuran.
Langkah kaki Raska terhenti saat ia kembali membawa botol minum itu, matanya menangkap Dika yang sudah dulu memberikan botol minum pribadinya kepada Ana di sana. Ia membantu Ana untuk minum.
"Minumnya hati hati" tampak raut wajah khawatir dari Dika sekarang. Gadis itu meminum air putih yang Dika berikan dengan antusias. Raska yang mulanya berada di ambang pintu kini melangkah memasuki UKS dan hanya berdiri di sana tanpa ekspresi.
Ana kembali berbaring selepas minum. Kedua tangan Dika mengelus puncak rambut gadis itu, jujur saja membuat Raska mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Ia menunduk ketika gagal menjadi yang pertama memberikan pertolongan pada gadis itu walau hanya sebatas sebotol air minum.
Banyak murid yang sudah berkerumun di sana, mereka mengikuti Raska yang berlari tadi. Kedua mata Ana tertutup rapat, selimut sudah di naikkan sampai atas dada.
"Mungkin dia kecapean. Dia butuh istirahat beberapa menit sampe nafasnya benar benar normal" ucap guru kesehatan yang berlaku melangkah keluar dari sana.
Dika masih tetap berada di samping gadis itu, Raska hanya berdiri tanpa suara. Namun suara keras yang berasal dari TU menyuruhnya untuk kesana segera.
"PANGGILAN UNTUK RASKA AUKY ADIBARA HARAP KE RUANG TU. SEKARANG JUGA!" suara kepsek terdengar jelas di sana.
Sebelum pergi Raska menepuk pundak Dika dengan pelan, "Jagain Ana dulu ya ka. Jangan bolehin dia ke kelas dulu kalo dia masih lemah. Gue kesana dulu"
Mendengar itu membuat Dika mengangguk. Lalu menatap Raska yang benar benar pergi dari ruangan UKS ini. UKS yang mulanya ramai kini menjadi sepi karena mereka hanya mengikuti Raska kemana mana, apalgi kaum hawa.
"Gue harus bisa lupain semuanya" ucap Dika.
Tiba tiba suara lembut dari Ana terdengar di sana, gadis itu memanggil nama Raska.
"Hei, apa yang sakit?" Dika menanyai gadis ini dengan antusias. Tak luput ia mengusap punggung tangan gadis itu agar Ana merasa nyaman kali ini.
"Kenapa kamu di sini?!!" Ucap Ana kaget saat keadaan Dika sangat dekat padanya. "Jauh jauh dari aku"
Gadis itu menampakkan raut wajah ketakutan. Hal itu membuat Dika melepaskan genggaman nya.
"Aku tahu aku salah. Maaf, aku cuma mau jagain kamu di sini. Apa yang sakit?"
Gadis itu hanya menggeleng pelan. Dan nekatnya ia malah ingin beranjak dari sana.
"Mau kemana na?" Dika mencekal erat tangan kanan Ana yang sudah berdiri dengan sempoyongan.
"Kelas"
Kalimat singkat itu membuat Dika ikut berdiri dan membalikkan badan Ana. "Kenapa?, Lagian juga masih istirahat"
"Badan kamu perlu break dulu. Kamu gak bisa maksain kehendak gitu aja"
Ana menunduk dalam tak berani bicara banyak, apalagi ia tipikal gadis lembut yang takut kepada seseorang yang baru ia kenali ini. Ia masih ingat betapa bejatnya perlakuan lelaki yang tengah mencekal tangan kanannya ini.
"Kamu takut sama aku?"
Jujur saja Dika merasa bahwa gadis yang tengah ia cekal ini bergetar hebat. Mungkin tremor ataupun trauma padanya.
"Gak ada yang harus kamu takutin lagi, aku gak akan jahatin kamu lagi"
Dika menaruh wajah tenang di sana. Kali ini ia tak seperti biasanya yang terlihat keras kepala.
"Aku harus belajar, biar papa enggak marah" Ana memberanikan diri untuk bicara saat ini, walau bibirnya terlihat bergetar.
"Aku yakin papa kamu bakal faham kok. Tenangin diri kamu" Tanpa sadar Dika berani memeluk gadis berhijab di depannya ini. Ana yang polos hanya diam tak berkutik saat ini.
"Jangan takut na"
Lagi lagi ada lelaki yang memotret kemesraan mereka berdua di sana. Namun tatapan nya kali ini berbeda. Terlihat membenci dan jangan lupa ia juga mengepalkan tangan kirinya karena merasa kesal.
Lelaki itu memukul tembok dengan kasar, begitu kasar. Lagi lagi dengan nametag yang sama. Dan tingkah yang sama juga.
Dika masih memeluk erat tubuh Ana yang menurutnya begitu nyaman saat ini, namun Dika yang punya sikap ganda itu membuat sisi jahatnya timbul. Ia berniat menaruh nafsunya ke gadis yang tengah ia peluk ini.
Namun derap langkah yang ingin memasuki ruangan menghentikan niatnya dan menarik tubuhnya dari pelukan Ana.
Itu Raga dan Agatha, mereka berdua meringis bersamaan sambil memegangi sebungkus sate di tangannya.
"Noh makan na, enak coy gue beli" ucap Raga dan alhasil membuat Agatha tertawa terbahak bahak di sana.
"Shit men wadepaker kenapa yuu ketawa?" Ucap Raga yang kembali membuat Agatha heboh dan tertawa keras di sana. Ana yang melihat itu kembali duduk di sana, hal itu membuat Agatha mengikuti nya duduk.
"Kamu harus makan biar gak lemes lagi Ana" ucap Agatha dengan senyum manisnya di sana. Gadis yang mengenakkan rok di atas dengkul itu membuat Dika merasa risih. Ia memilih keluar tanpa izin pada semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...