RASKA-08

49 37 5
                                    

Dika memiringkan senyumnya sinis, "Kalo iya kenapa? "

Mendengar hal itu membuat Raska tak percaya jika sahabatnya ini juga menyukai gadis yang ia cintai.

"Dan kalian itu gak pantes buat nyatu, sadar kek" Dika kembali duduk di bangkunya dengan kasar. Raska hanya mematung dan diam tanpa sepatah katapun. Raga merangkul tubuh Raska, "Udah jangan gegalau atuh"

Raska mencoba untuk tersenyum pada sahabat yang tengah menghibur nya ini.

"Gue gak apa ga, santai aja hehe" senyumnya begitu menyakitkan sekarang.

"Gue tunggu lo di bar"

Tatapan lelaki berkaca mata itu dapat di artika jika ia benar benar marah.

•••

Gadis itu tak ada di taman, kemana dia?.

Raska duduk di taman cantik ini, lalu memegangi bunga yang tersusun rapi di sana. "Cantik kayak kamu na"

Ia mengusap wajahnya kasar, jujur saja dia ingin menangis sekarang. Dunianya juga tak baik baik saja dari dahulu, tapi masih ada kedua sahabatnya yang menyemangati nya, tetapi sekarang?. Apa yang harus ia perbuat jika sahabatnya juga tak menganggapnya?.

Mati matian ia menahan tangis tetapi air mata itu berhasil luruh begitu saja, "Gue gak bisa selemah ini"

Ia menangis deras di sana, menunduk meneteskan semua air mata yang ia tahan dari lama, "Raska juga butuh pendengar yang baik kayak mama"

Saat mengusap air matanya, tangannya mengeluarkan cairan merah. Bukan dari tangan tetapi dari hidung, ia mendongakkan wajahnya agar darah itu tak mengalir.

"Kenapa lo kumat lagi sih? "

Ia memukul kepalanya dengan kasar

Tak jauh dari sana gadis berkucir dia itu berhasil menangkap keberadaan nya. Caramel berlari menuju Raska, ia melihat jika lelaki ini sedang bertingkah aneh tak sperti biasanya.

Saat di dekati ia terkejut melihat darah yang mengalir deras di hidung Raska. "Kak... "

Ia meraih tisu di saku celananya, "kakak kenapa? "

Ia mengusap darah di hidung Raska dengan selembar tisu, "Kakak sakit ya? "

Bibir Raska begitu pucat, layaknya seorang yang demam. Raska hanya terdiam saat gadis ini tak henti henti nya mengusap hidungnya dengan tisu kering.

"Ada masalah yah? "

Raska mengusap air matanya sekarang saat gadis itu menanyakan soal itu. Ia menggeleng pelan. Membuat gadis di depannya ini menghentikan perbuatannya karena darah juga sudah terhenti.

"Caramel bisa dengerin curhatan kamu kak"

Raska kembali tersenyum terpaksa agar gadis di depannya ini tak mengkhawatirkan nya terus, "Aku nggak apa kara"

Caramel memeluk tubuh tegap lelaki ini, membuat lelaki ini terkejut dan menarik tubuhnya agar menjauh dari pelukan gadis ini. Gadis itu merasa bersalah karena melakukan hal itu secara tiba tiba, "Kakak tau kara kelas sepuluh apa? "

"Mipa? " mendengar itu membuat gadis itu menggeleng.

"Coba tebak lagi"

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang