Malam ini adalah malam Minggu, malam terakhir dan akhirnya mereka pulang esok. Perkemahan Jumat Sabtu Minggu ini menyenangkan bagi sebagian dan menyusahkan bagi sebagiannya lagi.
Api unggun sudah menyala terang di sana, tiap sangga menyiapkan ayam mentah hanya untuk di panggang nantinya.
"Gue yang paling gede ayamnya ya" ucap Raga dengan semangat saat Raska, Langit dan Dika mengolesi bumbu ke ayam yang sudah jelas terpanggang di sana.
"Lo bacot banget sih" maki Zaki yang sibuk bermain ponsel di dekat pohon kecil di sana.
"Tetep Gala yang harus gede, titik" ucap Galaksi tak mau kalah.
Raga yang mendengar celoteh itu memutar bola matanya malas, "Lo gak di bagi ayamnya, Lo makan rumput aja biar kayak sapi"
Langit terkekeh mendengar debat yang selalu terjadi dari dua remaja lelaki ini.
"Delia mana ya?" Tanya Dika dengan tiba tiba, lelaki yang minim bicara itu bertanya bertele tele tak seperti biasanya.
"Kagak lihat mata Lo dekat sana, samping Mesya cewek Lo?" Ucap Raga dengan nyolot, lelaki berginsul itu berjalan hanya untuk menghampiri ayamnya yang sudah terbakar dengan matang. "Sini gue mau, gue laper"
"Gala juga mau Abang Raga" galaksi mengikuti tiap langkah Raga dan memeluk kaki Raga dengan kasar.
Raska meletakkan ayam bakar tersebut ke piring dan menyerahkan nya ke Raga dan Galaksi yang sudah tampak kelaparan.
"Makan yang banyak ya, kalo masih laper makan punya aku nanti" ucapan itu membuat Dika menganga.
"Lah Lo makan apa, enak banget kutil kuda tuh banyak jatah"
"Gue gak laper kok. Tadi udah makan" ucap Raska berbohong pada sahabatnya ini.
"Makan yang banyak ya dek" ucap Raska sembari mengusap rambut Galaksi dengan kasih sayang
Raga menjulurkan lidahnya mengejek pada Dika yang sinis padanya saat ini. "Iri bilang bos"
"Delia tuh inti Bima Vaska juga kan?" Tanya Langit pada Raska yang tengah sibuk membakar ayam. Raska mengangguk pelan dan tersenyum.
"Lo gak pernah suka sama Delia?"
Kalimat ini berhasil membuat Raska membalikkan kepalanya dan benar benar menatap Langit dengan jelas. Raska menggeleng.
"Lo lebih pilih Ana daripada Delia?. Semenarik itu bagi Lo Ana?"
Raska yang mendengar itu mengernyitkan dahinya tanda heran.
"Iya, terus kenapa kalo aku pilih Ana, dia baik" ucap Raska dengan terus terang.
"Baik gak nentuin Lo jadi hebat banget ras, menurut gue cantik yang harus di utamain, baik relatif"
Raska menautkan alisnya tak suka, "Cantik relatif"
"Lo gak malu pasangan sama cewek jelek kayak dia. Lo sadar diri dengan ini Lo jatuhin reputasi Lo sendiri, Lo ketua OSIS dan muka Lo cakep anjing, begonya Lo mau sama Ana"
"Gue suka dia apapun dengan apa yang dia miliki, dia bisa terima gue dengan sebaik ini dan itu yang gue cari bukan karena fisik atau apapun"
"Jujur aja Lo nafsu sesaat doang kan sama Ana?" Pertanyaan gila dari Langit membuat Raska membulatkan matanya.
Raska menatap tak suka pada Langit, "Gue sama sekali gak pernah berfikiran ke hal negatif yang Lo bilang barusan Lang. Gue terima dia dengan tulus"
Mendengar itu sontak Zaki dan Dika melotot kecuali Dika, lelaki itu masih fokus membakar ayam dan tak peduli dengan arah pembicaraan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...