"Enak banget mulut Lo nyuruh kita"
Agatha masih saja berdebat dengan Delia saat gadis suka otomotif itu menyuruh mereka berempat membangun tenda dari terpal saat ini, Mesya memutar bola matanya malas, kakak kelasnya ini membuat dia jengah setengah mati.
"Gue kira Lo udah mati bengkak di Bangkok" ucap Agatha dengan beraninya. Hal itu membuat Delia jengah dan harus sabar karena ia tahu notabe Agatha adalah sepupu lelaki yang berhasil ia cintai itu.
"Jangan banyak ngomong cantik, lakuin akan nanti gue bantu doa heheh" ia meringis di hadapan gadis seksi ini.
"Lah gunanya lo berdoa apaan, doa Lo juga gak bakal semudah itu di kabulin bego" ledek Agatha sambil menjulurkan lidahnya di hadapan wajah sangar Delia.
"Udah jangan pada ribut Lo berdua. Gue patahin tulang belulang Lo berdua nanti" ucap Mesya yang masih sibuk mengutak atik terpal agar berdiri kokoh di sana.
"Gue gak level banget tidur di terpal buruk kayak gini. Kalian berempat aja gue ogah"
Mendengar itu membuat Mesya kesal dan berjalan ke arah killer Delia.
"Mau Lo tidur di pucuk pohon Cemara juga gue gak peduli sialan" Mesya yang kesal mendorong tubuh modelis milik Delia dengan kasar. Delia yang tak dengan mudah menahan emosi segera menjambak rambut Mesya dengan kasar. Mereka malah berkelahi di sana. Membuat mereka berdua di keremuni semua siswa dan siswi di sana.
Ana yang melihat itu segera berusaha memisahkan namun alhasil malah dia yang terdorong dan terseret serta hampir saja terkena batu tajam di sana.
"Dasar tukang cari masalah tai" teriak Mesya pada Delia yang masih menjambak nya kuat.
Kakak pembina yang mengetahui keributan itu segera berlari. Caramel memeluk tubuh berisi Ana yang masih tersungkur di tanah, ia takut dan trauma dengan keributan semacam ini. Ini mengingatkannya tentang papanya yang selalu berbuat kasar pada mamanya.
Dika berlari untuk melerai Mesya, kekasihnya itu. "Lo apa apaan sih ribut Mulu"
Lelaki itu menarik paksa Mesya sambil mati Matian menahan emosinya. Sedangkan Raska yang baru saja datang itu melotot saat melihat Ana sudah tersungkur di tanah dengan terlihat raut kesakitan di sana. Raska segera menghampiri Ana dengan segera. Lelaki itu menggendong tubuh berisi Ana dengan cepat. Ia berlari ke camp pertolongan saat ini.
Caramel hanya melihatnya sambil menghembuskan nafas kasar karena di tinggal sendirian di sana. "Kak Raska..."
Nafas Ana memburu karena tersungkur di tanah dengan perlakuan begitu kasar tadi. Raska yang sudah membawanya di camp tersebut, meraih inhaler dan obat obatan lainya. Sedangkan gadis di sebelahnya yang termasuk anggota UKS itu segera mengusap dada Ana dengan minyak kayu putih. Hijab gadis itu kini berantakan parah.
Wajah Raska begitu khawatir saat ini, meski terlihat sorot tenang tetapi lelaki itu begitu lelah saat ini, apalgi saat melihat gadisnya sedikit kehilangan nafasnya. Ia memberikan nafas inhaler ke dalam mulut gadis ini dengan pelan.
Raska tanpa ragu membawa gadis itu ke pelukannya, mengusap punggung gadis itu dengan lembut.
"Atur nafas kamu Na, jangan panik sayang" tanpa sadar kalimat terakhir itu terucap di bibir Raska. Melihat itu semua anggota UKS tentu saja saling menatap satu sama lain keheranan.
Lelaki itu memejamkan nafasnya ketika gadis itu mengeratkan pelukannya dan memegang erat jaketnya. "Dingin ya??"
Lelaki itu sontak melepas jaketnya dan memberikan nya kepada gadis ini. Mungkin ini definisi peka sebenarnya.
Lelaki itu merasakan suhu tubuh gadis ini seperti kedinginan, dengan cepat Raska meraih kedua tangan Ana dan mengusapnya agar Ana merasa sedikit hangat.
"Aku takut Raska, aku takut" gadis itu merasakan Tremor sekarang, ia belum dapat tenang kali ini.
Raska memeluk kembali gadis yang bergetar hebat saat ini. Ia mengelus kepala Ana yang berbalut hijab coklat ini. "
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...