Pagi ini semua Siswa yang mengikuti kemah mengadakan lomba. Ana mendapat lomba membuat tandu darurat. Ia di pasangkan dengan Dika sekarang, Mesya dengan Raska dan Raga dengan Caramel. Dan lima belas menit lagi lomba akan di mulai, peserta harus mempersiapkan diri sebelum mengikuti lomba.
"Lo bisa gak??" Ucap Dika ketus pada gadis berhijab yang sudah di sampingnya saat ini. Gadis itu hanya sibuk menghafal simpul dan tak menjawab pertanyaan dari Dika.
"Najis banget satu kelompok sama Lo" kalimat nyelekit itu membuat Ana menelan ludah nya kasar. Tetapi ia harus menghafal simpul tandu lebih giat lagi karena dia tipikal gadis pelupa.
Dika meninggalkan gadis itu dan mulai menyiapkan kayu di sana.
"Kamu udah tahu?" Tanya Raska yang sudah berada di samping Ana sekarang, "Serius banget, hafalin simpul apa?"
Gadis itu menunduk, "Simpul jangkar dan pangkal. Aku kurang tahu raska"
"Aku ajarin ya, mau kan?" Lelaki itu meraih sebuah tali dan mempraktekkan nya di sana. Lelaki itu begitu lincah mengikat beberapa simpul yang Ana ucap tadi.
Gadis itu mengangguk angguk tanda faham walau sedikit, "Tapi aku takut gak menang"
Di keramaian siswa dan siswi ini Raska tak ragu menaruh kepalanya hanya untuk bersender di bahu milik Ana. "Menang kalah itu bukan hal utama Ana, dengan kamu berani mencoba aja itu udah keren bagi aku"
Ana tersenyum saat mendengar itu.
"Kamu pasti bisa, kamu udah berada di keramaian siswa dan siswi di sini, kamu berdiri dengan tegap di sini aja udah tandain kamu berani" Raska menegapkan tubuhnya dan memberikan sebuah Roti ke genggaman gadis ini.
"Makan dulu, aku tahu kamu belum sarapan tadi"
Namun Zaki yang tiba tiba datang itu menepis roti isi yang Raska buat tadi pagi. Lelaki itu menampakkan raut wajah benar benar tak suka.
"Gak usah sok baik Lo. Lo kasih racun apa roti itu ke cewek gue?. Jangan jangan Lo kasih perangsang?!"
Kalimat dengan nada tinggi itu berhasil di dengar oleh Raga yang tak jauh dari sana. Lelaki yang mulanya sedang mengajari Caramel cara menyimpul itu segera beranjak dan menoyor kepala Zaki dari belakang.
"Lo jangan bacot aja ya cog, udah Sono pergi Sono, Lo kagak paham ya bahasa manusia?"
"Gue gak ada masalah sama Lo dan gue harap Lo gak ikut campur" nada tinggi dari Zaki berhasil ia lontarkan. Hal itu membuat Raga tertawa kencang karena merasa lucu dengan tingkah konyol Zaki.
"Tapi Lo nyari masalah sama Raska dan Raska itu kawan gue. Paham gak Lo?" Tanya Raga dengan bersedekap dada, Zaki menatap datar kedua mata Raga yang terlihat sinis olehnya kali ini.
"Dan cari masalah sama abangnya Gala, nanti Gala pukul ya" ucap Galaksi yang sudah berlari mendekati Raska dan memeluknya perlahan. Anak kecil itu sudah membawa kayu kecil di tangannya.
"Sok jagoan banget, jangan kaget kalo nantinya Lo mati di tangan gue" ucap Zaki sembari menunjuk wajah Raga.
Zaki berbalik badan dan berjalan menjauh dari sana.
"Gue gak kaget lah kan gue yang mati. Mau kaget keburu mati dulu" tawa renyah dari Raga membuat Agatha yang melihatnya dari kejauhan tertawa juga. Gadis itu tersenyum simpul melihat tingkah lelaki yang ia cintai itu.
"Makasih ya Raga, udah bantu gue. Gimana nanti bisa kan?, Mau gue bantu juga?. Tapi gue yakin Lo pasti bisa dan lebih dari gue ga"
Kalimat itu membuat Dika mengernyitkan dahinya, "Hinaan Lo dengan gaya halus?"
Ana tertawa pelan saat mendengar lelaki humoris ini tak henti hentinya berbicara terlalu lucu kali ini.
"Satu kelompok sama Dika harus extra sabar ya na" ucap Raga mengacungkan jempol pada gadis yang Sahabat akrabnya itu sukai. Raska mengikuti gaya Raga dan menghadap Ana dengan tatapan tenangnya.
"Harus sabar, jangan dengerin dia kalo marah marah gak jelas ya cantikku" ucap Raska yang membuat senyum Ana merekah jelas di sana.
"LOMBA AKAN DI MULAI SEBENTAR LAGI. PESERTA HARAP MEMASUKI ARENA LOMBA DALAM WAKTU SATU MENIT TERAKHIR"
Mendengar suara mic dari kakak pembina membuat Raska tersenyum pada gadisnya ini. Lantas membuat tangan kanan Raska mengusap puncak kepala Ana lembut.
"Yok, harus semangat dan inget kalah menang itu bukan tujuan utama lomba"
Raga sudah berjalan bersama caramel di tempat nya lomba. Namun Raga masih santainya berada di pojokan saat ini. Lelaki berkaca mata itu baru berdiri dan berjalan menuju arah mereka berdua ketika panitia mulai menghitung detik detik terakhir lomba di mulai.
"Boleh kan aku lomba sama Mesya?" Dengan waktu yang semakin sempit bisa bisanya Raska menanyai hal tersebut.
"Pasti boleh Raska, semangat buat kamu ya. Pasti kamu bisa" Ana berlari menuju arena lomba dan meninggalkan Raska di sana. Melihat Ana yang sudah berada tepat di sana membuat Raska menghampiri Mesya dan mengajaknya menyusul peserta lain.
"TIGA, DUA, SATU"
PRITTT
Suara lengkingan terompet dari panitia itu membuat pergerakan peserta pembuat tanda di percepat. Suara sorak penonton siswa siswi tersebut terdengar riuh di sana. Ramai nya acara ini membuat Ana panik dan tiba tiba kepalanya pusing bukan main akibat Tremor.
Ana hanya terdiam saat Dika sibuk membuat simpul untuk tandu tersebut. Jujur saja dia lupa untuk sekarang.
"Bantu gue anjing jangan cuma jadi beban doang"
Ana yang terkena bentakan itu berusaha membantunya walau ia sudah lupa simpul yang ia ingat tadi, hal ini karena ia panik dengan riuhnya suara penonton di sekeliling mereka.
Niatan hati ingin membantu menyelesaikan tapi nyatanya Ana malah membuat tandu yang Dika buat berantakan. Dengan kesal Dika mencekal tangan Ana dan mendorong nya kuat.
"Lo gak berguna banget, mending Lo pergi sana. Gak perlu bantu gue beban, gak becus" nada bentakan dari Dika membuat Ana tertunduk hampir menangis.
Dengan cepat Dika berusaha menyelesaikan tandu tetapi usahanya sia sia ketika waktu tersisa 30 detik lagi. Bahkan semua peserta sudah menyelesaikan nya kecuali Ana dan Dika.
Kesal berat yang Dika rasakan saat ini ketika waktu sudah habis dengan cepat. "Ah, gagal karena cewek gak berguna kayak Lo"
Semua mata tertuju pada Dika yang berdiri dan menendang kayu dan membuat Ana terkena salah satu kayu keras tersebut, bahkan hingga tangan gadis itu lebam terkena kayu.
"Gak bisa di manfaatin cewek kayak Lo, mereka semua juga punya mata tapi gak sekedar ngeliatin doang kayak Lo. Gunain simpul aja kagak tau" ucap Dika nyelekit sedangkan Ana sudah duduk tertunduk di sana.
Raska yang mendengar keributan itu segera berdiri dan berlari menghampiri Ana yang sudah memegangi tangannya karena kesakitan. Gadis itu menangis sekarang, tangannya gemetar hebat.
"Jangan pake emosi Dika, ini kelompok saling lengkapi yang gak bisa lagian juga awalnya Lo gak ada kerja sama bantuin dia buat simpul dulu kan!" Ucap Raska pada sahabatnya yang telah menatapnya dalam kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASKA
Teen FictionSederhana saja, ini cerita tentang bagaimana cara Raska Auky Adibara mencintai Ana Saraswati, gadis yang serba kurang dalam apapun termasuk kebahagiaan. KARENA SUATU KESALAHAN, MAAF CERITA KURANG BERURUTAN, SILAHKAN BACA DENGAN LIST URUTAN YANG BENA...