RASKA-38

14 17 0
                                    

"DIAM, KALIAN GAK PERNAH BELAJAR CARA MENGHARGAI SESEORANG?"

"TOLONG KERJA SAMANYA, INI BUKAN HAL YANG LUCU DAN BUKAN HAL YANG HARUS DI TERTAWAKAN"

"DI DEPAN INI ADALAH TEMAN KITA SEMUA JUGA, SAAT DIA KESUSAHAN KITA SEHARUSNYA BANTU DALAM HAK POSITIF BUKAN MALAH MENERTAWAKAN SEPERTI INI"

Kelas yang tadinya ramai karena tawa renyah dari semuanya kini berubah senyap melihat perubahan ekspresi wajah Raska.

Bu Tari memegang kepalanya karena merasa pening dengan kondisi kelas yang tadinya ribut. "PERGI KE UKS SEKARANG ANA"

"KELAS SAYA JADI BERANTAKAN KARENA ANDA"

Agatha menghampiri Ana yang sudah menangis di sana, "Ayo Ana gue temenin ganti"

"Lo bawa inhaler kan na?" Tanya Agatha yang di balas anggukan kecil oleh Ana. "Di tas.."

Langkah Raska berlari cepat menuju bangku Ana dan mencari keberadaan inhaler yang katanya ada di tasnya.

Agatha membawa Ana keluar dari kelas tersebut, "KALO UDAH KETEMU BAWA KE UKS RAS" teriak Agatha yang sudah keluar sambil merangkul Ana.

Namun di sela sela ia mencari inhaler ia malah menemukan Surat pernyataan dari rumah sakit tentang penyakit yang selama ini Ana tutupi olehnya. Raska merasa lemas saat membaca semuanya dari kertas ini. Ia bahkan hampir terjatuh.

"Lo kenapa Raska?" Tanya Dika yang melihat Raska sudah hampir terjatuh ke lantai, lelaki itu menatap ke depan dengan kosong, ia meremas inhaler yang berada di tangannya. Ia melipat kasar kertas yang merupakan pernyataan paling sesak dalam hidupnya ini.

Raska meninju lantai dan mengusap kasar wajahnya, hingga membuat seragam lelaki itu sangat berantakan saat ini, mawar yang ingin membantunya segera menghentikan niatannya tersebut karena merasa tak sepantasnya ia melakukan hal tersebut.

Dika dan raga menghampiri Raska dan mencoba menenangkan nya.

"Kenapa Ras?" Tanya Raga lembut pada Raska yang sudah menatap kosong tanpa bicara sekarang.

Sedangkan Dika dengan cepat meraih kertas yang sudah Raska lipat tadi. Setelah membaca semuanya Dika kembali menatap Raska dengan sendu.

"Ana bohongin ini semua dari gue"

Raska memukuli kepalanya sambil menangis di sana, keheningan terasa di sana saat melihat Raska yang biasanya begitu tenang, kini menangis histeris hanya karena Ana.

Raska berdiri dan berlari menuju UKS tanpa menghentikan tangisannya sedikitpun.

Di sudut sana, Caramel yang baru saja keluar ruang TU menangkap keberadaan Raska yang terlihat begitu acak acakan. Caramel berlari menuju Raska yang sudah melangkah memasuki UKS.

Raska memeluk tubuh Ana yang terduduk di kasur UKS. Ia menangis di pelukan Ana. "Maaf Ana"

Ana menautkan alisnya heran, "Kenapa Raska?"

"Kenapa kamu gak pernah cerita kamu sakit Ana?"

"Kenapa kamu mau temenin aku sembuh tapi kamu juga sakit?"

Ana menundukkan kepalanya merasa bersalah karena sudah berbohong pada Raska, "Maaf, kamu marah sama aku ya?"

Raska tak menjawabnya dan hanya memeluk tubuh Ana dengan erat.

"Kenapa kamu harus bohongin ini semua dari aku Ana?"

"Aku nggak suka kamu bohong" ucap Raska terbata bata karena menangis tersedu sedu merasakan hancur di hatinya kini.

"Bagaimana aku sembuh kalo kamu nutupin luka kamu sendirian?"

"Aku egois Ana" suara isakan tangis Raska terdengar jelas di sana, sedangkan Agatha hanya menatap kedua dari sudut UKS. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya apa yang terjadi pada mereka.

"Jangan tinggalin aku Ana"

Ana mengusap pipi Raska yang sudah basah karena air mata sekarang, "Aku gak akan tinggalin Raska, aku janji"

"Kamu harus sembuh" ucap Raska yang masih erat memeluknya saat ini.

"Kita yang harus sembuh Raska"

Ana mengusap rambut Raska yang sudah begitu acak acakan, seragam lelaki tersebut tak seperti biasanya, ia begitu berantakan saat ini.

"Apa aku begitu penting buat kamu Raska?" Tanya Ana yang tak henti hentinya membenarkan penampilan Raska agar terlihat rapi kembali.

Raska menghentikan perbuatan Ana dan menegakkan tubuhnya.

"Jika ada seseorang yang meminta aku memilih kamu namun aku harus mati, aku bersedia Ana. Asal aku menutupkan mata aku dalam keadaan mencintaimu" ucap Raska dengan mengusap air matanya yang mengalir deras di sana.

Selama 7 bulan ini Ana nekat cuci darah sendirian, terkadang juga di temani Zaki yang sudah mengetahui penyakitnya dari lama.

Kedua mata Raska bengkak akibat menangis. Membuat Ana sedikit tersenyum lucu.

"Kamu kayak di gigit tawon"

Namun Raska hanya memejamkan matanya sambil mengusap matanya yang berdenyut akibat terus terusan menangis, "Aku serius jangan becanda dulu"

Ana mengangguk, "Iya Raska, aku dengerin Omelan kamu"

"Kamu gak boleh bohong lagi sama Aku, aku dan kamu bisa sembuh dengan cara apapun. Aku temanin kamu dan kamu temani aku Ana"

Gadis itu mengangguk, "Oke, janji"

"Kalo di antara kita ada yang ingkarin janji?"

Pertanyaan itu membuat Raska menggeleng, "Itu gak mungkin terjadi karena aku gak akan sejahat itu"

"Aku cinta sama kamu tanpa kalimat yang harus di perpanjang, aku sayang kamu tanpa ada definisi yang harus di kaitkan. Aku bersamamu dengan kalimat singkat, AKU TULUS"

Bahkan Agatha yang hanya terdiam itu menunduk kala mendengar ucapan sepupunya itu, ini kali pertamanya Agatha mendengar Raska berucap hal indah seperti ini di depan seorang gadis.

Raska kembali memeluk Ana, "Aku selalu takut kehilangan kamu"

"Aku takut kehilangan rumah tempat pulang aku"

Kedua insan itu saling memejamkan matanya, merasakan nyaman yang teramat dalam sekarang.

"Kamu cinta pertama dan terakhir aku Ana"

Mendengar itu membuat Ana hampir menangis, ia takut akan mengecewakan Raska kembali sekarang.

Suara lembut milik Raska berhasil mengalihkan dunianya, ia menyukai lelaki ini dengan teramat dalam hingga tak bisa di ucapkan dengan bibir nya secara jelas. Apa mungkin ia mencintai Raska?

Raska adalah satu satunya lelaki yang ia kenal dengan kebaikan dan ketulusan dalam mencintainya.

"Aku berusaha agar kamu bisa sembuh, bisa raih apa yang kamu, bisa bahagia dan semuanya yang bikin kamu tertarik dengan hidup"

Ana tersenyum, "Aku cuma mau kamu Raska gak lebih"

Raska menatap langit langit kamar UKS ini, "Tuhan punya cara yang indah, semoga kita bisa bersatu dengan cara yang indah pula Ana"

"Aku gak mau pisah sama kamu"

"Mulai sekarang kamu harus nurut kata aku Ana, aku bakal jagain kamu dengan cara aku yang pasti bikin kamu nyaman"

Ana mengangguk, "Aku percaya sama kamu Raska"

"Terimakasih"

Sedangkan Caramel terlihat mengepalkan tangannya saat melihat semua ini dari balik jendela UKS.

"Cara cinta sama kak Raska"

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang