RASKA-15

24 19 2
                                    

"Tapi Ana gak pernah kasih tau dia punya kekasih"

Noera terlihat jengah dan merogoh sesuatu di sakunya, meraih sebuah foto mini dan menjulurkan nya pada Raska. Menampilkan gadis yang ia sukai itu sedang menyenderkan kepalanya di bahu lelaki itu. Di foto ini benar benar Ana bukan Ani. Gadis dengan luka bakar di pipi sebelahnya ini membuat Raska sendu sejadi jadinya.

"Puas Lo?" Ucap Noe sambil merebut kembali foto itu yang sedang di tatap sendu oleh Raska.

"Gue udah baik peringatin Lo buat gak cari masalah sama geng gue"lelaki itu memilih melangkahkan kakinya dan pergi dari sana sedangkan Raska masih mencerna dan menunduk apakah benar Ana memiliki kekasih?

Tak ada yang kalah dari kedua geng tersebut, nyatanya mereka sama sama kuat dan percuma jika saling berkelahi itu hanya membuang tenaga mereka dan tak ada hasilnya.

"Apaan Lo sentuh sentuh aga???" Raga meninju keras rahang lelaki tegap yang dengan berani hampir meninju Agatha. Itu merupakan perlawanan terakhir dari kedua geng ini sebelum akhirnya Noe mengarahkan anggotanya untuk pergi. Di belakang Noe sudah ada Raska yang mengikutinya.

"Gue ingetin lagi sama Lo Raska, Lo mau kedua geng kita mati sia sia gara gara ini?"

Sedangkan Raska hanya menatap wajah Noe tanpa arti lagi, lelaki itu memilih diam.

"Sono pergi" ucap Raga yang membuat ketua Asoka ini berdeham pelan. "Diem Lo plastik pasar"

Mendengar hinaan rendah yang tertuju untuk Raga itu membuat Agatha sebal dan berlari meninju lengan lelaki itu keras. Lelaki itu tak membalasnya dan memilih tersenyum, entah apa yang di fikirkan lelaki itu.

"Cabut!" Noe berbalik badan dan menuju motor kebanggaan nya sendiri, ketua Asoka itu memberikan peringatan terakhir pada Bima Vaska tadi sebelum sekarang akhirnya benar benar pergi meninggalkan tempat itu.

"Kita harus gimana Ras?" Ucap lelaki perawakan tinggi bernama Langit itu.

"Gue gak larang Lo buat suka sama cewe itu tapi yakin Lo mau kayak gini selamanya sama tuh geng demi cewek?" Lanjut Langit.

Raska juga harus bijak dengan semuanya ia tak mau anggotanya tersakiti walau satu orangpun. Untuk apa dia menjadi ketua jika sikapnya seperti ini?

"Udah lang, gue bisa heandel semua. Semua ini gak akan terjadi. Dan gue gak akan satu orangpun ganggu lagi kediaman geng kita" Raska kembali tersenyum sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana mengambil kunci motor dan berlari ke parkiran motornya berada.

Fikirannya sudah kacau sekarang.
Ia menaiki motornya dan melajukannya dengan kecepatan penuh. Sedangkan Dika menatap kepergian sahabatnya itu dengan tenang dan sendu.

"Raska mau peluk mama" ucap lelaki itu dengan lirih setelah sampai di perempatan jalan perumahannya. Ia memukul helm yang melekat di kepalanya, sehingga ia sedikit oleng. Ia terjatuh tepat di depan pintu, tubuhnya sedikit terbentur membuat Bi Tara segera keluar dari rumah.

Namun, lelaki itu sudah jatuh terlebih dahulu di sana. Dengan sekuat tenaga bi Tara berusaha membawanya ke dalam dan meletakkan nya ke kamarnya. Bibir lelaki itu begitu pucat, Bi Tara sudah menyangka jika lelaki ini lupa meminum obatnya tadi sehingga menimbulkan dampak seperti ini.

Mata lelaki itu setia terpejam dan tak memunculkan tanda ingin membukanya malam ini. Jam sudah menunjukkan pukul 01:23, lelaki itu terlalu lelah hari ini.

•••

"Kemarin Gala main sama kak Ana lagi" ucap Gala yang sedang mengunyah rotinya dan berbicara dengan Raksa. Raksa tersenyum, hari ini Raksa tak banyak bicara karena masih merasa lelah, namun ia juga harus sekolah karena hari ini akan ada ulangan Biologi di kelasnya.

"Iya, nanti kita main bareng tapi Gala makan dulu biar cepet berangkat sekolahnya" ucap Raksa kali ini. Gala mengangguk kencang, tak lama ia merogoh sesuatu di tasnya. Mengeluarkan secarik kertas dan menjulurkan nya pada Raska.

"Gala gak bisa bacanya karena tulisan bersambung gini bang, tolong bacain. Ini dari mama" lelaki yang tadinya sibuk memakan roti itu menghentikan tindakannya saat adeknya mengucapkan kalimat mengejutkan tersebut.

"Kemarin mama ke sekolah Gala dan titipin ini ke Abang"

Mama nya kembali?, Mengapa ia tak langsung pulang dan hanya menitipkan secarik kertas. Ia baca setiap teks di kertas tersebut.

*-Mama bakal kembali, demi kamu dan Gala. Maaf jika perceraian kami berdua kadang membuat hati kalian Rapuh terutama kamu sayang. Dua bulan kedepan mama bakal pulang, mama belum berani jika saat ini. Jaga diri kamu baik baik yah.-*

Kenapa harus takut ingin pulang?, Raska menundukkan kepalanya dalam dalam. "Mama nulis apa bang?"

Pertanyaan dari bibir Gala hanya mendapat gelengan dari Raska, "Udah selesai sarapannya?, Yuk berangkat nanti kesiangan dek"

Gala dengan cepat melompat dari tempat duduknya. Hal itu membuat Raska tertawa pelan karena tingkah adeknya yang begitu menggemaskan. "Lets go kita ke cekolahhh"

Tangan kanan Raska menggapai puncak rambut milik Gala dan mengusapnya pelan lalu menggenggam tangannya. Setelah berpamitan pada Bi Tara akhirnya mereka berangkat menaiki mobil kesayangan Raska.

Jarak sekolah Gala tak jauh dari sana hanya berjarak 1 km saja, setelah sampai dengan cepat Gala keluar dari mobil dan melambaikan tangannya kepada Raska yang tersenyum padanya.

"Belajar yang rajin biar jadi orang pinter ya"

"Pinter kayak Abang"

Raska tersenyum kecut, "Ngledek gala ya?"

Gala tersenyum riang sambil menutupi mulutnya, "Abang kan panutan Galaksi, mau se geblek apa tetep jadi panutan hehe" ucapan itu membuat Raska tertawa puas, adeknya ini benar benar polos jika mengatakan sesuatu. Galaksi berlari memasuki gerbang sekolah sambil melambaikan tangannya ke arah Raska.

Lelaki itu menyetir mobilnya kembali untuk menuju ke sekolah, name tag yang bernama RASKA AUKY ADIBARA terpampang jelas di seragam nya sekarang.

Sesampainya di sana ia langsung memarkirkan mobilnya dan berlari melangkah menuju ruang kelasnya yang lumayan jauh dari sana. Di dalam kelas sana sudah ada Agatha dan Raga yang terduduk berdua. Tatapan mereka tertuju pada Raska yang masih ngos ngosan akibat berlari.

"Ini pagi ngapain lari kayak kena kejar setan aja Lo" Raga mengamati setiap pahatan wajah milik Raska. Raska masih ada di ambang pintu dan pastinya ngos ngosan setengah mati.

"Emangnya Lo setiap hari gini ya ke sekolah?" Agatha dengan serius menanyai kakak sepupunya ini. Matanya menangkap bahwa kakaknya ini sedang kelelahan.

"Nah minum dulu" Agatha merogoh botol minum yang berada di lacinya dan memberikan nya kepada Raska yang sudah bersender duduk di kursinya.

Raska menerimanya dan memberikan senyuman paling manis kepada Agatha. "Makasih ya"

"Nanti katanya ada anak baru di kelas kita, cewek" Raga mengelus leher belakangnya yang tak gatal sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Agatha dengan memeluknya manja.

Heyy, lagi pengen nyapa nihhh!!!

Selesai baca jam berapa?

Jangan lupa vote terus cerita aku yaaa aygggg!!

Komennya biar tambah semangat!!!

RASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang