Di sekolah Devan sudah menyiapkan beberapa kejutan untuk Atha. Only for Atha. Air kotor bekas membersihkan lantai ia gantung di atas pintu agar ketika seseorang membuka pintu air itu jatuh dari ember mengguyur si pembuka pintu.
"Ready belum?" tanya Devan kepada salah satu temannya yang mengikat tali.
Suara langkah kaki yang diketahui Devan itu adalah Atha, ia segera bersiap dan bergegas berpura-pura tidak tahu apa-apa. Suara langkah kaki semakin dekat dan jelas. Semakin dekat, dekat, dan dekat ....
Cklek!
Byur!!!"BANGSAT!!!" teriaknya. Devan membulatkan matanya ketika melihat bukan Atha yang membuka pintu, melainkan Alvin.
Seragam Alvin basah, kotor, dan bau. Tangannya mengepal dengan keras. Devan melihatnya saja sudah gemetaran.
"Mati gue!" ucap Devan penuh penekanan.
"SIAPA YANG LAKUIN INI WOY?!" tanya Alvin dengan emosi.
Semua terdiam. Tidak ada yang berani membuka suara. Termasuk Alfian, ia diam di sana melihat reaksi Alvin kakak kelasnya ini sudah menjadi singa.
"Bang, lo gak apa-apa, Bang?" Devan seolah-olah tidak tahu apa-apa.
"Mata lo gak apa-apa. Lihat baju gue basah semua. Anak setan emang yang lakuin ini," jawab Alvin dengan emosi.
Devan menggaruk tengkuknya, matanya menatap kedua temannya namun mereka menggelengkan kepala dan mengangkat bahu. Devan kesal dengan mereka.
"Itu ulah si Devan, Bang," ucap Alfian akhirnya.
Mata Devan membulat menatap sumber suara. Kemudian berganti menatap Alvin yang sedang menatapnya dengan tatapan elang yang siap menerkam mangsanya.
"Ee ... Bang, itu ...."
"Biadab lo, Dev!" Alvin emosi.
"Bersihin baju gue sekarang! Buruan!" perintahnya membuat Devan segera bergerak.
"I-iya, Bang. Gue bersihin sekarang." Devan membuka kancing seragam yang dikenakan Alvin.
"Sialan! Ngapain lo woy!" Alvin menepisnya.
"Katanya mau dibersihin, Bang. Lepasin dulu bajunya," jawab Devan.
"Gue tonjok juga muka jelek lo. Gak di sini tempatnya."
"Mana ketua kelasnya?" tanya Alfin ke seluruh siswa kelas ini.
"Gue, Bang. Kenapa?" jawab Alfian.
"Titip absen buat si Atha. Dia sakit kemaren kecelakaan sama si Randa."
"Oke siap."
"Lo ikut gue!" Alvin menunjuk Devan.
"Ke mana, Bang?"
"Neraka!"
***
Di rumah sakit bramasta. Atha sedari tadi menolak asupan gizi yang diberikan Randa. Atha tidak mau makan makanan khas rumah sakit. Hambar katanya tidak ada rasa.
"Lo harus makan, Tha. Biar cepat sembuh terus pulang. Gak bosen apa lo tinggal di sini," kata Randa.
"Gak enak, Kak. Lo aja coba yang makan."
"Ogah gue. Lagian gue gak sakit, buruan nih gue juga laper mau sarapan." Randa menyuapi Atha namun berkali-kali Atha menepisnya.
"Ya udah lo aja tuh Kak yang makan. Gue biarin aja gak usah makan daripada harus makan tuh nasi."
"Ck. Gue harus gimana sih, Tha. Harus gimana biar lo nurut hah?!" Randa geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? [LENGKAP]
Teen Fiction"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!" "Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini." Atha...