"Jadi ini rumah baru lo gitu?" Randa menunjukkan rumah mewah di hadapannya itu bertanya kepada Alvin.
Alvin melirik sekilas rumah yang entah punya siapa itu. Kemudian mengembuskan napasnya. "Bukan lah. Mana mungkin rumah segede gini punya gue," katanya.
"Vin ayolah cerita sama kita." Reyhan turun dari motornya dan mendekat ke arah Alvin.
"Kayaknya ada yang ditutupin dari lo. Lo ada masalah apa sebenarnya? Cerita sama kita, biarpun kita gak bisa bantu, tepi setidaknya dengan lo cerita itu sedikit membuat lo tenang." Reyhan menepuk bahu Alvin.
Alvin menanggapinya dengan menyunggingkan senyuman. "Thank you, Bro. Tapi kayaknya gue gak bisa cerita, soalnya ini masalah keluarga. Gue gak mau bawa-bawa masalah keluarga gue ke dalam hubungan persahabatan kita," balasnya.
"Lo keras kepala banget sih, Vin. Tinggal cerita doang apa susahnya," sewot Randa.
"Gak semua masalah mesti diceritain, Ran. Lo semua gak akan ngerti tentang keadaan gue yang sekarang. Lo gak akan ngerti karena gak ngerasain apa yang gue alami. Lo semua cuma pengen tahu, bukan mau bantu," sentak Alvin dengan nada tinggi.
Randa yang terpancing untuk emosi membalasnya dengan sentakan. "Karena lo gak ngasih tahu, ya makanya kita gak bisa tahu, gak bisa ngertiin dengan apa yang lo rasain, bangsat! Coba kalau lo cerita, kasih tahu ke kita apa masalahnya, mungkin saja kita bisa ngerti," katanya.
Menyaksikan perdebatan dengan nada tinggi itu, Atha gemetar ketakutan.
"Mendingan lo semua pada pulang deh. Udah malam juga, gue ada urusan!" Alvin hendak pergi, namun dicegah oleh Randa yang seketika langsung turun dari motornya.
"Kita sahabatan udah lama banget, Vin. Kita udah kayak adik kakak, lo masih mau nyembunyiin sesuatu dari kita?" tanya Randa. Alvin diam.
"Oke kalau itu mau lo," putus Randa ketika Alvin tak merespons. Kemudian kembali ke motornya dan menyalakan mesin. Dengan membawa Atha ia menarik gas pergi meninggalkan tempat itu.
Sama seperti Randa, Rassya dan Reyhan juga kecewa dengan sikap Alvin yang egois itu. Mereka menganggap Alvin sahabat dekatnya, tetapi untuk sekadar cerita saja Alvin menolaknya.
Kemudian Rassya dan Reyhan juga pergi meninggalkan Alvin untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
Sepi, sunyi, dan hampa. Itu yang dirasakan Alvin saat sahabat-sahabatnya pergi. Sendiri itu memang membuat tenang. Tapi munafik jika tidak kesepian. Setiap orang butuh orang lain untuk menjadi teman, untuk berkeluh kesah akan masalah yang kita hadapi.
"Maafin gue, gue emang bukan sahabat yang baik. Gue cuma belum siap aja nerima kenyataan ini," monolog Alvin.
***
Sinar matahari telah menghangatkan bumi. Atha di dapur sedang berkutik dengan susu milo kesukaan Randa.
Yah, Atha sudah kembali pulang ke rumah Randa. Atau lebih tepatnya ke rumah Arinda. Randa membawanya dengan paksa tadi malam, tak peduli jika nanti akan dimarahi oleh Risma.
Delisha dengan muka bantalnya masuk dapur dan duduk di kursi meja makan. "Mauan aja lo, Tha. Suruh buat sendiri aja bisa kali," ucap Delisha dengan suara khas orang bangun tidur.
"Nanti kalau gak dibuatin ngamuk, kayak raja singa yang kelaparan," balas Atha.
Atha sudah siap mengenakan seragam sekolahnya. Ia bangun sejak subuh tadi dan langsung bersiap memakai seragam sekolah. Tidak seperti Randa yang setelah sholat subuh, ia malah tidur lagi.
"Sekalian ya, buatin buat gue juga," pesan Delisha.
"Kalau bisa buat sendiri ngapain nyuruh orang. Buat sendiri aja kali," cibir Atha.
"Ya elah, Tha. Si Randa dibuatin masa gue kaga," protesnya.
"Iya, iya. Bercanda doang. Nanti Atha buatin."
Waktu sudah menunjukan pukul 06:30 namun kehadiran Randa di pagi ini belum juga kelihatan. Atha dan Randa harus sekolah tetapi mana Randa.
"Bunda, Kak Randa belum bangun ya?" tanya Atha pada Arinda.
"Astaga, iya ya. Kok tuh bujangan belum kelihatan. Coba Delisha, minta tolong cek di kamarnya ya," kata Arinda.
"Biar Atha aja, Bund." Atha menawarkan diri dan segeran menuju kamar atas kamarnya Randa.
Yah sedikit membuat Delisha senang. Karena pekerjaannya diambil alih oleh Atha. Rasanya begitu malas untuk Delisha memanggil Randa.
"Kak ...," panggil Atha di balik kamar Randa. Namun tidak ada sahutan dari dalam.
"Kak Randa ...."
Tok! Tok! Tok!
Tidak ada sahutan lagi sepertinya di dalam kamar tidak ada orang.
"Kak Randa ayo sekolah. Udah siang ini entar telat," ucap Atha.
Merasa sia-sia Atha berteriak dari luar. Namun tidak ada sahutan kemudian Atha mencoba mendorong pintu itu dengan tubuhnya.
Yah apa daya tubuh Atha tidak sekuat itu. Yang ada Atha malah kesakitan karena membentur pintu itu.
"Gak kuat," ucapnya.
"Kak Randa ayo sekolah mau sekolah gak," ucapnya lagi.
Kemudian berdecak kesal lalu kembali turun untuk mengadu pada bundanya.
"Bund gak mau bangun. Udah dipanggilin juga gak mau nyahut," adunya kepada Arinda.
"Ck, Bunda lagi numis ini. Coba Delisha bangunin tuh si ganteng. Suruh sekolah gitu," perintah Arinda pada Delisha.
"Pret. Si ganteng si ganteng. Ya ganteng dilihat dari ujung sedotan," sewot Delisha kemudian bangkit berjalan menuju kamar Randa dengan diikuti oleh Atha.
Sampai di sana, Delisha tak seperti Atha yang hanya mengetok pintu dengan pelan seraya memanggil namanya. Tetapi Delisha sangat brutal menggedor-gedor pintunya.
"Woy kebo buntal bangun lo!" teriak Delisha.
"Randa woy sekolah! Katanya mau jadi dokter! Bangun woy bangun!!!" teriaknya lagi.
Cklek!
"Berisik banget sih pagi-pagi!" protes Randa yang akhirnya keluar juga dari kamar.
"Sekolah anjing. Kebo banget lo jadi perjaka," balas Delisha.
"Lo berangkat sendiri aja, Tha. Gue titip absen deh ya. Pusing banget gue," ucap Randa seraya memijat pelipisnya.
"Kak Randa sakit?" tanya Atha.
"Gue gak apa-apa kok. Cuma kurang enak badan doang," jawab Randa.
"Cih alasan aja lo, Ran. Disuruh sekolah doang pake segala pura-pura sakit. Sakit beneran tahu rasa lo," ketus Delisha.
"Mata lo pura-pura sakit. Ini gue sakit beneran. Semalam gue belajar sampe larut," balas Randa sinis.
"Ya udah, Kak. Biar nanti Atha kasih tahu bang Rassya aja. Kalau gitu Atha berangkat ya," pamit Atha.
"Ya lo hati-hati, Tha."
Atha menuruni anakan tangga. Begitu hendak keluar dari pintu utama. ia berpapasan dengan Risma yang tak biasanya pagi-pagi datang.
Atha menghentikan langkahnya. Diam dan ketakutan. Risma menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Saya harus ngusir kamu pake cara apa lagi sih ha? Udah diusir disuruh pergi juga malah balik lagi, gak punya malu banget," ketus Risma.
Atha tak merespons, ia ketakutan untuk sekadar melihat wajahnya saja ia tak berani. Hanya sepasang sepatu yang menjadi pandangannya saat ini.
Bersambung.
Holla ges haha kembali lagi denganku. Maaf ya baru bisa publish soalnya baru pulih ini kondisi. Ini pun belum stabil maksain diri buat nulis.Makasih yang masih stay sama cerita ini. Lopyu deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? [LENGKAP]
Novela Juvenil"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!" "Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini." Atha...