Indurasmi yang terpancar dengan sempurna menerangi gelapnya malam dengan ditemani bintang-bintang. Atha terbaring di atas brankar rumah sakit.
Alta yang sudah izin kepada kedua orang tuanya bahwa akan pulang telat, duduk di sofa dengan membaca buku cerita sambil menunggu Atha bangun dari pingsannya.
“Eugh.” Atha bangun. Sadar dari masa pingsannya dan merasakan sedikit pusing di kepalanya.
“Atha.” Alta meletakkan buku ceritanya di atas meja. Lalu berjalan ke arah brankar mendekati Atha.
Bau obat-obatan menyengat di penciuman Atha, seperti yang dilakukan Randa ketika Atha pingsan, pasti bangun akan disambut dengan bau obat-obatan.
“Alta?” Atha bingung.
“Kamu gak usah banyak gerak. Udah tiduran aja gak apa-apa,” kata Alta.
“Alta, kamu kok di sini?” tanya Atha. Pikirnya ia ada di rumah sakit ini karena dibawa oleh kakaknya.
“Iya, aku yang bawa kamu ke sini waktu kamu pingsan,” jawab Alta.
“Bukan kak Randa?” Alta menggelengkan kepala.
“Jadi kamu dari tadi nungguin di sini? Orang tua kamu gimana pasti nyariin, kamu mendingan pulang sekarang,” ucap Atha panik.
“Tenang aja, Atha. Kamu gak usah mikirin hal itu, aku udah bilang kok sama mamah kalau aku pulang telat,” balas Alta berusaha membuat Atha tenang.
“Ya tetap saja ini sudah malam. Kamu cewek aku khawatir kalau kamu pulang malam nanti kenapa-kenapa.”
Alta tersenyum. Ketika mendengar kata itu dan melihat wajah Atha yang sedang panik. “Enggak apa-apa kok. Rumah aku dekat dari sini. Kamu gak usah khawatir. Mendingan kamu telpon kakak kamu dulu deh kabarin kalau kamu ada di sini.”
“Kak Randa. Astaga!” Atha meraba sakunya, mencari ponselnya dengan gelisah.
“Hape kamu ada di tas, nanti aku ambil.” Alta berjalan ke sofa dan mengambil tas Atha. Ia tidak berani untuk membuka tas Atha, jadi Alta membawanya dan memberikannya tas itu kepada Atha.
“Makasih,” ucap Atha. Atha segera mengambil ponselnya dan menelpon Randa.
“Sial!” umpat Atha.
“Kenapa?” tanya Alta.
“Baterainya lowbat.” Atha menggaruk tengkuknya mencari cara agar bisa menghubungi Randa.
“Ya udah pake hape aku aja, nih.” Alta menyodorkan ponselnya di hadapan Atha.
Atha menatap wajah Alta yang tersenyum. Manis, membuat diabetes. “Makasih,” ucap Atha dengan menerima ponsel Alta.
Atha berkutik dengan ponsel Atha untuk menghubungi kakaknya. Alta memang tidak menyimpan nomor Randa, tapi Atha hapal dengan nomornya.
“Hallo, kak. Ini Atha, kak. Bisa jemput Atha gak?” tanya Atha ketika sambungan terhubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? [LENGKAP]
Fiksi Remaja"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!" "Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini." Atha...