30. Kepergok Reyhan

138 15 0
                                    

“Coba kalian hitung persamaan ini berapa hasilnya?” tanya seorang guru matematika yang sedang mengajar di kelas 11 IPA 1 tempat Atha menuntut ilmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Coba kalian hitung persamaan ini berapa hasilnya?” tanya seorang guru matematika yang sedang mengajar di kelas 11 IPA 1 tempat Atha menuntut ilmu.

Semua murid di kelas ini, terlihat sedang berpikir dan mencoret-coret kertasnya untuk mencari hasil dari hitungannya.

Termasuk Atha, tetapi ia tidak seperti Alfian yang duduk di sampingnya ini. Alfian menghitung dengan cara mencoret-coret kertas, sama seperti murid lainnya. Tetapi Atha menghitung dengan menghayal, menatap papan tulis itu dengan pikiran yang jenius seraya menghitung menghayali setiap angka.

“Atha, sepertinya kamu sudah mendapatkan jawabannya,” kata guru itu melihat Atha tersenyum.

“Be–belum, Pak. Belum yakin,” jawab Atha.

“Coba tuliskan di depan, pikirin di depan saja. Yang lain, harap perhatikan ya. Teman kalian akan menjawabnya,” kata guru itu.

Atha terpaksa beranjak maju ke papan tulis, menuliskan setiap angka dan tanda baca untuk mendapatkan hasil dari soal yang diberikan.

Guru itu takjub melihat Atha yang lancar tanpa berpikir lagi sepertinya jawaban dan cara-cara pengerjaannya sudah di luar kepala. Hingga gurunya saja dibuat geleng-geleng kepala.

“Udah, Pak,” ucap Atha.

“Bagus, Atha. Kamu boleh duduk,” balas guru itu dan meminta Atha untuk duduk kembali.

“Nah, ini jawaban benar. Kalian harus contoh dong seperti Atha, pinter dia tuh.” Guru itu memberikan pujian kepada Atha, tentu saja pujian itu membuat siswa-siswi lain merasa iri.

                                  ***

Jam istirahat sekolah sudah berbunyi. Atha duduk di kursinya dengan tangan yang mencoret-coret kertas mengerjakan soal fisika. Tidak ada tugas apapun, tetapi Atha hanya ingin belajar di waktu istirahat. Mengisi waktu istirahatnya dengan belajar karena tidak ada keinginan untuk ke kantin.

“Atha, kamu gak ke kantin.” Alta datang menghampiri Atha. Tentu saja itu sangat menggangu bagi Atha.

“Enggak,” jawab Atha ketus.

“Oh gitu ya. Ya udah aku juga enggak deh.” Alta duduk di kursi tempat Alfian duduk.

“Ya, terserah.”

Atha sibuk dengan secarik kertas di hadapannya itu, sedangkan Alta menatap memperhatikan Atha yang sedang berpikir. Sepertinya Alta menyukai Atha.

Atha yang merasa tidak nyaman karena menyadari Alta memperhatikannya, ia mengembuskan napasnya.

“Kamu mendingan ke kantin. Atau enggak, kalau gak mau ke kantin kamu cari tempat duduk lain saja jangan di sini,” ucap Atha menatap Alta.

“Kenapa? Ini kan kursi Alfian,” jawab Alta.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang