Atha berjalan di koridor dengan mendorong kursi roda Randa. Awalnya Randa menolak untuk didorong oleh Atha, namun Atha kekeh dengan keinginannya. Suasana rumah sakit bramasta cukup damai tidak terlalu ramai pengunjung.
"Kak lo bisa sendiri dulu gak? Gue kebelet pipis pengen ke toilet," ucap Atha menghentikan langkahnya.
"Huh dasar. Ya udah hati-hati lo," balas Randa.
"Oke, Kak." Atha berlari ke toilet yang tidak jauh jaraknya. Sementara Randa ia menjalankan roda kursinya dengan tangan.
"Aduh rame lagi," ucap Atha ketika sampai di toilet dan semua pintu tertutup menandakan ada orang di dalamnya.
"Bisa-bisa gue ngompol lagi," lanjutnya.
Salah satu pintu akhirnya terbuka, Atha langsung menerobos masuk tanpa menghiraukan siapapun. Yang di pikirannya sekarang adalah, ia harus segera buang air sebelum akhirnya keluar membasahi celana.
"Ah lega," ucap Atha keluar.
Baru dua langkah ia hendak menyusul Randa, tiba-tiba dadanya terasa sesak. Oksigen menolak untuk Atha hirup, kepalanya yang berdenyut sakit tak bisa Atha tahan.
"Kak!" ucap Atha penuh penekanan.
"Akh! Kak tolongin gue," ucapnya lagi dengan meremas dadanya yang sesak.
Air matanya menetes akibat menahan rasa sakit di dada dan kepala berkecamuk. Atha sungguh tersiksa, dengan keadaan sepi di toilet ini. Pikirnya kenapa ketika sedang butuh pertolongan, tidak ada seorangpun yang bisa menolong.
Pandangan Atha kabur, namun sebelum akhirnya ia memejamkan mata Atha mendengar ada suara langkah kaki yang menghampirinya berharap ia akan menolong Atha. Atha berhasil sempurna memejamkan matanya.
"Dek! Bangun, Dek!" Seseorang datang untuk menolong Atha.
Menyadari bahwa Atha sudah tidak sadarkan diri, orang itu menggendong Atha dan memanggil suster ketika sudah keluar dari area toilet. Suster yang mengenali Atha langsung membawanya ke ruangan semula dengan diikuti oleh orang yang menolongnya.
Di ruang lain, Randa tengah menyiapkan bubur khas rumah sakit untuk bundanya. Bundanya ini mirip seperti Atha, tidak mau makan makanan yang disediakan pihak kesehatan.
"Bunda harus makan dong biar cepet sembuh." Sambil mengaduk bubur Randa berucap.
"Hambar rasanya, Sayang. Bunda gak suka," balas bunda Randa.
"Bunda kayak Atha ih. Biar cepet sembuh, aaa ...." Randa melayangkan sesendok nasi halus.
"Ngomongin Atha, Atha udah baikan, kan?" tanya bunda.
"Sudah, Bund. Tadi mau ikut ke sini terus izin ke toilet. Mungkin lagi jalan ke sini," balas Randa.
Kenyataannya, Atha terbaring di atas brankar dengan alat medis. Dokter sudah menanganinya dan kini ada seseorang yang menemani Atha. Menunggunya hingga Atha sadar.
Dengan membaca-baca buku, orang itu duduk di kursi samping brankar. Kemudian Atha bangun sehingga mengalihkan perhatian orang itu.
Hal pertama yang Atha lihat ketika bangun adalah, sosok orang baru yang samar-samar Atha pernah kenal.
"Lo .... Akh!" Belum sempat Atha mengucapkan kata, kepalanya terasa sakit.
"Lo gak usah banyak gerak dulu. Gue yang bantu lo buat dibawa ke sini. Lo sendiri atau ada siapa di sini?" tanya orang itu.
Atha diam, menatap intens orang di hadapannya ini. Seakan-akan ada keanehan hingga membuat orang itu mengangkat satu alisnya.
"Lo kenapa lihatin gue kayak gitu?" tanya orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? [LENGKAP]
Teen Fiction"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!" "Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini." Atha...