84. Dendam

134 3 0
                                    

Hampir pukul dua dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir pukul dua dini hari. Setelah menjelajahi kota karena bosan di kamar, Randa keluar dari kamar mandinya. Mandi di malam hari membuat dirinya merasa segar dan siap untuk tidur. Saatnya istirahat.

"Akh, capek banget cuma keliling gak ada tujuan," ucapnya menatap langit-langit kamarnya.

Randa memejamkan matanya untuk segera tidur, menjelajahi alam mimpi. Berharap ia bisa bertemu dengan ayahnya di mimpi itu. Namun sayangnya, suara dering ponsel yang menyebalkan ini tiba-tiba berdering dengan keras. Randa refleks melempar bantal karena kesal, sial rencana tidurnya terganggu.

"Bangsat banget ini hp, gue banting juga tahu rasa. Tapi jangan deh, mahal soalnya," monolog Randa dengan menyumpah serapahi si penelpon.

Randa enggan untuk bangkit sekadar mengambil ponselnya, karena ia simpan di atas meja belajar. Ia malas untuk bangkit mengambilnya. Dan berusaha mengabaikan telpon itu. Seraya menutup telinga, ia memejamkan mata seolah tidak mendengar suara apapun.

Kemudian ponsel berhenti untuk berdering, tapi tidak lama kemudian berdering kembali. Satu kali, dua kali, sampai lima kali deringan ponsel itu tak mau berhenti. Randa ingin rasanya berteriak menyumpahi orang yang mengganggunya ini di malam hari seperti ini.

Dengan perasaan kesal, ia bangkit mengambil ponselnya. Dan melihat nama "ANJING" di layar ponselnya itu yang sedari tadi menelpon. Itu adalah Reyhan, Randa menyimpan kontaknya dengan nama binatang itu.

"Bangsat lo, Rey. Ganggu orang tidur aja lo," sarkas Randa.

"...."

"SIALAN!" bentak Randa.

"Bangsat banget tuh anak. Sharelok sekarang!"

Randa kemudian memutuskan sambungan itu. Ia mengepalkan tangannya hingga mengeluarkan otot-otot kecil. Tanpa pikir panjang lagi, ia tidak peduli sudah jam berapa sekarang, sedang capek pun ia tidak peduli. Randa keluar dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Keluar dari rumah dan mendorong motornya hingga berjarak jauh dari rumahnya, tujuannya agar tidak terdengar suara mesin ketika ia menyalakannya.

Randa langsung menuju lokasi yang telah dikirimkan oleh Reyhan. Dengan perasaan amarah, ia menerjang jalanan yang gelap dan sepi ini untuk cepet sampai.

Sementara di lokasi kejadian, Reyhan gemetar ketakutan karena orang-orang di hadapannya ini lebih banyak jumlahnya. Jika ada satu orang saja, Reyhan pasti tidak akan menghubungi Randa.

"Mana si bocah ingusan itu, ha? Gue perlu kasih pelajaran sama tuh anak." Sam, orang yang berbicara itu dengan lantang. Ia mencari kehadiran Randa. Sam menghadang Reyhan yang baru saja pulang dari tongkrongannya. Sam menjadikan Reyhan sebagai umpan untuk menemui sosok Randa.

"Lo bisa liat 'kan?" Gak ada kehadiran si Randa. Perlu gue jelasin lebih detail kayak gimana lagi?" Reyhan berusaha tegas terlihat tidak takut sama sekali.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang