71. Saingan Atha

76 26 0
                                    

S

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

S

etibanya pulang sekolah, Atha duduk di kursi halte menunggu bus umum yang akan melewati apartemennya nanti. Sambil memainkan ponselnya, ia mendengarkan musik dengan headset dan tidak menyadari ada seseorang datang berdiri di samping Atha.

Lelaki dengan postur tubuh yang kekar, kancing seragamnya yang dilepas untuk bagian atasnya, sehingga menampakkan dada bidangnya, dan dasi yang seharusnya digantung di leher, dijadikan ikat kepala oleh lelaki ini.

"Lo Atharrazka kan yang kelas sebelas?" tanya lelaki itu.

Sontak, Atha mengalihkan atensinya. "Kenapa?" katanya.

Calvin Gibran Adelio. Murid SMA Cinta Bangsa dari kelas 12 IPS 3 yang terkenal pembuat rusuh di sekolah. Namun, karena parasnya yang tampan, ia banyak digemari oleh para siswi SMA Cinta Bangsa. Biasa dipanggil Gibran, sosok lelaki yang memiliki arti pandai, namun bertolakbelakang dengan kepribadiannya, yang selalu membuat orang tuanya harus sering ke sekolah karena ulahnya.

Gibran tersenyum kecut, lalu duduk di samping Atha. "Saran gue lo jangan coba-coba deketin Alta ya," katanya dengan lembut.

Atha menepis tangan Gibran-" emangnya lo siapa berani ngatur-ngatur hidup gue,"-balas Atha dengan sinis.

"Lo itu cowok lemah, lo nggak bakalan bisa ngelindungin Alta, dan lo harus sadar diri. Jangan coba-coba deketin Alta, atau kalau gak-"

"Apa? Kalau gak apa? Gue nggak takut ya sama lo, sekalipun lo ngelarang atau ngancem gue, gue tetep bakalan deket sama Alta. Dan lo harus tahu, gue emang lemah, tapi gue bakalan berusaha buat dapetin apa yang seharusnya gue dapet, meskipun itu harus saingan sama lo."

Belum sempat Gibran mengucapkan kalimatnya, Atha lebih dulu menyelanya dengan menantang. Bahkan Atha menunjuk Gibran dengan jemarinya secara sarkas.

"Hh, jantan juga lo ternyata. Gue kira lo cuma berani pas di belakang si Randa doang. Oke kalau lo nggak mau nurutin saran gue, tapi lo harus siap dengan apa yang harus terjadi nanti sama diri lo," ancam Gibran. Lalu beranjak meninggalkan Atha.

Beberapa saat kemudian, bus dengan tujuan yang akan ditumpangi oleh Atha, berhenti di halte itu. Atha segera bergegas masuk dan segera untuk menuju apartemen.

Sepanjang perjalanan Atha memikirkan ucapan Gibran barusan, ia takut akan terjadi sesuatu padanya. Katakanlah, Atha memang lemah, ia hanya berusaha menjadi versi Atharrazka yang berbeda.

***

Randa di rumah menatap secarik kertas hasil pemeriksaan Atha dari rumah sakit, yang mengharuskan Atha agar segera operasi jantung. Karena penyakitnya sudah meluas hingga ke jantung, dan itu membahayakan keselamatan Atha.

"Ya udah kalau lo nggak butuh gue lagi, Tha. Gue nggak perlu tanda tangan di surat ini," kata Randa. Lalu meremas kertas itu hingga menjadi bola kertas.

Kemudian ia mengambil ponselnya dan menghubungi Rizky. Randa berniat akan mengembalikan uang yang Rizky titipkan untuk biaya operasi Atha. Randa berpikir, bahwa Atha memang sudah tidak membutuhkannya. Randa juga berpikir, bahwa Atha sudah beranjak dewasa dan wajar jika sudah tidak membutuhkannya lagi.

"Gue hargain keputusan lo, Tha. Semoga lo beneran bisa menjalani hari kedewasaan lo sendiri," gumam Randa.

Sedangkan di sisi lain, Atha sedang menyiapkan makan malamnya dengan menu yang sederhana. Malam nanti, ia sudah berjanji kepada Altha bahwa akan mengajaknya keluar.

Ini adalah pengalaman pertamanya, seorang Atharrazka mengajak seorang perempuan keluar di malam hari. lebih lagi, perempuan itu adalah Alta yang sejak dulu menyukainya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17:45. Setelah selesai menyiapkan makan malamnya, Atha memilih pakaian yang ia punya untuk keluar bersama Alta nanti.

Sedangkan di sisi lain, Alta sedang senyum sendiri merasa bahagia dengan apa yang telah terjadi pada hidupnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan bisa menikmati momen malam berdua dengan Atha. Alta juga tidak tahu, mengapa Atha menjadi seorang lelaki yang perhatian dan berani mengajaknya keluar.

"Ya ampun anak mama udah mulai gila kayaknya," ucap sang mama ketika melintasi Alta, dan mendapati putrinya sedang senyum tidak jelas entah apa yang sedang dibayangkan.

"Ih, Mama. Tapi iya sih bener, Alta sekarang udah mulai gila, Alta gila sama cowok yang Alta suka jadi perhatian banget sama Alta," balas Alta dengan geram.

"Gibran maksud kamu?"

Mendengar nama itu, Alta mengubah ekspresinya menjadi bete. "Kok dia sih, Mah. Ya bukan lah, lagian juga udah gak suka lagi sama tuh cowok," katanya dengan cemberut.

"Terus siapa? Mama kok gak tahu kalau kamu lagi suka sama cowok, mama tebak pasti cowok yang lagi kamu suka itu ganteng banget, iya kan?"

"Seratus persen itu mah, Ma. Ganteng banget pokoknya, dan Mama juga udah kenal sama orangnya." Alta kembali ceria.

"Ha? Masa sih, Mama jadi penasaran deh, kasih tahu dong siapa cowok yang lagi kamu suka itu. Perasaan Mama cuma kenal sama Gibran doang deh."

"Ih Mama ngeselin. Jangan sebut nama itu lagi deh, Alta benci." Kini wajah ceria itu kembali luntur.

Entah ada masa lalu apa di antara Alta dengan Gibran. Sepertinya Alta membenci Gibran, dan sepertinya bukan hanya masa lalu sepele.

"Iya, iya. Maaf. Kasih tahu dong, Mama penasaran nih."

"Ntar juga Mama bakalan tahu, dia nanti malam mau ke rumah, mau jemput Alta," jawab Alta merahasiakannya.

"Seriusan? Kamu serius mau jalan sama laki-laki lagi? Ntar kalau kamu diapa-apain lagi gimana?" Mama Alta meyakinkan.

"Mah, ya nggak bakalan lah. Dia itu orangnya baik, dan gak mungkin juga ngelakuin itu. Pokoknya seratus persen dia itu baik, ganteng, sama pinter juga. Idaman Alta banget deh." Atha berucap demikian dengan keyakinannya.

"Alah dulu kamu juga ngomongnya gitu, tapi realitanya apa? Kamu malah mau di-"

"Mama udah, cukup. Jangan dilanjut lagi, pokoknya mama harus percaya, cowok yang Alta suka sekarang itu beda banget, dia beneran baik." Alta menyela.

***

Malam hari dengan gemerlapnya bintang-bintang yang menghiasi langit, Atha turun dari taksi tepat di depan rumah besar nan menjulang tinggi ke atas. Atha memakai kemeja dengan calan jeans dan wangi parfum vanila yang biasa ia pakai ke sekolah.

Seorang lelaki yang akan mengajak perempuan jalan, biasanya menjemput dengan mobil pribadinya atau motor, tetapi berbeda dengan Atha. Ia datang dengan diantar taksi pesanan online, entah bagaimana kelanjutannya ia akan mengajak Alta nanti. Pokoknya, malam ini malam yang membagongkan haha aku writer blok kehabisan ide wkwk.

Atha menuju pintu rumah dan mulai menekan bell. Hingga membuat kesal Widia-Mama-Alta, yang merasa terganggu karena pikiran orang bertamu.

"Siapa sih. Kalau penagihan listrik mushola biasanya malam minggu juga," katanya kesal.

Bersambung
Aku kehabisan ide wkwk
Kemaren gak publish sebenernya udah nulis tapi cuma dapet 200 word haha.

Tapi tetap berusaha, jangan ditinggal ya :)

See you next bab!

Vote!

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang