66. Pergi

117 26 2
                                    

Hallo! Aku kembali :)Setelah sekian windu gak nulis karena sibuk hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo! Aku kembali :)
Setelah sekian windu gak nulis karena sibuk hehe. Happy reading ya. Enjoy!!!

Randa tengah duduk di kamarnya di kursi belajarnya. Jari jemarinya memutar-mutarkan pena yang biasa ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Tatapan menatap secarik kertas dengan tulisan "KEDOKTERAN" yang di mana itu adalah cita-cita terbesarnya sejak ia duduk di bangku kelas 10 SMA.

Masalah Alvin saja belum kelar, kini ditambah masalah Rizky yang memintanya untuk merahasiakan yang seharusnya Atha tahu.

Tring!!!

Sebuah pesan masuk dari Reyhan. Yang mengabarkan bahwa ia memiliki ide untuk mengembangkan uang patungannya. Namun karena Randa tidak ada mood untuk membahas tentang itu, jadilah Randa tidak membukanya.

Waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Sudah lebih setengah jam Randa termenung di kursi belajarnya.

"Kak Randa," panggil Atha. Namun tak ada sahutan dari Randa.

Atha masuk ke dalam kamar Randa yang isinya super acak-acakan seperti kapal pecah.

"Kak Randa, Atha boleh minta sesuatu gak?" tanyanya. Namun tetap sama tak ada respons dari Randa.

"Kalau misalnya Atha pergi buat selamanya, Atha pengen di kubur deket kuburan ayah sama bunda Atha, Kak," ucapnya lagi Atha. Entah kenapa Atha berpikir seperti itu seperti ia sudah tahu kapan ia akan meninggal.

"AH MALES GUE!" Randa melemparkan pena yang ia pegang kemudian berbalik dan melihat menyadari kehadiran Atha.

"Tha? Sejak kapan lo di kamar gue?" tanya Randa heran.

Atha yang terkejut dengan teriakan frustasi Randa barusan, ia gemetaran menatap lantai. Atha sangat takut akan kemarahan Randa. Randa yang menyadari hal itu, ia akhirnya meminta maaf kepada Atha.

"Lo kalau mau masuk kamar gue, ketuk pintu dulu kek, atau manggil dulu gitu. Ini mah tiba-tiba ada di kamar," kata Randa yang kembali duduk di kursi setelah meminta maaf.

"Tadi udah, emang dasarnya aja Kak Randa nggak denger. Dari tadi Atha ngomong ajak ngobrol, kirain didengerin ternyata nggak." Atha memasang wajah kesal.

"Pusing gue, Tha." Randa memijit pelipisnya.

"Minum bodrex aja. Gue beliin ya, Kak," saran Atha yang mendapat decakan mulut dari Randa.

"Ck. Nggak gitu konsepnya, Tha. Ah mendingan lo keluar dah. Bikin gue nambah pusing aja." Hari ini mood Randa sepertinya sangat jelek. Sangat sensitif dengan kehadirannya seseorang, termasuk Atha yang bisa dibilang adik kesayangannya.

Kemudian Atha pun keluar, ia juga tak ingin berlama-lama di dalam kamar yang sudah seperti gudang ini. Setelah Atha keluar, Randa mengambil secarik kertas yang diberikan dokter tentang keadaan Atha yang sebenarnya.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang