39. Atha Pergi

181 20 1
                                    

Membuat orang lain agar bisa tertawa itu sangat mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuat orang lain agar bisa tertawa itu sangat mudah. Tapi membuat diri sendiri untuk tertawa itu sangat sulit.

Jam dua dini hari. Sinar rembulan semakin naik ke atas untuk menyinari gelapnya malam. Atha terbangun dari pingsannya, di kamar biasanya di rumah Arinda.

Atha menatap sekeliling setelah mengucak matanya dan memastikan keberadaannya. Kemudian pandangannya beralih pada jam yang menunjukkan di angka dua.

Atha beranjak turun dari kasur, membuka pintu kamar dengan sangat pelan dan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

"Mungkin lebih baik pergi dari rumah ini. Maafin Atha ya bunda, maafin Atha juga ya kak Randa," ucap Atha bermonolog.

Kemudian kembali masuk kamar, mengambil tas yang ukurannya lumayan besar. Atha mulai memasukkan beberapa baju untuk ganti, dan barang-barang lainnya yang menurutnya itu penting.

Setelah semuanya beres, Atha mengambil inhaler untuk jaga-jaga jika di luar nanti Atha membutuhkannya. Kemudian Atha menuliskan surat di selembar kertas sebagai pesan perpisahan.

"Maafin Atha ya, bunda. Atha terpaksa harus pergi. Kak Randa udah mulai gak suka sama kehadiran Atha di sini, Atha pamit." Setelah meletakkan kertas yang ditulisnya di atas kasur, Atha menggendong tasnya dan keluar kamar dengan hati-hati.

Menuruni anakan tangga dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara langkah kaki. Dan sekarang kini sampai di depan pintu utama.

Di balik kesembunyian Atha, ternyata ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik Atha dari mulai turun dari tangga, sampai akhirnya ia keluar rumah ini.

"Hati-hati ya, Tha. Gue sayang sama lo," ucap seseorang yang memperhatikan Atha itu. Di adalah Randa yang kehausan dan masuk dapur.

Saat hendak balik ke kamarnya, Randa melihat Atha turun dari tangga dengan menggendong tas, kemudian Randa memperhatikannya saja sampai Atha benar-benar keluar dan pergi.

Di jalanan, jalanan terang karena lampu-lampu yang sengaja dipasang di pinggiran jalan. Waktu semakin berjalan dan sekarang sudah menunjukkan di angka tiga dini hari.

Atha memakai hoodie berwarna cream dengan tas hitam yang digendongnya. Merasa lelah berjalan, Atha duduk di kursi besi yang tersedia di trotoar jalan.

"Ke mana Atha harus pergi. Gak mungkin kalau harus ke rumah kak Ikky," ucapnya berpikir dan bingung.

"Kak Ikky jahat sama Acha, Acha gak mau ketemu sama kak Ikky," tambahnya.

Atha beberapa kali menguap karena mengantuk. Entah keputusannya untuk pergi ini adalah hal yang benar atau hal yang salah, tapi yang pasti Atha merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.

"Bunda .... Ayah .... Bantu Acha bunda. Kak Ikky jahat sama Acha, Kak Ikky gak sayang sama Acha," ucap Atha lirih seolah-olah ia sedang mengobrol dengan orang tuanya yang sudah lama meninggal.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang