Keesokan harinya ....
Atha tinggal di apartemen sendirian atas pemberian dari ayahnya Altha. Ia tidak mau lagi pulang ke rumah Randa, dan sepertinya sudah mempunyai kepribadian, tidak ingin lagi dicap sebagai anak pembawa sial oleh Risma.Atha sudah berpakaian rapi dengan seragam sekolah untuk hari ini. Ia akan menyiapkan mental untuk yang akan terjadi di hari ini.
"Oke gue harus tampil beda. Pokoknya Atharrazka harus berubah," ucap Atha percaya diri.
Kemudian Atha keluar dan bergegas untuk segera berangkat ke sekolah. Sebenarnya ada rasa ketakutan dalam diri Atha, Atha takut jika terjadi sesuatu pada dirinya di apartemen ini, ia tidak bisa meminta tolong kepada orang lain. Lebih lagi ia mengetahui, bahwa penyakitnya dia rasakan belakangan ini semakin memburuk.
Semakin beranjak dewasa, Atha semakin muak dengan kemarahan Risma yang menganggapnya sebagai anak pembawa sial. Ia juga merasa bahwa selama ini, ia sudah banyak merepotkan Randa dan juga bundanya.
Pukul 06:25, Atha sudah sampai di area sekolah, sudah terlihat banyak siswa-siswi berlalu-lalang di sekolah SMA Cinta Bangsa. Atha turun dari angkot dan memandang gedung sekolah itu dengan mengembuskan napas. Kemudian, ia melangkah masuk, dan bergegas menuju kelas.
Sesampainya di depan kelas, Atha melihat seseorang dari jendela, sedang membaca buku di kursinya. Atha menghentikan langkahnya, dan membenarkan kacamata yang ia pakai. Ya, Atha kini memakai kacamata layaknya seorang siswa culun di sekolah.
Sepanjang perjalanan menuju kelas juga, Atha mendapat tatapan yang tidak biasanya dari orang sekitar karena penampilannya yang berbeda hari ini.
"Ngeliatin si Alta ya, Tha?" Entah datang dari mana, tiba-tiba Alfian ada di belakang Atha memergokinya.
"Ha? Siapa yang ngeliatin dia, orang gue lagi ngaca kok," jawab Atha beralasan.
"Masa sih, deg degan ya hari ini mau nembak," goda Alfian.
Atha terlihat sinis, nah ini yang Atha tidak suka. Akan mendapatkan ledekan dari orang terdekatnya.
"Ck, diem lah, Fi. Gue gak ada niatan juga buat nembak si Altha." Dengan jawaban yang sinis, Atha meninggalkan Alfian masuk.
"Hahaha, lo lucu, Tha. Penampilan lo udah kayak si Wendy, culun, haha." Alfian tertawa keras menyadari penampilan Atha yang memakai kacamata bulat.
"Lagi belajar apa?" Suara khas milik Atha, kini terdengar indah di telinga Alta. Alta berharap ini bukanlah mimpi lagi.
Alta menoleh, ia menatap Atha dari ujung sepatu sampai rambut yang terlihat berbeda.
"Atha? Ini Atha kan?" tanyanya memastikan.
"Hm, gue Atharrazka. Kenapa?" jawab Atha santai.
"Eum, nggak, cuma mastiin doang kok. Aku lagi belajar kimia sih, gak ngerti sama materi minggu kemaren," jawab Alta dengan ekspresi yang menyerah.
Atha duduk di samping Alta, berniat untuk membantunya belajar di pagi hari sebelum pelajaran dimulai. Namun, tidak berlangsung lama karena Alfian dan Devan masuk bersamaan menggoda kedekatan Atha dan Alta.
"Kayaknya ada yang lagi pdkt nih, Fi," ucap Devan dengan sengaja suara dikeraskan.
"Iya, Dev. Bentar lagi ada yang pacaran sama temen sekelas nih," sahut Alfian.
Mendengar itu, Atha menoleh sekilas, namun mengabaikan dan melanjutkan mengajarkan Altha memahami materi kimia.
Namun, ejekan itu tidak sampai disitu. Alfian dan Devan terus mengejeknya dengan sahut-sahutan.
"Dev, gimana kalau kita umumin sama satu kelas. Pasti seru nih," kata Alfian.
Mendengar kalimat itu, sontak Atha bangkit dan membantah. "Alfi, gue gak ada apa-apa ya sama Altha. Lo gak usah ember," ucap Atha.
Devan dan Alfian lantas tertawa, ia merasa puas telah membuat Atha kesal di pagi hari.
"Apa sih, Tha. Kayak lagi ngomong sama lo aja, orang gue lagi ngobrol sama Devan. Udah lo lanjutin aja tuh Altha nungguin lo," balas Alfian dengan mengedipkan mata. Kemudian lanjut tertawa bareng dengan Devan.
Atha pun duduk kembali mengajarkan Altha mengenai materi inti atom.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba datang seorang kakak kelas dengan kedua temannya memasuki kelas. Alfian yang mengetahui bahwa Randa yang datang, segera melemparkan kertas kepada Atha untuk memberikan kode agar menjaga jarak dengan Altha.
"Kakak lo datang," pekik Alfian ketika Atha menoleh.
Mendengar itu, Atha segera menjauh dari Altha, dan melepaskan kacamata bulatnya kembali menjadi Atha pada umumnya.
"Tha," panggil Randa seraya mendekati Atha.
"Lo ke mana kemarin nggak masuk sekolah, Tha?" tanya Randa setelah sampai di hadapan Atha.
Atha diam tak menjawab, ia mengacuhkan Randa. Atha berkaca-kaca menatap lantai.
BRAK!!!
"GUE GAK SUKA DIDIEMIN, ANJING!"
Randa mengeluarkan semua emosinya kepada Atha. Ia memukul meja dan membentak Atha di hadapan teman-temannya.
"GUE JUGA GAK SUKA DIBENTAK, KAK!"
Entah keberanian dari mana, Atha berucap demikian dengan suara tinggi, seolah ia menantang Randa.
"Bukan urusan lo juga, Kak. Mau gue ke mana itu urusan gue," ucap Atha menatap manik Randa yang menyeramkan.
"Tha, kenapa lo jadi gak sopan gitu sekarang?" Rassya angkat bicara. Namun, tak mendapat respon dari Atha.
"Lo udah capek kan jadi kakak gue. Makasih selama ini udah berdiri di hadapan gue kalau gue ada masalah. Makasih juga lo selama ini udah baik sama gue, udah mau bantuin gue. Mulai sekarang lo nggak usah lagi ngelakuin hal itu ke gue, gue udah nggak butuh lo lagi, Kak," ujar Atha dengan rasa sesak di dadanya. Lalu pergi keluar kelas entah ke mana tujuannya.
"Tha." Alfian menyusul.
Randa diam tanpa kata setelah mendengar ucapan Atha tadi. Benarkah adiknya itu sudah tidak membutuhkannya lagi. Randa akan sangat kehilangan sosok adik, yang selama ini ia perjuangkan akan kesembuhannya jika memang ucapan Atha barusan benar.
"Lo gak butuh gue lagi, Tha? Hh, jantung lo, Tha. Lo harus operasi bangsat," ucap Randa dengan pelan seolah meremehkan ucapan Atha.
***
Kring!!!
Bel istirahat berdering dengan keras di penjuru sekolah SMA Cinta Bangsa. Siswa-siswi kelas 11 IPA 1 keluar berhamburan untuk menuju kantin. Namun tidak dengan Atha yang memilih bermain ponsel di kursinya."Tha, lo nggak ke kantin," tanya Devan menghampiri.
"Gak ada selera makan," jawab Atha.
Sebelumnya juga Alfian sudah mengajaknya, namun jawaban Atha sama seperti yang dilemparkan untuk Devan.
"Lo kenapa tiba-tiba berubah jadi gini, Tha? Apa yang buat lo berubah gini?" tanya Devan lagi.
Atha meletakkan ponselnya di atas meja, dan menatap Devan dengan manik mata elangnya.
"Bukan urusan lo juga atas perubahan gue, Dev. Gue cuma pengen jadi diri gue sendiri, gue nggak mau melibatkan orang lain lagi di kehidupan gue. Gue, mau jadi Atharrazka versi gue sendiri," ujar Atha dengan penuh penekanan.
Bersambung
Hm, Atha merubah sikapnya? Penasaran dengan kelanjutannya? Jangan sampai terlewatkan ya! See you next bab!Vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? [LENGKAP]
Teen Fiction"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!" "Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini." Atha...