65. Bantuan dari Rizky

121 28 3
                                    

Tepat pukul 13:00, Randa sedang menunggu sosok Rizky di cafe yang telah ditentukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul 13:00, Randa sedang menunggu sosok Rizky di cafe yang telah ditentukan. Hanya baru 5 menitan saja ia menunggu. Masih bisa sabar, jika saja sampai 1 jam Rizky tidak datang, Randa benar-benar akan marah padanya.

"Mau pesan apa, Mas?" Seorang pelayan datang menawari.

Sebenarnya Randa tidak ingin memesan apa-apa, ia hanya menunggu sosok Rizky. Namun tidak enak hati juga jika ia tidak memesan apa-apa.

"Coffe chocolatte saja ya, Mbak."

Setelah beberapa menit kemudian, seorang pemuda dengan tergesa-gesa menghampiri Randa yang sedang duduk di kursi tengah.

"Ran, kasih tahu gue, Atha kenapa?" tanyanya tanpa menyapa ataupun salam.

Randa menatap pemuda itu dengan tatapan remeh. "Masih inget lo sama si Atha, Ki?" tanyanya.

"Please, Ran. Jangan bahas yang lain, tolong kasih tahu gue Atha kenapa?" Rizky semakin penasaran akan keadaan Atha adiknya itu.

Randa mengembuskan napasnya sebelum menjawab pertanyaan Rizky. "Atha harus operasi, Ki. Ada kendala di bagian jantung, itu akan membahayakan Atha jika terus dibiarkan," jawab Randa. Kemudian ia mengeluarkan secarik kertas yang berasal dari dokter pada Rizky.

Rizky melihat tulisan dalam kertas tersebut dan tak menyangka akan penyakit adiknya itu yang semakin memburuk. Rizky semakin merasa bersalah karena sudah meninggalkannya.

Tanpa diminta Rizky mengeluarkan air mata dari pelupuknya. Tak peduli ia harus menangis dihadapan Randa dan menjadi bahan ejekan kepada teman-temannya nanti.

"Rencana selanjutnya apa, Ran? Apa yang harus gue lakuin buat adik gue sembuh?" tanya Rizky dengan wajah yang berkaca-kaca.

"Atha harus operasi secepatnya, Ki. Tapi ada masalah yang menghambat." Randa menggantungkan kalimatnya. Dan Rizky menunggu kelanjutannya.

"Biaya yang sangat mahal, menjadi hambatan buat gue tanda tangan di surat itu," tambahnya Randa.

"Ran ...." Rizky histeris.

"Gue ada cukup banyak tabungan, tolong setujui operasi buat adik gue. Gue nggak mau kehilangan dia, Ran. Gue sayang sama dia," katanya sambil terisak.

Tidak ada seorang kakak yang tidak sayang kepada adiknya sendiri, Rizky pergi meninggalkan Atha bukan karena dia tidak sayang. Justru malah dia sangat menyayanginya dan ingin melihat Atha bahagia, karena kebahagiaan Atha adalah dengan tidak hadir dirinya.

"Kalau lo memang sayang sama adik lo, gue tanya sama lo, Ki. Kenapa lo malah pergi tinggalin dia, andai lo tahu, Ki. Atha itu pengen dekat sama lo, kakak kandungnya sendiri, dua belas tahun dia tinggal sama gue, Ki. Hampir tiap malam dia sebut nama lo, pengen ketemu sama lo, Tapi di saat lo udah hadir, lo malah mengecewakannya," ujar Randa dengan penuh penekanan dan kesal.

"Udah, Ran. Gue nggak ninggalin dia, Ran. Gue cuma mau lihat adik gue bahagia doang itu aja. Kebahagiaan adik gue itu sama lo, bukan sama gue. Lo yang pantas jadi kakaknya. Gue ada banyak tabungan, niat awal buat biaya gue masuk kedokteran, tapi itu udah nggak penting, yang terpenting sekarang operasi Atha harus dilakukan," ucap Rizky penuh keyakinan.

"Lo serius, Ki? Kedokteran kan cita-cita lo." Randa meyakinkan.

"Percuma nanti gue masuk kedokteran, dan bisa jadi dokter. Kalau tujuan awal gue buat jadi dokter itu udah nggak ada. Gak apa-apa gue nggak jadi masuk fakultas kedokteran, asalkan adik gue selamat," jawab Rizky.

***

"Atha ada yang nyariin kamu tuh di luar," ucap Arinda memberitahu Atha yang sedang bersemayam di atas kasur bahwa ada seseorang yang mencarinya.

"Siapa, Bund?" tanya Atha.

"Bunda kurang tahu juga, udah sana samperin itu kayaknya temen kamu," perintahnya.

Atha segera beranjak dia penasaran siapa yang mencarinya. Tumben sekali hari libur ini ada yang mencari. Bahkan jika ini tidak hari libur Atha akan tetap berkata 'tumben.'

Cklek!

"Tha," panggil seorang pemuda yang duduk di kursi samping pintu.

"Tha, ikut gua yuk," ajaknya.

Atha mengerutkan keningnya bingung. Ada apa sebenarnya.

"Gue nggak salah denger kan?" Atha meyakinkan.

"Ck, lo mah gitu. Gue udah baik juga, Beneran kok, kan gue udah pernah bilang kalau gue mau jelasin alasan kenapa gue bisa jadi baik sama lo, nah hari ini sekalian main gitu ayok," katanya.

"Lo nggak ada niat buat jahatin gue, kan?" Atha masih ragu dengan Devan yang tiba-tiba menjadi baik padanya.

Devan yang kesal kemudian menarik tangan Atha untuk ikut dengannya menaiki motor. "Banyak bacot lo ah, ayo buruan," ajaknya.

Di sisi lain masih dengan perbincangan antara Randa dan Rizky, Rizky menyerahkan semua kartu atm yang ia punya kepada Randa.

"Semua tabungan gue ada di sini, cukup kok buat biaya operasi adik gue. Nanti pin gue kirim via chatt." Dengan menyodorkan atm itu, Rizky berkata demikian.

"Beneran, Ki?" Randa masih kurang serius.

"Tapi gue minta sama lo, jangan kasih tahu kalau semua biaya itu dari gue. Rahasiakan dari semua orang, termasuk Atha sendiri," pesan Rizky membuat Randa bertanya-tanya.

Rizky melakukan itu agar Atha tidak menolaknya. Rizky tahu watak adiknya, pasti ia akan menolak pertolongan orang dari orang yang dia benci. Dan Rizky tidak mau Atha menolak bantuan biayanya itu.

"Enggak, Atha berhak tahu kalau semuanya adalah dari kakaknya sendiri. Gue bakalan tetap mau kasih tahu Atha meskip lo larang," egois Randa.

"Gue minta tolong sama lo, Ran. Dia pasti nolak kalau tahu biayanya dari gue. Tolong jangan kasih tahu dia ya, gue percaya sama lo, lo bisa jaga Atha lo bisa jadi kakak yang terbaik buat Atha."

Kembali lagi pada Devan dan Atha, di kursi taman mereka duduk dengan dua botol minuman dingin.

"Emang selama ini orang tua lo tahu kelakuan lo di sekolah?" tanya Atha.

Devan sudah menjelaskan semuanya pada Atha. Bahwa dirinya berubah menjadi baik itu karena orang tuanya yang meminta. Jika Devan tidak baik dan tidak meminta maaf pada semua orang yang telah ia bully di sekolah, Devan terancam akan dipindahkan ke luar negeri.

"Biasalah ada yang aduin ke bokap gue gitu, jadinya gue disidang sama mereka. Gue gak mau kalau harus pindah ke luar negeri. Makanya gue memilih buat jadi orang baik, dan bisa temenan sekalian sama lo, lo mau kam temenan sama gue, Tha?" Devan menatap Atha penuh harap.

"Dari dulu gue gak pernah benci sama lo ataupun sama orang lain yang bully gue, Dev. Kalau emang mau jadi temen gue silakan aja. Tapi sekarang lo anter gue pulang deh. Gue lagi bersih-bersih kamar malah lo angkut keluar. Ayo nanti keburu bunda gue yang bersihin, gue gak enak," ajak Atha menginginkan pulang seperti biasanya ketika Randa mengajaknya keluar.


Bersambung.
Hahaha baru nongol lagi aku wkwk. Maaf ya ges, see you next bab!

Vote!

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang