76. Dihadang Gibran

69 19 0
                                    

Kring!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kring!!!

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Siswa kelas 11 IPA 1 segera merapihkan alat tulisnya dan bersiap untuk segera pulang. Guru pelajaran kimia padahal belum selesai memberikan penjelasan, namun ya apa boleh buat, peraturan sekolah jika sudah waktunya tiba tidak boleh ada yang melanggar. Termasuk guru yang sedang mengajar sekalipun, tidak boleh mengambil jam istirahat siswa ataupun jam pulangnya.

Atha diam tidak seperti siswa lainnya, ia menahan sesak di dada yang mengguncam pada saat itu. Menatap buku catatannya yang berisi rumus kimia, seraya mengepalkan tangan untuk menahan sesak.

Untung saja, Atha membawa sebuah inhaler pendamping hidupnya yang selalu ada di dalam tas. Atha berusaha untuk terlihat baik-baik saja, ia tidak ingin mendapatkan perhatian dari sekelilingnya. Atha tidak ingin dibantu, Atha ingin menjadi seorang yang mandiri akan penyakitnya ini.

Dengan usaha yang sebisa mungkin, Atha menggerakkan tangannya untuk mengambil tas di belakangnya.

"Woy, Tha. Kenapa lo?" tanya Vino yang duduk di samping Atha namun beda kursi.

Atha hanya menoleh, tidak merespons sama sekali. Ia tetap berusaha untuk meraih tasnya. Alfian? Oh tidak, Alfian sedari tadi hanya berpura-pura tidak menyadari hal itu, sebenarnya Alfian tahu apa yang diinginkan Atha, namun ia ingin melihat kemampuan Atha untuk menolong dirinya sendiri.

"Lama banget lo ambil tas doang. Nih!" Vino pun akhirnya mengambilkan tas milik Atha. Kemudian pergi keluar kelas untuk pulang lebih dulu.

Alfian tersenyum tipis melihat itu, apalagi melihat wajah kesal Atha yang sudah ketebak oleh Alfian.

"Sekalian deh gue bantu lo. Udah terlanjur dibantu sama Vino juga kan." Alfian juga mengambilkan inhaler yang ada di dalam tasnya Atha.

Dalam hati Atha menggerutu mencaci dirinya. Kenapa hal sepele ini saja tidak bisa ia lakukan, bahkan harus ada 2 orang yang membantunya. Sial!

"Kalem aja, rileks. Lo bakalan baik-baik aja kok.

Setelah berhasil menghirup udara dengan bebas, Atha berterima kasih pada Alfian. Setelah itu ia meninggalkannya dan pergi keluar.

'Kenapa sih gue bodoh banget. Padahal cuma ngambil inhaler doang.' batin Atha.

Di koridor sekolah yang sudah sepi, Atha berjalan seorang diri untuk menuju pintu keluar. Namun, tibanya ia di depan kelas 10 IPA 6, seorang pemuda menghalangi jalannya dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

Atha mengambil kanan untuk melewatinya, dengan kasar pemuda yang menghalanginya ini menarik kerah belakang seragam Atha, dan dengan entengnya melemparkan Atha hingga terjatuh ke lantai.

"Gue udah bilang sama lo, jauhin Alta!" sarkas pemuda itu.

Atha bangkit dan merapikan seragamnya. "Kalau gue gak mau gimana?" tanya Atha.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang