63. Harus Operasi

229 27 1
                                    

Ketika Randa sampai rumah, tanpa salam setelah mematikan mesin motor ia segera berlari masuk untuk melihat keadaan Atha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Randa sampai rumah, tanpa salam setelah mematikan mesin motor ia segera berlari masuk untuk melihat keadaan Atha.

"Woy sialan lo, gak ada salam gak ada akhlak nyelonong aja," protes Delisha melihat Randa berlari.

Brak!
"Tha?" Randa membuka pintu kamar Atha dengan kasar dan melihat Atha tergulai di lantai.

Atha sudah tidak sadarkan diri. Randa segera mengangkatnya dan membawanya turun. Seperti biasa Randa akan membawanya ke rumah sakit dengan menggunakan mobil tetangganya.

"Randa, kenapa Atha?" Arinda melihat Randa sedang menggendong Atha mendekatinya.

"Kambuh, Bund. Tadi Atha sempat nelpon Randa," jawab Randa.

***

Jam 19:30, Atha selesai diperiksa oleh dokter. Raut wajah sang dokter sulit untuk Randa tebak. Datar tidak ada ekspresi membuat Randa bertanya-tanya pada dirinya.

Atha sudah sadarkan diri dan diam berbaring di atas brankar. Ini jika dihitung mungkin ke 200x Atha tiduran di atas brankar rumah sakit.

"Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Randa.

Huft ....
Dokter itu mengembuskan napasnya sebelum menjawab. Tidak mungkin dokter mengatakannya langsung di hadapan pasien, karena hal itu akan membuat pasien merasa frustasi untuk menjalani hidupnya.

"Apa kamu saudara kandung dari pasien?" tanya Dokter.

"Iya, Dok. Saya kakaknya," jawab Randa. Sebenarnya awalnya Randa bingung untuk menjawab iya atau tidak, karena kan mereka berdua bukanlah saudara kandung.

"Ikut saya ke ruangan, saya jelaskan di sana," ajak Dokter itu.

Atha yang mendengar itu merasa penasaran. Mengapa dokter tidak memberitahukannya saja di sini.

"Lo sini aja, Tha," kata Randa. Lalu keluar bersama dokter.

Atha duduk di atas brankar ketika dalam kesendirian. Menatap kosong arah depannya. Seketika teringat wajah orang tuanya Atha menitikkan sebulir air mata di pelupuknya.

"Ayah .... Bunda .... Acha mau sama kalian aja, Acha pengen ikut kalian," ucap Atha dengan lirih.

Lagi-lagi rasa frustasi menghampiri Atha membuatnya menginginkan mati dan ikut dengan orang tuanya.

"Kak Ikky jahat sama Acha, Bunda .... Kak Ikky ninggalin Acha, hiksh." Atha terisak ingin menangis sejadi-jadinya namun ia tahan.

"Acha udah gak sanggup lagi buat hidup, Bunda. Acha gak mau buat Kak Randa jadi repot urus Acha yang sakit, tolong jemput Acha, Bunda .... Ayah ....." Atha bermonolog dengan isakan dan air mata yang setetes demi setetes terjatuh ke membasahi tangan. Seolah-oleh Atha kini sedang berbicara dengan kedua orang tuanya di hadapannya.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang