79. Malam yang Hancur

109 8 0
                                    

"Ada kebocoran pada jantung, hal itu bisa menyebabkan kematian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada kebocoran pada jantung, hal itu bisa menyebabkan kematian. Kita harus segera melakukan operasi untuk penyembuhannya," ucap dokter dengan raut yang sulit dijelaskan.

Bahkan mulut saja rasanya kelu tak bisa mengeluarkan sepatah kata. Matanya berkaca-kaca, tangan yang gemetar dirapalkan ia tahan.

"Tetapi kamu gak perlu khawatir, semua biaya nanti pihak rumah sakit akan mengkonfirmasi dengan pak Aidan," tambahnya sang dokter. Yang berhasil membuat mulut itu bisa mengeluarkan kata-kata.

"Enggak, jangan lakukan itu," ucapnya seraya menggelengkan kepala.

"Tapi, Atha. Bagaimana caranya kamu bisa melakukan operasi, kalau pak Aidan gak tahu tentang hal ini."

"Saya minta agar semua ini dirahasiakan dari siapapun. Termasuk pak Aidan, dan juga Alta." Atha menatap dokter dengan penuh serius, meskipun Atha akan menangis, tetapi sebisa mungkin ia tahan agar tak ada setetes pun air matanya yang jatuh.

"Enggak, Atha. Saya akan memberi–"

BRAK!!!

"JANGAN LIBATKAN KESEHATAN SAYA DENGAN MEREKA! SAYA TIDAK ADA HUBUNGAN KELUARGA SAMA PAK AIDAN!" sentak Atha menggebrak meja. Ia kesal dengan dokter yang bersikeras untuk memberitahu pak Aidan akan kesehatannya ini.

Atha tidak mau melibatkan siapapun lagi dalam hidupnya. Semuanya akan ditanggung olehnya sendiri, meskipun itu mustahil untuk dilakukan. Tetapi Atha sudah tidak punya lagi yang namanya keluarga. Apa itu keluarga bagi Atha!

"Rahasiakan ini semua." Setelah berucap demikian, Atha keluar dengan perasaan yang hancur.

***

Ponselnya berdering tanpa henti. Beberapa pesan masuk, namun Atha enggan untuk membalasnya. Bahkan dilihat saja tidak Atha lakukan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20:00, Atha berjalan dengan masih mengenakan seragam sekolah. Namun ia rangkap dengan jaket milik Rizky yang sengaja disimpan untuk mengingatnya.

Cih, mengingatnya. Apa Rizky juga menyimpan barang Atha untuk sekadar mengingatnya? Sangat mustahil.

Angin malam ini begitu dingin hingga menembus jaket yang Atha kenakan. Langkah Atha menuju sebuah pemakaman, Atha berniat akan bercerita tentang semua ini pada orang tuanya. Atau lebih tepatnya pada batu nisan yang tertulis nama orang tuanya.

Tidak ada orang yang masih hidup bisa Atha gunakan sebagai pendengar. Semua keluh kesah hanya tanah kuburan yang menjadi saksi, atas tangisan Atha di makam orang tuanya.

"Bunda ..., hiksh ...." Bahkan Atha masih belum bisa bercerita.

Ketika sampai di makam, Atha langsung berlutut dan memeluk nisan bundanya. Atha menangis dan berharap ada balasan dari pelukan ini, namun semua itu hanya angan dan mustahil.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang