48. Saling Menyerahkan

89 12 0
                                    

Di sinilah mereka berempat berada, di sebuah wisata pantai parangtritis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sinilah mereka berempat berada, di sebuah wisata pantai parangtritis. Kevin membawanya kemari untuk sekadar mengajak teman barunya ini, atau teman sementaranya untuk menikmati wisata kota Yogyakarta sebelum mereka pulang.

Banyak para pengunjung yang dari luar kota bahkan dari luar negeri berkeliaran di sekitar pantai. Menikmati pemandangan ombak laut yang berombang-ambing.

"Foto yuk," ajak Rizky.

"Alay banget sih lo, norak tahu gak," kata Randa sewot.

"Bacot lo. Ya udah kalau gak mau ikut foto, mendingan lo fotoin gue, nih." Rizky menyodorkan ponselnya kepada Randa. "Fotoin yang estetik buat feed instagram," katanya.

"Ogah banget gue," tolak Randa.

"Sini Acha yang fotoin aja," pinta Atha menawarkan diri.

"Adiknya Kak Ikky emang pengertian, tapi gak usah. Mendingan kita selfi aja." Rizky mengambil posisi untuk mengambil foto selfi dengan Atha.

Setelah mereka semua mengambil foto untuk diabadikan di sebuah ponsel, mereka ke sebuah cafe untuk sekadar duduk. Mereka tidak bermain air ataupun wahana lainnya, karena katanya mereka malas.

"Lo sering ke sini, Bang?" tanya Rizky kepada Kevin.

"Gak sering, tapi jarang. Palingan kalau ada temen ya ke sini, atau kalau lagi banyak tugas biasa gue ngerjain di sini," jawab Kevin.

"Oh. Tugas kuliah emang banyak ya?"

"Ya gitu lah. Beda sama kehidupan SMA pokonya. Lo bakalan ngerasain sendiri nanti."

"Kak Ikky sama Kak Randa udah daftar seleksi nasional kan?" tanya Atha menatap Rizky dan Randa secara bergantian.

"Udah dong, pokonya Acha doain aja semoga Kakak lolos," jawab Rizky.

Waktu sudah menunjukkan setengah enam sore. Sinar jingga mulai memancarkan cahaya indahnya kepada dunia.

Keempat lelaki ini sudah cukup puas mencuci mata dengan melihat-lihat pemandangan. Ya meskipun mereka tidak mencoba setiap wahana yang dilihatnya.

Mereka kini sedang berada dalam perjalanan pulang ke kontrakan. Atha dan kedua kakaknya besok akan kembali ke kota tempat mereka tinggal. Mereka harus pulang karena harus sekolah dan pasti bundanya Randa mengkhawatirkan.

Tring!!!

"Woy kapan lo pulang anjir. Bunda lo udah nanyain gue nih!"

Alvin mengirimkan sebuah pesan kepada Randa. Randa pun segera membalasnya.

"Besok. Besok gue pulang kok."

Mereka kini sampai di kontrakan, Kevin sudah lebih izin untuk ke kontrakan pribadinya. Sedangkan Randa ia masuk kamar Atha.

"Gue pengen cerita, tapi via telpon ya."

Randa menekan icon telpon dan langsung terhubung dengan Alvin di sebrang sana.

"Banyak masalah amat sih kayaknya lo, Ran," ucap Alvin.

"Gue kayaknya emang harus ngelupain si Atha sebagai adik gue gak sih, Vin. Menurut lo," kata Randa.

"Gue orang asing tahu gak kalau udah ngeliat si Atha sama si Rizky gitu," tambahnya.

"Huft .... Sesekali curhat tentang masalah cinta kek, Ran. Ini mah perasaan masalah lo tentang si Atha mulu."

"Cinta mulu pikiran lo. Gak ada cewek dalam proses pendidikan gue sebelum gue sukses."

Tanpa Randa sadari, perbincangannya dengan Alvin ada yang mendengarkan di ambang pintu. Ia sengaja mendengar pembicaraan Randa.

"Jadi menurut lo gimana, Vin? Gue kalau misalnya gak ada si Atha ya, rumah gue tuh kayak kuburan gitu. Sepi. Gak ada yang bisa diajak ribut."

"Ya .... Gue sepihak sama si Rizky ya, Ran. Maksudnya bukan ngebela si Rizky, tapi gini deh. Si Rizky kan kakak kandungnya kan, sedangkan lo kakak angkat. Kakak angkat kan bersifat sementara, jadi biar gimana pun juga si Atha tuh berhak buat balik sama keluarga aslinya gitu," ujar Alvin.

"Tapi lo tahu kan, gue sama si Atha udah dua belas tahun loh. Jadi serasa status kakak angkat atau adik angkat tuh gak ada gitu. Ngapain sih ish, si Rizky harus hadir gitu. Coba kalau enggak, gak gini pasti alur ceritanya." Randa duduk di tepi ranjang, kemudian tidur terlentang.

Orang yang sedari tadi mendengarkan obrolan Randa, akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk.

"Ran," katanya.

"Gue emang udah hancurin semuanya. Gak seharusnya emang gue datang," tambahnya mendekati Randa.

"Lo tenang aja, pulang dari sini, gue bakalan titip Atha sama lo. Lo gak perlu khawatir buat takut kehilangan Atha, Atha akan tetap jadi adik lo."

"Rizky," gumam Randa. "Lo denger omongan gue?" tanyanya.

"Gue minta maaf karena udah pernah berusaha buat pisahin lo sama Atha. Gue janji, pulang dari sini, gue bakalan pergi kok. Gue tahu, dua belas tahun itu bukan waktu yang singkat, andai nenek gue gak bohongin gue dengan bilang kalau Atha udah meninggal, pasti gak bakalan selama itu."

"Ki .... Enggak, Ki. Lo kakak kandungnya, lo yang berhak buat jadi pelindung Atha. Asal lo tahu ya, si Atha sering nyebut nama lo kalau dia lagi tidur, dia pengen ngerasain deket sama kakak kandungnya. Biar gue aja yang belajar buat sadar diri kalau gue adalah orang lain. Gue titip Atha, kalau dia lagi ngedrop, suruh dia dengerin detak jantung lo aja, itu udah cukup membantu kok."

Kini posisi Randa dan Rizky berhadapan. Rizky menggelengkan kepala. "Meskipun gue kakak kandungnya, tapi gue gak pantas, Ran. Gue udah ninggalin dia sejak dia kecil," kata Rizky.

"Lo ninggalin dia punya alasan. Jadi gak usah alasan lagi, Atha butuh lo, butuh kedekatan dengan kakak kandungnya. Lo harus ngerti itu."

"Tapi–"

"Atha adalah cowok lemah, Ki. Dia butuh pelindung kayak kita, dan sekarang saatnya lo berperan buat ngelindungin dia."

"Kak Randa, Kak Ikky. Gak pada mau mandi apa? Malahan di kamar aja." Atha tiba-tiba masuk kamar.

"Jam berapa emang, Tha? Perasaan tadi gue pulang baru setengah lima," kata Randa.

"Setengah lima apanya, orang kita pulang aja setengah enam. Bentar lagi juga azan maghrib," balas Atha.

"Oh iya tah? Ya udah nanti mandi kok, lo kayak bunda mah pake segala ngingetin mandi."

"Kak Randa kalau gak diingetin emang gak pernah mandi," cibir Atha.

"Sialan, lo. Jangan buka kartu ngapa, ada orang nih." Randa tak terima.

"Atha ke kontrakan Kak Kevin ya bentar. Kak Randa sama Kak Ikky mandi loh."

"Iya, nanti Kak Ikky mandi kok. Kayak Kak Ikky anak kecil aja pake segala disuruh."

"Kak Ikky sama aja kayak Kak Randa. Kalau gak disuruh gak bakalan mandi, dasar emang jorok." Atha pun pergi menutup pintu setelah mengucapkan itu.

Randa bangkit, dan hendak keluar. "Mau ke mana, Ran?" tanya Rizky.

"Mandi lah. Emangnya lo, jorok. Jarang mandi," jawab Randa sinis.

"Enak aja. Lo kali yang jarang mandi. Gue duluan lah yang mandi."

"Gak, gue duluan. Enak aja."

"Gak ada, pokonya gue duluan, badan gue udah lengket ini." Rizky berlari keluar.

"Woy, Rizky! Sialan lo bangsat tuh anak!" Randa mengejarnya.

Bersambung.
Sawadikap🙃 Kembali lagi bersama author yang super tidak jelas. Berapa minggu ya author tinggal? Atau udah berbulan-bulan? Haha maafin ya, mager banget sumpah buat lanjutannya.

Oke udahlah, See you next chap!

Vote!

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang