60. Naik Angkot

103 16 11
                                    

"Nek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nek ...," ucap Atha membuka suara.

Risma mengabaikannya dan berlalu masuk ke dalam. Setelah itu, Atha melanjutkan perjalanannya keluar untuk sekolah.

"Duh, naik apa buat ke sekolah," pikir Atha.

Ia tidak tahu caranya naik angkutan umum itu bagaimana, dan jika memesan ojek online, yang ada malah akan terlambat.

"Gimana ya? Kalau maksain diri naik angkot, Atha gak bisa ngomongnya pas mau berhenti," pikir Atha menggaruk tengkuknya.

Ia berdiri di tepi jalan menatap mencari-cari seseorang. Siapa tahu ada yang baru berangkat, Atha bisa menebengnya dan berangkat bareng.

Namun nihil, sedari tadi tak ada orang yang Atha kenal. Dan akhirnya ia memberanikan diri untuk menghentikan mobil angkot.

Atha naik dan masuk ke dalam. Terasa sumpek Atha rasakan karena sempit dan berdesakan. Bahkan ia kesulitan untuk mendapatkan oksigen.

'Harus kuat, Tha! Gak boleh lemah,' batin Atha menguatkan diri.

Sopir yang membawanya ugal-ugalan, bahkan ada lobang jalan saja dihantam membuat Atha semakin tak kuat menahan rasa mabuk.

Sampai beberapa menit kemudian, sopir itu melintasi sekolah Cinta Bangsa, dan Atha tidak menyadari. Hingga seorang ibu-ibu yang sepertinya baru pulang dari pasar, membantu Atha menghentikan angkot yang ditumpanginya.

"Pak, kiri. Ini ada anak sekolah Cinta Bangsa," katanya. Kemudian angkot itu berhenti.

"Dek, mau sekolah kan? Ini sudah sampai Cinta Bangsa," ucap ibu tadi kepada Atha.

"Ha? Udah ya, Bu. Aduh maaf saya pusing soalnya gak tahu kalau udah sampai. Makasih, Bu." Atha berterima kasih lalu keluar dan memberikan selembar uang 5.000 kepada sopir untuk ongkosnya.

Atha berjalan sempoyongan. Masih terasa mabuk akan situasi di dalam angkot tadi. Atha rasanya ingin muntah, namun tidak bisa.

Ketika sampai di area sekolah, pandangan Atha kabur dan ....

Bruk!

Atha hilang kesadaran dan tergeletak di halaman sekolah.

***

Randa dan Delisha di rumah berdebat merebutkan centong nasi. Mereka berdua hendak sarapan.

"Gue dulu, Randa! Sialan lo!" ketus Delisha mengambil alih centong di tangan Randa.

"Enak aja!" Randa kembali mengambilnya. "Lo di sini cuma numpang ya. Jadi tuan rumah dulu, numpang di rumah orang gak sadar diri," katanya.

"Masih pagi loh ini, Ran," ucap Delisha menatap Randa.

"Siapa juga yang bilang udah siang. Gak ada," balas Randa.

"LO BUAT GUE DARAH TINGGI!!!" Delisha mencubit tangan Randa sekuat mungkin hingga membuat Randa kesakitan.

Why Me? [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang