2 : Zafran

395 87 14
                                    

Jangan lupa like + komen.
Komen diatas 5 aku lanjut 😘

*

"Tumben baru pulang bang?"

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara Jovan, adikku yang entah sudah berapa lama ia berada disana. Aku mendengus kesal saat mendapati keadaan ruang tamu yang sudah berantakan. Siapa lagi jika bukan Jovan pelakunya.

"Bisa gak sih sehari aja jangan berantakin rumah?" Tegurku dan mulai membereskan kekacauan yang diciptakan adikku.

Kulihat Jovan hanya menyeringai dan melanjutkan kegiatannya menyantap keripik kentang kesukaannya. Setelah selesai memilah beberapa barang miliknya di lantai aku pun memilih untuk duduk tepat di sampingnya. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Jov."

"Hm?" Jovan tak beralih menatap tayangan televisi yang kini di tontonnya. Namun aku tau jika dia masih mendengarkan.

"Kenal tetangga baru kita gak?"

"Tetangga baru? Bu Lusi? Dia kan uda pindah setengah taun yang lalu. Emang masih bisa dibilang tetangga baru?" Sahutnya yang membuatku berdecak pelan menanggapi jawaban Jovan.

"Bukan. Tapi tetangga yang bener-bener baru."

"Emang ada?"

"Belakang rumah kita."

"Belakang rumah?"

"Iya. Kamu gak pernah denger emang pas lagi di kamar mandi atau dapur gitu?"

"Denger gimana maksud abang?"

"Ya apa kek. Mungkin pas dia lagi masak atau ngapain. Kan yang lebih sering di rumah kamu."

Jovan yang semula masih fokus menonton itu lantas menoleh dan menatapku horor dengan sisa-sisa keripik di mulutnya yang susah payah ia telan. Kulihat Jovan bahkan menaikkan kedua kakinya ke sofa.

"Bang, jangan ngadi-ngadi deh."

"Apasih?"

"Rumah itu kan uda lama kosong. Ya kali ada suara-suara. Setan dong."

Aku kembali berdecak menanggapi ketakutan adikku seraya menjitak kepalanya hingga membuat Jovan meringis.

"Yakali abang nanya ke kamu kalo rumah itu kosong."

Jovan mengusap pelan kepalanya dan kembali bertanya, "Jadi beneran ada penghuninya bang?"

"Ada. Namanya Jelita."

"Cewek bang?"

"Cantik." Sahutku singkat. Berbeda dengan Jovan yang kembali dengan tatapan ngerinya.

"Cantik? Tapi beneran manusia kan bang? Bukan mbak kun?"

Aku menatap Jovan malas. Seketika tak berminat untuk kembali menanggapi pertanyaannya yang tak masuk akal. Akhirnya aku memilih bangkit dan berjalan menuju kamarku.

"Bang? Serius mau ninggalin Jovan sendiri? Ini malem jum'at loh bang!"

"Tidur sana." Sahutku kemudian menutup pintu kamar dan menguncinya.

Aku terbahak saat mendengar Jovan mematikan televisi dan berlari menuju kamar miliknya dengan teriakan penuh kengeriannya. Jovan dengan segala keparnoannya terhadap makhluk gaib.

Setelah suasana kembali sunyi, aku memutuskan berjalan menuju ranjang dan duduk di tepi. Aku meraih ponsel dari dalam saku celana. Ada beberapa notifikasi pesan yang masuk. Dari grup alumni kampus, beberapa rekan kerja, dan juga grup komplek rumah. Tapi tak ada pesan dari Jelita, tetangga baru kami.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang