27 : Main

222 47 8
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Masih kepedesan gak mas?"

Tanya Jelita saat mobil yang Zafran kemudikan baru saja berhenti tepat di depan rumahnya. Kontan Zafran segera menoleh menatap Jelita bingung. Saat mulai mengerti dengan maksud perempuan itu, ia pun tersenyum.

"Masih berasa sih pedesnya di lidah."

Dengan ragu-ragu Jelita meraih sesuatu dari dalam tasnya. Hal tersebut tak luput dari perhatian Zafran. Ia menunggu apa yang hendak Jelita lakukan. Kemudian kerutan di keningnya terlihat saat Jelita menyodorkan sebuah susu kotak kepadanya.

"Diminum mas."

"Buat aku?" Tanya Zafran seraya mengarahkan telunjuk pada dirinya sendiri.

"Susu bisa mengurangi rasa pedas mas." Sahut Jelita memberi penjelasan. Jawaban yang kemudian membuat senyum Zafran merekah.

Seketika Jelita mematung di tempatnya saat tangan besar laki-laki itu bergerak bebas mengusap puncak kepalanya. Dengan gerakan kaku, Jelita menoleh menatap Zafran yang juga menatapnya.

"Makasih ya." Ucap Zafran kemudian mulai menusuk sedotan pada susu kotak kemudian mulai meneguknya.

Dan Jelita menjadi diam. Memperhatikan bagaimana gundukan kecil di leher laki-laki itu bergerak naik turun. Setelahnya ia segera memutus pandangan saat Zafran menghabiskan susu kotak di tangannya.

"Kamu bener. Sekarang jadi gak begitu pedes." Ujar Zafran setelah beberapa saat hanya diam.

"Syukurlah." Sahut Jelita kikuk.

"Masuk gih. Juan uda nungguin dari tadi." Ucap laki-laki itu lagi.

Mendengar penuturan Zafran, sontak Jelita membelalak. Dengan cepat perempuan itu beralih menatap ke arah rumahnya melalui jendela mobil. Dan benar saja, Juan sudah berdiri dengan kokoh disana. Menatap tajam pada kedua orang itu sembari berkacak pinggang.

Suara tawa milik Zafran terdengar kemudian laki-laki itu berkata lagi, "Bisa-bisa itu mata loncat dari tempatnya."

"Makasih atas tumpangannya ya mas." Ucap Jelita yang kini terburu-buru membuka sabuk pengaman yang melilitnya. Bahkan sebelum Zafran sempat menjawab ucapan terima kasihnya, perempuan itu telah lebih dulu meninggalkan kursi penumpang.

Jelita berjalan cepat membuka pagar rumahnya. Langkah perempuan itu terhenti saat Juan berdiri tepat di hadapannya.

"Kakak belom pulang?"

"Kok pulang malem?" Tanya Juan yang kini mengalihkan perhatian pada mobil Zafran. Ia mendengus sebal saat melihat sahabatnya justru melayangkan senyum lebar seraya melambaikan tangan ke arahnya sebelum kembali melajukan mobilnya.

"Tadi mampir buat makan dulu kak." Cicit Jelita.

"Sama Zafran?" Tanya Juan lagi yang membuat Jelita meneguk salivanya. Terdengar laki-laki itu menghela nafas pelan.

"Kakak kan uda masak dek. Trus itu mau di apain kalo kamu malah makan di luar?" Cecar Juan yang semakin dibuat kesal oleh jawaban jujur adiknya.

"Jelita masih laper kok!" Sahut Jelita lantang. Berusaha menyenangkan hati kakaknya, perempuan itu mengusap pelan perutnya dan melanjutkan, "Perut Jelita masih bisa nampung makanan lain."

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang