56 : Kabar [END]

294 58 11
                                    

Part ini lebih panjang dari part-part sebelumnya karena ini part terakhir.
Jangan lupa like + komen ^^

***

"Dek ada tamu, kamu turun dulu. Kakak mau berangkat kerja."

Suara Juan dari lantai bawah mengalihkan perhatian Jelita dari memandangi langit biru pagi itu. Jelita bangkit dari tempatnya dan berjalan keluar dari kamar. Langkah kecil perempuan itu berjalan menuruni tangga. Dan setibanya di lantai bawah, Jelita terdiam saat mendapati keberadaan Tania dan juga Anggi serta Leo.

"Tante.."

Tania tersenyum dan bangkit. Berjalan menuju Jelita dan memeluk perempuan itu.

"Yang sabar ya sayang." Bisiknya kemudian mengurai pelukan mereka. Dengan senyum yang menghiasi wajah teduh Tania, ia menggandeng Jelita untuk duduk di sampingnya.

"Maaf ya bunda baru bisa nengokin sekarang." Ucap Tania menggenggam lembut kedua tangan Jelita. Sementara perempuan itu hanya tersenyum kaku.

Sepasang netra Jelita bergerak ragu. Sesekali ia curi-curi pandang pada sosok wanita paruh baya yang sedari tadi hanya diam. Sadar dengan gerak gerik Jelita, Tania tersenyum penuh arti.

"Gi, katanya ada yang mau kamu omongin ke Jelita. Ngomong sekarang aja."

Merasa terkejut karena namanya disebut, Anggi menatap protes kakaknya sebelum beralih menatap Jelita.

"Tante...mau ngomong apa?"

Berusaha mengusir kegugupannya, Anggi berdeham pelan.

"Turut berduka cita atas apa yang terjadi dengan mama kamu. Tante..."

Anggi menjeda kalimatnya. Tautan jari di pangkuan wanita paruh baya itu bergerak-gerak gelisah. Setelah cukup lama, Anggi memberanikan diri untuk kembali menatap Jelita.

"Tante mau minta maaf sama kamu." Ucap Anggi pada akhirnya.

"Tante uda jahatin kamu. Tante pikir dengan membenci kamu dapat mengurangi rasa sakitnya. Tapi itu semua salah. Itu hanya membuat lukanya semakin bernanah. Tante bener-bener minta maaf Jelita. Tante gak tau gimana cara menebus semua kesalahan-kesalahan yang tante buat sama kamu. Tapi tante bener-bener menyesal. Maafin tante Jelita. Maafin tante."

Jelita menggeleng pelan. Perlahan ia menggenggam kedua tangan Anggi.

"Maafin Jelita juga ya tante? Tolong maafin dan lupain kesalahan mama juga."

Mengangguk pelan, Anggi menarik Jelita ke dalam pelukannya. Membuat tangis keduanya pun pecah. Kemudian setelah cukup lama, barulah pelukan mereka terlepas.

"Dan soal Zafran, bisa gak kamu tetep sama dia aja? Anak itu gak salah apa-apa Jelita."

"Anggi." Tegur Tania membuat wanita paruh baya itu bungkam.

Tania beralih menatap Jelita yang juga menatapnya. Seulas senyum mengukir di wajah cantik Tania. Membelai lembut pipi tirus Jelita.

"Bunda gak akan minta apapun sama kamu Jelita. Bunda gak akan menuntut apapun. Kalo kamu memang merasa lebih bahagia kalo gak sama anak bunda, silahkan. Ini hidup kamu. Kamu yang berhak menentukannya. Ya, walaupun sedih juga sih kalo ternyata mantu bunda bukan kamu." Ujar Tania menyisipkan candaan di akhir kalimatnya.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang