53 : Tebakan Tepat Sasaran

156 40 3
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Gimana keadaan mamanya Jelita bang?"

Tania yang mengetahui putera sulungnya baru saja pulang itu terburu-buru menyelesaikan pekerjaannya mencuci piring dan menghampiri Zafran yang baru saja duduk bersandar di sofa.

Zafran menoleh menatap ibunya kemudian tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Tania menghela nafas dan duduk di sebelah laki-laki itu.

"Abang belom bolehin bunda jenguk?" Tanya Tania lembut.

"Jangan sekarang ya bun?" Sahut Zafran tak kalah lembut. Maka Tania tak akan bertanya alasannya. Wanita paruh baya itu hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Terus Jelita sama Juan? Gimana keadaan mereka?"

"Juan baik-baik aja. Jelita... abang gak tau." Sahut laki-laki itu ragu.

Menatap anaknya teduh, ia usap lembut punggung Zafran dan kembali bertanya, "Kenapa gak tau bang?"

Kemudian dengan senyum kecut, laki-laki itu pun menjawab, "Zafran gak berani nemuin Jelita bun. Abang gak percaya diri."

Tania menggenggam lembut satu tangan Zafran yang berada di pangkuan laki-laki itu. Dan Zafran tau jika ibunya sedang berusaha menghiburnya. Maka yang ia lakukan adalah membalas tatapan Tania dan tersenyum simpul.

"Titipan bunda selalu abang bawa kan?"

"Iya bun. Abang selalu kirimin makanannya kok." Sahut Zafran dan Tania mengangguk mengerti.

"Jovan mana?"

"Lagi ada kegiatan kampus sampe besok. Oh iya, abang uda makan malem?"

"Uda bun."

"Yaudah kalo gitu abang langsung mandi terus istirahat. Besok kan harus kerja."

Zafran kembali tersenyum dan mengangguki ucapan sang ibu.

-

"Lo lagi lo lagi. Gak bosen lo kesini cuma jadi go food?" Sindir Juan saat melihat kedatangan Zafran. Sementara laki-laki itu hanya meringis mendengar ucapan sahabatnya.

"Jelita mana?" Tanya Zafran saat mengintip melalui kaca pintu ruangan dan tak mendapati keberadaan perempuan itu.

"Baru aja pulang buat ambil baju ganti. Lagian ngapain nanya-nanya sih? Nemuin adek gue aja gak berani lo." Sindir Juan lagi membuat Zafran hanya dapat menghela nafas pasrah. Laki-laki itu pun mengambil posisi duduk di samping Juan seraya menyerahkan paper bag yang ia bawa.

"Titipan bunda lagi?"

"Iya."

"Beneran bunda yang masak kan?"

"Hem."

"Bukan lo kan?"

"Berisik lo Ju."

"Nih."

Mengabaikan balasan Zafran, Juan mengembalikan paper bag kosong yang Zafran bawa kemarin.

"Bilangin makasih ke bunda." Ucap Juan yang Zafran jawab dengan anggukan saja. Tak lama laki-laki itu pun bangkit dan hendak pergi.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang