29 : Zafran vs Ezra

228 50 11
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Ngelamunin apa sih dek? Sampe gak sadar kalo kakak dateng."

Suara Juan membuyarkan lamunan Jelita. Perempuan itu tersentak dan menoleh kearah pintu dimana Juan tengah berdiri dan menatapnya penuh selidik.

"Kakak gak kerja?" Tanya Jelita saat laki-laki itu berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.

Juan mengedikkan bahu kemudian meraih remote televisi dari tangan Jelita dan mengubahnya ke chanel yang kini mempertontonkan siaran tinju.

"Uda sarapan?"

"Uda tadi. Kamu sendiri kok gak kerja?"

"Ijin gak masuk."

"Kenapa?"

Juan melirik pada Jelita yang kembali diam. Satu alis laki-laki itu menukik, mencoba membaca makna dibalik gurat wajah adiknya yang tak biasa.

"Dek." Panggil Juan pada akhirnya setelah tak dapat menarik kesimpulan apapun. Jelita kembali menoleh, menatap kakaknya bingung.

"Kamu kenapa? Dari tadi kayak orang linglung. Ada yang kamu pikirin? Kenapa? Masalah mama? Atau ada masalah lain? Kerjaan mungkin? Sini cerita sama kakak. Mungkin kakak bisa bantu."

Jelita menghela nafas pelan setelah diberondong beragam pertanyaan dari sang kakak. Juan memang laki-laki seperti itu. Sangat peka dengan keadaan dan tak akan ragu untuk mengerluarkan kata apapun yang muncul dalam benaknya.

"Kak." Panggil Jelita setelah ia berpikir sejenak. Juan tak menjawab. Namun Jelita tau jika laki-laki itu siap untuk mendengarkan.

"Kalo ada yang ngaku suka sama kakak, apa yang bakal kak Juan lakuin?"

Rasa penasaran Juan seolah sirna begitu ia mendengar pertanyaan yang Jelita lontarkan. Tak perlu kalimat lanjutan, laki-laki itu sudah sangat paham siapa sosok yang kini membuat adik satu-satunya itu menjadi kelimpungan.

Juan berdeham pelan. Mencoba meredakan kekesalah pada sahabatnya yang kini menjadi obyek pembicaraan mereka secara tidak langsung.

"Ya mau ngapain lagi? Kakak cuma perlu terima perasaannya kalo kakak juga suka sama dia. Kalo gak suka, ya tinggal tolak kan?"

Juan mencoba berbesar hati. Karena ini menyangkut kebahagiaan Jelita yang telah lama ia nanti.

Jelita diam. Perempuan itu terlihat kembali berpikir. Melihat betapa seriusnya wajah sang adik, membuat Juan kembali menghela nafas.

"Jadi, kamu suka nggak sama dia?"

"Hm?" Jelita kembali menoleh dan saat menyadari maksud dari pertanyaan kakaknya, pupil mata perempuan itu seketika membesar.

"M-maksud kakak?"

"Zafran. Dia kan yang kamu maksud?" Tanya Juan tepat sasaran hingga membuat Jelita menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

Juan berdecak kesal saat menyadari kemunculan semburat merah muda dikedua pipi adiknya. Dengan gemas, laki-laki itu mengacak rambut Jelita hingga membuatnya berantakan.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang